Abimanyu Wiguna

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Brachycephaly Kondisi Genetik pada Anjing dan Kucing yang Perlu Diperhatikan!

Brachycephaly Kondisi Genetik pada Anjing dan Kucing yang Perlu Diperhatikan!

Mempunyai hewan peliharaan seperti anjing dan kucing pasti menyenangkan ya Pet Mates! Melakukan interaksi satu sama lain layaknya human-animal connection, sebagai owner pastinya kita harus mengetahui apa yang dialami oleh anabul kita, misalnya dengan meminimalisirkan rasa sakit apabila hewan peliharaan kita sedang merasakan sakit. Namun bagaimana jika hewan peliharaan kita menderita akibat genetika yang dimilikinya, mau tidak mau kita harus memperhatikan genetic welfare problem dalam hal ini, salah satunya Brachycephaly.

APA ITU BRACHYCEPHALY?

Menurut Kunzel et al (2003) brachycephaly adalah kondisi genetik yang mempunyai ciri ciri meliputi pengurangan panjang wajah, tengkorak dan bentuk kepala yang lebih bulat, serta rahang atas dan hidung yang sangat pendek dimana tulang yang membentuk rahang atau moncong tumbuh lebih lambat dibandingkan tulang kepala lainnya. Bentuk kepala ini disebabkan oleh cacat bawaan dalam perkembangan tulang tengkorak (Stockard, 1941),namun kondisi ini murni terbentuk karena ulah manusia, induk hewan brachycephalic cenderung menghasilkan keturunan brachycephalic dan anak hewan dengan kondisi ini akan tumbuh menjadi brachycephalic dewasa. Wah, cukup serius ya Pet Mates!

JENIS APA SAJA YANG MEMILIKI KONDISI INI?

Istilah “Brachycephaly” ini berasal dari kata Yunani yang berarti pendek dan kepala. Istilah ini berlaku untuk semua ras anjing dan kucing yang bermocong pendek lhoo, beberapa ras anjing dan kucing brachycephalic meliputi: Pug, English Bulldog, Pekingese, French Bulldog, Lhasa Apso, Shih Tzu, Boston Terrier, Boxer dan juga Persia. Tanpa Pet Mates ketahui, anak anak bulu dengan kondisi ini memiliki masalah kesejahteraan yang cukup serius.

PERBEDAAN BRACHYCEPHALIC DENGAN MESOCEPHALIC

Gambar 1. Brachycephalic

(Rowena Packer from UFAW.com)

Gambar 11. Mesocephalic

(Rowena Packer from UFAW.com)

Tengkorak pada brachycephalic terlihat pendek dan membulat, rongga mata yang dangkal serta rahang yang cacat. Berbanding terbalik dengan mesocephalic yang mempunyai moncong yang panjang serta tidak adanya lipatan kulit yang berlebih.

APA DAMPAK DARI BRACHYCEPHALY?

Dampak yang diderita berkaitan satu sama lain dan juga menyerang organ vital pada anjing dan kucing, kondisi ini akan mengganggu anjing dan kucing seumur hidupnya, dimulai dari anak anak sampai beranjak dewasa yang akhirnya sering memperpendek jumlah usia hidupnya (Dupre, 2008). Berikut beberapa masalah kesejahteraan yang dimiliki:

1.Brachycephalic Ocular Syndrome

Menurut Maggs et al (2008), brachycephalic ocular disease adalah keadaan yang terlihat pada hewan brachycephalic dengan menunjukkan berbagai kelainan pada mata seperti tonjolan mata yang tidak normal (exophtalmos), terbukanya kelopak mata yang terlalu lebar dibandingkan dengan ukuran mata (macropalpebral fissure), dan ketidakmampuan menutup kelopak mata (lagophthalmia). Selain itu dapat memunculkan masalah lain seperti: rotasi kelopak mata kedalam sehingga bulu mata bergesekan dengan mata (lower medial entropion), rambut lipatan kulit hidung bersentuhan langsung dengan kornea mata (nasal fold trichiasis), bulu mata yang tumbuh secara abnormal menyentuh mata (distichiasis), rambut abnormal yang timbul dari sudut kelopak mata (trichiasis) (krohne, 2008), memiliki kualitas air mata yang buruk serta ketidakstabilan produksinya (Gelatt, 2001), sehingga memungkinkan air mata terus mengalir di wajah dan mengotorinya (epiphora). Mengerikan sekali yaaa.

