Suherman, C.DAI., M.A., M.Pd

Riwayat Pendidikan : S.1 Fakultas Dirosat Islamiyyah UIN Syarief Hidayatullah Jakarta S.2 Dirosat Islamiyyah SPS UIN Syarief Hidayatullah Jakarta S.2 Pendidi...

Selengkapnya
Navigasi Web
IHSANLAH DALAM SALAT
Jika kita senang dengan orang seperti itu, kenapa kita tidak membuat Allah ridha dengan fokus pada-Nya ketika salat. Tinggalkan dunia untuk sementara. Naiklah kepada-Nya untuk berbicara langsung dengan Sang Pemilik segala.

IHSANLAH DALAM SALAT

Anak-anak di Masjid kalau salat terkadang masih suka menoleh ke kanan atau kiri. Biasanya saya akan menasehatinya dengan memberikan perumpamaan:

“Nak, kalau kita bicara dengan seseorang, lalu tiba-tiba kita menoleh ke arah lain, kira-kira orang yang sedang kita ajak bicara itu senang atau tersinggung?” mereka jawab, “Tersinggung Ustaz…”.

“Nah, begitu juga dengan kita salat. Kalau kita menoleh ke arah kanan atau kiri, padahal kita sedang berbicara dengan Allah, tentu itu bukan adab yang baik”. Tapi setelah itu saya terpikir. Bukankah kesalahan yang sama juga sering kita lakukan sebagai orang dewasa?

Betapa sering ketika salat kita malah terpikir hal-hal lain, pekerjaan yang belum selesai, agenda yang belum rampung, janji untuk bertemu dengan seseorang, cicilan rumah dan kendaraan yang masih banyak, dan seterusnya. Bukankah itu sama saja kita berpaling dari Allah yang sudah mau menerima kita untuk berkomunikasi dengan-Nya?

Kepala kita memang tidak menoleh ke kanan dan ke kiri seperti anak-anak yang masih belajar salat. Muka kita memang tertunduk dan melihat ke tempat sujud. Tapi hati kita? Hati kita tidak berada bersama-Nya. Hati kita berada bersama yang lain.

Bukankah sama menyakitkannya, atau mungkin lebih, orang yang sedang kita ajak bicara menoleh ke arah yang lain, atau orang itu tetap melihat ke arah kita tapi tatapannya kosong, ia tidak memperhatikan yang kita sampaikan. Sehingga setelah sekian lama kita bicara, ia kemudian berkata, “Kamu bicara apa tadi?”.

Kita senang bicara dengan orang yang tatapan dan perhatiannya fokus pada wajah kita dan apa yang kita bicarakan. Karena kita merasa dihargai. Bahkan meski ia tidak berkata apapun, perhatian dan keseriusannya mendengar pembicaraan kita saja sudah lebih dari cukup.

Jika kita senang dengan orang seperti itu, kenapa kita tidak membuat Allah ridha dengan fokus pada-Nya ketika salat. Tinggalkan dunia untuk sementara. Naiklah kepada-Nya untuk berbicara langsung dengan Sang Pemilik segala.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post