Suherman, C.DAI., M.A., M.Pd

Riwayat Pendidikan : S.1 Fakultas Dirosat Islamiyyah UIN Syarief Hidayatullah Jakarta S.2 Dirosat Islamiyyah SPS UIN Syarief Hidayatullah Jakarta S.2 Pendidi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Seorang Guru harus Menulis
Dengan menulis buku, seorang guru sesungguhnya sedang ‘melahirkan’ anak yang akan tetap kekal

Seorang Guru harus Menulis

Saat bincang-bincang dengan mab’uts Azhar untuk Indonesia, saya baru menyadari kenapa Pesantren tempat saya belajar menggunakan buku-buku produk lokal. Dan kenapa juga Universitas (Jami’ah) Al-Azhar menggunakan buku-buku yang ditulis oleh para dosennya sendiri.

Mab’uts tersebut yang juga alumni Fakultas Tarbiyah Al-Azhar mengatakan, kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama dulu itu seharusnya dijadikan sebagai maraji’ (referensi), bukan bahan ajar. Kitab-kitab itulah yang mesti dirujuk oleh para guru dalam menulis bahan ajar dan menyajikan materi pembelajaran. Jadi, untuk bahan ajar mesti ditulis oleh guru yang bersangkutan. Kalau maraji’ dijadikan bahan ajar, lalu guru merujuk kemana?

Ada banyak keuntungan ketika bahan ajar ditulis langsung oleh guru yang mengajar :

Pertama, Guru jadi lebih menguasai apa yang akan diajarkannya. Karena, seperti yang kita tulis sebelumnya, guru yang tidak memahami materi tidak akan bisa memahamkannya pada murid.

Kedua, Guru lebih memahami tingkat pemahaman dan kecerdasan murid-muridnya. Dengan ia menulis sendiri bahan ajarnya, ia bisa menulis dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh para murid serta dilengkapi dengan soal-jawab, latihan-latihan dan contoh-contoh yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat setempat.

Ketiga, Hal ini akan menjadi bukti nyata terhadap kompetensi yang dimiliki guru. Guru tidak hanya sebagai ‘penghubung’ antara murid dan ulama terdahulu tapi ia juga sebagai muhaqqiq, mudaqqiq, dan mulakhis karya-karya para ulama terdahulu. Ini artinya peran seorang guru menjadi sangat penting dan tak bisa dipandang sebelah mata.

Keempat, Penghormatan murid kepada guru akan lebih tinggi karena buku yang mereka pelajari adalah karya gurunya sendiri. Di samping itu, ada kebanggan tersendiri dalam diri murid ketika guru yang mengajar mereka bukan sekedar seorang pengajar tapi juga seorang penulis.

Kelima, Dengan menulis buku, seorang guru sesungguhnya sedang ‘melahirkan’ anak yang akan tetap kekal, seperti ungkapan Ibnu al-Jauzi rahimahullah :

الكتاب ولد العالم المخلد

“Buku adalah anak seorang alim yang akan kekal.”

Kalau demikian, kenapa di Masjid (Jami’) al-Azhar diajarkan kitab-kitab turats, bukannya karya para ulama yang mengajarkannya?

Barangkali, inilah salah satu bukti bahwa Al-Azhar itu menghimpun antara al-Ashalah dan al-Mu’asharah, antara Turats dan Tajdid, antara dulu yang baik dan sekarang yang lebih baik. Jami’ (Masjid) al-Azhar adalah simbol dari yang pertama, sementara Jami’ah (Universitas) al-Azhar adalah simbol dari yang kedua. Karena itu, untuk memperoleh ilmu al-Azhar kedua-duanya mesti dihimpun ; Jami’ dan Jami’ah.

Orang yang hanya berkutat dengan perkuliahan formal saja (Jami’ah) dan tidak mau datang dalam talaqqi-talaqqi di masjid (Jami’) sulit diharapkan menjadi alim yang muhaqqiq. Sebaliknya, orang yang hanya rajin talaqqi di masjid tapi enggan hadir di bangku perkuliahan, sulit diharapkan menjadi alim yang mu’tadil. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan.

Hanya sayangnya, apa yang telah dicontohkan oleh para ulama dulu, seperti Hadhrotus Syekh Hasyim Asy’ari, Buya Mawardi Muhammad, Buya Hamka, Prof. Mahmud Yunus, dan seterusnya, tidak dilanjutkan oleh para ulama dan guru sekarang. Mereka menulis buku itu dan mereka sendiri yang langsung mengajarkannya. Para guru saat ini hanya mengandalkan buku-buku mereka saja dan tidak berusaha mencontoh semangat mereka dengan menulis buku yang akan diajarkan kepada murid.

Para Guru, mari menulis…

ن ، والقلم وما يسطرون

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post