Lebaran belum usai. Itu saya alami sendiri, karena meski bulan Syawal sudah lewat beberapa pekan, tapi baru kemarin bisa bertandang ke kediaman Mas Yasin untuk unjung-unjung.

Unjung-unjung merupakan istilah Jawa yang dilegalkan sebagai tradisi bertandang ke rumah seseorang saat lebaran Idul Fitri. Tujuannya adalah untuk saling bermaafan. Biasanya yang bertandang adalah mereka yang secara hirarki lebih muda daripada yang ditandangi. Tapi, sekarang tidak harus bergitu. Siapa yang sempat, merekalah yang melakukan silaturahim. Rumusnya pun sederhana: wong tuwo akeh dosane, wong enom akeh duwite (yang tua banyak dosanya, yang muda banyak uangnya). Hehehe…

Alhasil, saya pun kemarin bertandang ke kediaman Mas Yasin di Sidoarjo. Saya ditemani Kacong, yang katanya juga belum sempat unjung ke Mas Yasin. padahal sebenarnya dia yang banyak dosa menstinya Kacong, karena dia lebih sering ngerepoti Mas Yasin dalam segala hal. Wah…wah…

Untungnya jalanan tidak macet. Padahal biasanya di kawasan gedangan selalu macet. Alhamdulillah, dipermudah atas tujuan baik kami ini.

Sampai di kediaman Mas Yasin, ternyata sudah ada Mas Pemred di sana. Mas Eko Prasetyo katanya sudah datang sejak pagi, dan sudah menhabiskan setoples kacang goreng. Untungnya Kacong bawa jajan semprit, sehingga masih dapat mengganti stok jajanan di atas meja Mas Yasin.

Setelah prosesi silaturahim dan ngobrol-ngorbol, kami pun ditawari makan siang. Sebenarnya saya sungkan untuk mengiyakan. Tapi, karena Mas Eko katanya sudah lapar, dan Kacong juga menandaskan belum sarapan. Akhirnya dengan berat hati saya pun ikut makan-makan di sebuah pujasera mewah tak jauh dari rumah Mas Yasin.

Bagaimana keseruan makan-makan kami? Simak di vlog saya yang ini!