2.Brachycephalic Obstruction Airways Syndrome

Menurut Monnet (2004), lubang hidung dapat menyempit secara tidak normal (stenotic), sehingga penyempitan permanen dan penyumbatan saluran udara akan membuat pernapasan menjadi lebih sulit. Penyempitan dikarenakan fitur wajah yang lebih pendek dan akibatnya aliran udara pun terhambat.

Tanda-tanda klinis pada kasus yang paling ringan berupa dengkuran dan suara nafas saat inspirasi (bernafas), disebut juga stridor (Brown dan Gregory 2005). Tanda-tanda pada kasus yang lebih parah termasuk ketidakmampuan untuk olahraga, pernapasan mulut, tersedak, gelisah, napas cepat (takipnea), selaput mulut berwarna biru karena kekurangan oksigen dalam darah (sianosis), disfagia, postur abnormal, dan kolaps intermiten karena gangguan pernapasan (Shell, 2008). Perut kembung sering terjadi karena menelan udara (aerophagia) (Harvey, 1989).

3.Masalah Gigi

Dorsorotasi rahang atas menimbulkan masalah dalam makan dan mengunyah makanan, sisa makanan menumpuk di gigi yang menyebabkan pembentukan plak serta penyakit periodontal (Malik et al. 2009). Seringkali makanan yang disajikan selalu terbuang sia sia dari mulutnya dan mengotori seisi rumah, ras brachycephalic mungkin menunjukkan tanda-tanda kesulitan makan atau mungkin keengganan untuk makan, dan memiliki bulu yang kusut.

CARA MENGATASI BRACHYCEPHALY

Perawatan bedah dan medis sering kali dapat dilakukan, tetapi tidak akan menghasilkan penyembuhan total (video perubahan: https://www.facebook.com/watch/?v=840528570204959&extid=CL-UNK-UNK-UNK-), tampaknya ada kasus yang baik untuk mensterilkan semua hewan yang kondisinya sangat parah dan menurunkan kesejahteraannya. Minimal cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah memberikan kasih sayang yang tulus kepada hewan hewan peliharaan kita.

REFERENSI:

Brown, D and Gregory, S. (2005). Brachycephalic Airway Disease. In: BSAVA Manual of Canine and Feline Head, Neck and Thoracic Surgery. Eds, D Brockman & D Holt. BSAVA, Cheltenham. pp 84

Dupre ,G. (2008). Brachycephalic Syndrome: New Knowledge, New Treatments. Presentation at WSAVA Congress, Dublin, Ireland, 20-24th August 2008 (On-line).[ Diakses pada 29 Juni 2021 https://www.vin.com/apputil/content/defaultadv1.aspx?meta=Generic&pId=11310&id=4516315 ]

Gelatt ,K. (2001). Colour altas of veterinary ophthalmology. Lippincott, Williams & Wilkins: Baltimore, USA

Harvey, C. (1989). Inherited and congenital airway conditions. Journal of Small Animal Practice 30: 184-187

Krohne S (2008) Medial canthus syndrome in dogs – chronic tearing, pigment, medial entropion and Trichiasis. Chronic Diseases – Proceeding of a Symposium Sponsored by Schering-Plough Animal Health. [Diakses pada 29 Juni 2021 www.hungarovet.com/wp-content/uploads/2009/.../chronic-tearstaining.pdf]

Künzel ,W. Breit ,S. dan Oppel ,M. (2003). Morphometric investigations of breed-specific features in feline skulls and considerations on their functional implications. Anatomia, Histologia, Embryologia. 32: 223.

Maggs ,D. Miller ,P. Ofri ,R and Slatter ,D. (2008). Slatter’s Fundamentals of Veterinary Opthamology. 4th Ed. Elsevier Health Sciences: Edinburgh, UK.

Malik ,R. Sparkes, A and Bessant, C. (2009). Brachycephalia – A bastardisation of what makes cats special. Editorial. Journal of Feline Medicine and Surgery 11: 889-890

Shell ,L. (2008). Brachycephalic Airway Syndrome. (On-line). [Diakses pada 30 Juni 2021 http://www.vin.com/Members/Associate/Associate.plx?DiseaseId=564]

Stockard. (1941). Wistar Institute Monograph. The genetic and endocrine basis for differences in form and behaviour as elucidated by studies of contrasted pure line dog breeds and their hybrids. Animal Anatomical Memoirs No 19, The Wistar Institute. 1-146

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post