Ada sebuah rumah sakit besar di suatu kota dan uniknya hanya ada satu dokter disana pada saat rumah sakit ini berdiri, banyak orang ingin sembuh dari berbagai penyakit yg di alami adapula yg harus di rawat inap.

Dokter melihat bahwa suster dan tenaga bantuan medis kualahan menghadapi banyaknya orang sakit yg datang ketempat itu. Kemudian dokter memeriksa list pasien dan melihat mana dari mereka yg bisa turut membantu meski belum sembuh benar. Ternyata dari list ada sekitar 20 orang yg menurut dokter tersebut bisa membantunya.

Sekalipun belum sembuh dari penyakit yang di alaminya. Dokter ini mendatangi mereka satu persatu. Mereka merasa masih sakit jadi takut membantu, yang ada nantinya mereka malah tambah sakit.

Dokter menjelaskan kepadanya bahwa kondisi mereka akan jauh lebih baik jika tubuh banyak bergerak. Ternyata yang merespon tawaran dokter hanya 3 orang yang percaya dan bersedia membantunya.

Orang yang pertama jalanya timpang, orang kedua tulang lengannya patah, dan yg satu lagi cidera punggung dan duduk di atas kursi roda. Mereka mulai melayani pasien dan begitu seterusnya, meski dalam keadaan sulit bergerak dengan cepat.

Melihat ketiga asisten barunya, pak dokter berinisiatif mengajari mereka ilmu kedokteran di sela-sela mereka merawat pasien. Dokter mengajari bagaimana cara merawat luka orang lain dan luka dirinya sendiri. Dokter merasa asistenya makin mahir, dan tulang merekapun makin kuat.

Di hari pertama banyak pasien tidak mau di rawat oleh orang yang sama-sama sakit. Tapi dokter berkata kepada pasiennya yang baru tadi. Asisten saya sudah belajar, jangan ragukan mereka pasti mampu.

Setelah itu setengah dari jumlah orang tersebut memilih pulang dengan kecewa dan setengah lagi lebih memilih percaya kepada dokter dan bersedia di rawat.

Hari berganti hari. luka mereka makin cepat sembuh, dan ilmu kedokteran mereka makin meningkat. Mereka juga berhasil merayu orang lain yang belum sembuh tapi mampu menjadi perawat. Pendek cerita perawat di rumah sakit itu makin banyak dan dokter ingin kembali ke kampung halamannya. Hal ini dia lakukan karena dia tahu bahwa muridnya sudah pasti bisa dan handal dalam obat obatan.

Kesimpulan :

Sering kali kamu kehilangan kesempatan berbuat baik hanya karena kamu merasa dirimu yg juga butuh di tolong.