Abu Husen

Guru Biologi di SMAN 1 Kasiman Bojonegoro sejak tahun 2005. Lulus S-1 dari Jurusan Biologi FMIPA Univeritas Negeri Malang Tahun 2004. Saat ini tinggal di sebuah...

Selengkapnya
Navigasi Web
SUDAHKAH ANDA MAKAN KETUPAT?
Kupat, Lepet, dan Sayurnya

SUDAHKAH ANDA MAKAN KETUPAT?

SUDAHKAH ANDA MAKAN KETUPAT?

#Tantangan_Menulis_Gurusiana (H.10)

Oleh Abu Husen

Salah satu tradisi masyarakat Jawa yang masih lestari hingga kini adalah riyoyo kupatan atau bodo kupat (perayaan ketupat). Di daerah pedesaan, tradisi ini umumnya dilangsungkan setelah salat Subuh H+8 hari raya Idulfitri. Namun ada juga yang melaksanakannya seusai salat Maghrib H+7 Idulfitri. Hal tersebut disesuaikan dengan berakhirnya pelaksanaan puasa sunah 6 hari pada bulan Syawal. Sedangkan di kota besar seperti Jakarta, ketupat bahkan sudah menjadi makanan yang selalu dihadirkan tepat pada saat hari raya Idulfitri.

Ketupat merupakan makanan yang dibuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa yang masih muda (janur) yang kemudian dimasak beberapa jam hingga matang. Selain ketupat terdapat satu makanan lain yang disebuat lepet. Lepet dibuat dari beras ketan yang dibungkus daun kelapa utuh dan ditali dengan rapat. Ketupat dan lepet biasanya disajikan bersama sayur pelengkap seperti sayur lodeh, opor ayam, dan lainnya.

Lebih dari sekedar tradisi tahunan, kupatan memiliki makna filosofi yang cukup mendalam. Kupat (ketupat) berasal dari kata "ngaku lepat" yang berarti mengakui kesalahan. Mengandung makna filosofis bahwa manusia diperintahkan untuk mengakui kesalahannya, saling bermaafan dengan ditandai kunjungan silaturrahim ke rumah sanak saudara dan tetangga saat hari raya Idulfitri. Sedangkan lepet merupakan kependekan dari “silep kang rapet” yang berarti mari kita tutup dengan rapat. Jadi setelah mengakui kesalahan dan saling meminta maaf, maka tindak lanjut setelahnya adalah menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulangi lagi, agar persaudaraan menjadi semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.

Meskipun telah menjadi tradisi tahunan, namun kupatan tidaklah wajib dilakukan oleh semua umat Islam dalam suatu lingkungan. Orang yang mau membuat ketupat dipersilakan, bagi yang tidak membuat juga tidak mengapa. Bahkan orang yang membuat ketupat biasanya melebihkan jumlahnya untuk disedekahkan kepada tetangganya agar sama-sama merasakan suasana bodo kupat. Jadi tidak ada yang menganggap kupatan ini adalah satu bentuk peribadatan yang wajib dilakukan. Kupatan tetap dianggap sebagai tradisi yang tidak bertentangan dengan akidah Islam.

Tradisi bodo kupat ternyata memiliki makna filosofis yang sangat mulia. Tradisi riyoyo kupatan yang dilaksanakan di masjid atau mushola berisi rangkaian doa bersama dan makan bersama. Selain untuk mengharap ridha Allah, kupatan juga menjadi cara mewujudkan rasa syukur kepada Allah yang telah menganugerahkan nikmat dan karunianya kepada umat Islam sehingga mampu melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan dan merayakan hari raya Idulfitri. Tradisi bodo kupat juga diharapkan dapat memperkuat ukhuwah islamiyah dan jalinan tali persudaraan dengan sikap saling memaafkan dan menutup kesalahan yang telah terjadi di masa lalu. Jadi sudahkah anda makan ketupat pada Idulfitri tahun ini?

Bojonegoro, 31 Mei 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

sampun pak, tahun ini saya baru mencoba membuat sendiri dari kulit sampai matangnya, praktek memasak ketupat 1,5 jam, Alhamdulillah ternyata berhasil

02 Jun
Balas

Sudah

01 Jun
Balas

Hehe.. Ok bu. Salam literasi

01 Jun

Sampun, Pak. Alhamdulillah, dapat hantaran ketupat dari teman. Heheh..

01 Jun
Balas

Alhamdulillah.. Ketupat menyambung silaturahim

01 Jun

Filosofi yang luar biasa! Bagi dong ketupatnya!

01 Jun
Balas

Monggo Bu.. Memang tradisi orang jawa tu pasti memuat byk filosofi.

01 Jun



search

New Post