Acbar Dheny

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PEGIAT LINGKUNGAN DI WILAYAH KALI PESANGRAHAN
Dok.Sumber Tampilan.id

PEGIAT LINGKUNGAN DI WILAYAH KALI PESANGRAHAN

Tri Sugiarti. Dalam rangka memperingati hari “Perempuan Indonesia” 4 Maret 2017 . Tri Sugiarti Lahir di solo 13 November 1976. Dalam pernikahannya di karunia anak 2 yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan.

Pendidikan terakhir diselesaikan di Madrasah Aliyah. Salah satu teropong wanita pengerak di lingkungan wilayah (kampung baru) dimana lingkungan tersebut, sangat padat penduduk di kelurahan pesangarahan kacematan ululjami Jakarta Selatan.

Terdahulu waktu belum terpikirkan untuk mengelolah limbah dan kebun. Hingga tergerak hatinya, bagaimana cara memanfaatkan lahan kosong di dekat pinggir kali pesangarahan untuk mengaktifkan beberapa kegiatan yang bermanfaat, sebetulnya ide tersebut muncul begitu saja karena panggilan hati kali yaaa dan merasa lingkungan vacum tidak ada kegiatan, tidak ada pergerakan, mulai dari kegiatan ibu-ibu, kepemudaan dari pengamatan tersebut ibu tri memikirkan kegiatan yang berbaur positif.

Di awali dengan keluarganya untuk mengolah tanah, karena waktu itu kondisi tanah kurang baik (subur) hingga mengolah limbah daur ulang, perkebunan yang di tanami (sayur mayur, singkong, cabe) dan taman bacaan masyarakat. Masing-masing memengang peran di bagian yang sudah di rencanakan.

Dukungan penuh dan support terbesar di dapatkan dari keluarganya. Tampaknya keluargnya memang sudah komitmen penuh dalam hal mengolah perkebunan, limbah menjadi sebuah kreatifitas yang nilai jualnya tinggi.

Semua yang dilakukan, bukan semata-mata karena pilihan, melainkan panggilan hati. 3 tahun menekuni serta memberi semangat kepada keluarganya untuk men-indahkan lingkungan di sekitarnya. Agar masyarakat melihat, mau mengikuti jejaknya. Tapi, Tanggapan pemangku masyarat di lingkungannya, berkaitan dengan semangatnya dalam mengalakkan program yang telah di rencanakan.

Selalu saja ada tanggapan yang kurang baik yang di dapatkannya. Setiap jalan kebaikkan ada kerikil tajam yang harus di laluinya. Begitupun dengan masyarat di sekitar, atau tokoh masyarakat di lingkungannya, ada yang pro ataupun kontra. Hal itu wajar, bersifat manusiawi.

Misalnya tidak semua pemangku jabatan merespon niat baiknya dari kegiatan yang sudah di galakkanya, mungkin sebagian dari mereka lebih memilih ke birokrasi di bandingan menyentuh lingkungan sendiri.

Tapi kalau di lihat dari segi persentasenya lebih banyak yang pro di bandingkan yang kontra. Dalam hidup pasti kita semua akan menghadapi hal tersebut. Itu-lah keindahan dari bermasyarakat.

Semua itu tidak mematahkan semangatnya dalam memperhatikan lingkungan. Kalau bukan diri sendiri yang mulai (prihatin) terhadap lingkungan trus siapa lagi.

Setelah beberapa program yang sudah berjalan baru beberapa yang mendukung. Itupun hanya segelintir dukungan di dapatkannya dari opnum-opnum terkait. Tapi tidak semua hanya beberapa persen saja.

Banyak suka dan duka ialah jalani saat kegiatan yang di lakukannya.

Suka-nya saat dapat bermanfaat di banyak orang, apalagi ada perubahan positif di lingkungan, menjadikan sebuah keberkahan yang di rasakan oleh semua pihak dan masyarakat sekitar.

Duka-nya ketika di cibir dan di cemo’oh orang sekitar, apa yang sudah di lakukan tidak pernah ada tanggapan yang baik, selalu salah di mata mereka.

