Namanya juga lupa, apa boleh buat. Nasi sudah jadi bubur, dan tak mungkin bisa dijadikan karak lagi. Pendek kata, sudah terjadi tak perlu disesali. Malah, patut disyukuri agar lain waktu bisa jadi pelajaran untuk lebih berhati-hati lagi.

Ketiwasan, kata orang Jawa. Hal yang semestinya tidak perlu terjadi, tapi toh kesampain juga tanpa terpikir sebelumnya. Mungkin terlalu sembrono, atau terlalu asyik dengan yang lain, sehingga hal-hal sepele namun penting terbaikan.

Itulah yang dialami salah seorang peseta Fasda Jogja kali ini. Dari rumah di daerah nan jauh membawa oleh-oleh berbungkus-bungkus kerupuk paru, ternyata eh ternyata tertinggal di kereta. Padahal, kerupuk paru ini merupakan upeti khusus untuk Mr Kumendan yang telah lama dijanjikan.

Segudang maaf pun yang kemudian terlontar. Walau dengan nada galau, tapi sang peserta ini tetap yakin bahwa apa yang telah hilang terbawa orang akan mendapat imbalan setara atau bisa lebih baik lagi. Ikhlaskan, katanya dengan rasa tetap tak terima. Hehehe...

Ini adalah pelajaran juga bagi kita. Bahwa ketika bepergian dengan membawa banyak barang sebaiknya ekstra waspada. Bukan khawatir hilang dicuri orang, melainkan agar barang bawaan senantiasa terpantau dan selamat sampai tujuan. Alangkah baiknya, barang bawaan dijadikan satu, atau didekatkan sehingga gampang mengingatnya. Dan lebih baik lagi, saat sampai tujuan, sebelum meninggalkan kendaraan tumpangan periksa kembali total barang bawaan, sehingga kalau jumlahnya ada yang kurang bisa langsung dicari saat itu juga.

So, namanya orang punya sifat salah dan lupa. Jadi, kalau ada yang terlewat lagi ya wallahu alam.