Beberapa hal yang harus di ketahui, ketika terjun di kegiatan sosial yang di olah secara mandiri sampai menghasilkan harus ada usaha, sulitnya (mengajak) merekrut Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap lahir batin terjun ke dalamnya tanpa harus memikirkan uang (upah) karena pemikiran masyarakat sekitar di mana ada pekerjaan pasti akan mendapatkan imbalan. Padahal apa yang rintis, yang di lakukan lebih banyak mengarah kepada kegiatan Sosial.

Harus membutuhkan strategi pendekatan. Berupa memberi contoh secara langsung kepada masyarakat sekitar. Tentang tindakan positif apa yang harus dilakukan secara bersama-sama untuk lingkungan tempat tinggal sekitarnya. Bukan untuk diri sendiri melainkan untuk semua anggota masyarakat mau memahami, memelihara, peduli terhadap lingkungannya.

Sedikit demi sedikit akan terlihat hasilnya, agar dapat menciptkan peluang pekerjaan bagi masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Sebetulnya masyarakat dapat melihat, menilai kegiatan yang sudah di lakukannya, tanpa harus berfikir negatif terhadap ide dan keinginan yang belum terlaksana.

Tidak luput dari beberapa keluhan dari masyarakat yang tidak menyukai dengan kegiatan yang di lakukan di lingkungan. Entah apa alasannya, dirinya saja bingung apa yang di keluhkan dan masalahnya dimana, tidak ada penjelasan sehingga tidak ketemu pemahaman yang jelas dalam hal dimaksud.

Sehingga membuat peralihan ketidak sukannya terhadap kegiatan yang bersifat sosial atau mereka mungkin tidak paham dengan arti sebenarnya atau bisa jadi mencari sensasi semata. Sehingga yang muncul dalam pemikirannya ialah menghasilkan (uang).

Mungkin saja, itu adalah faktor kecemburuan dan iri hati dengan kegiatan yang sudah berjalan di lapangan. Tapi, selama masih berjalan di koridornya, tidak menganggu norma-norma yang ada atau rambu-rambu yang merusak lingkungan tetap berkomitmen berjalan terus.

Lagi pula untuk apa memikirkan mereka, mereka sendiri tidak memikirkan lingkungannya. Toh masih ada kegiatan yang jauh lebih bermanfaat dari pada mereka “Let It Go”

Tujuan “Akhir dan Utama” adalah sebagai ungkapan kecintaannya terhadap lingkungan dan kebersamaan masyarakat sekitar untuk maju dan menciptakan hal positif yang bermanfaat buat banyak orang dan alam (ekosistem) di sekitar.

Prestasi dan apresiasi di perolehnya dari hasil kerja keras dan komitmen di bidang daur ulang limbah dan pengelolahan lingkungan, antara lain (1). 2014, Juara Tingkat Provinsi “Pemberdayaan Perempuan”., (2). 2015, Juara Tingkat Provinsi “Urban Farming”., (3). Meraih Penghargaan “Pengerak Terbaik” Se-kacematan dan tahun 2017, Sebagai Nominasi Penerima “Kalpataruh”.

Tapi itu semua belum seberapa karena rasa ingin tahu tentang limbah atau daur ulang dan terus belajar hingga memahami betul secara keseluruhan, yaitu dengan tanpa batas untuk mensosialisasikan, memberitahukan, menginformasikan kepada seluruh masyarakat khusunya di lingkungan tempat tinggalnya. Bahwa sampah, limbah itu bisa menjadi “Indah” kalau kita mau mengolah dan belajar agar menghasilkan pengaruh yang besar.

Langkah yang di lakukannya untuk mendukung dan memberi motivasi kepada masyarakat, pertama terus memberi contoh bahwa yang kita lakukan itu dengan tujuan akhir adalah manfaat untuk lingkungan, kemudian terus bergerak menuju perbaikkan apa yang sudah di rintis selama ini menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Walaupun sampai saat ini masih banyak yang belum ter-realisasikan dalam kegiatan yang ingin dilakukannya. Karena cita-citanya yang banyak, selagi hayat masih di kandung badan wajib terus berusaha berbagi kepada lingkungan dan bermanfaat untuk orang banyak.

Hingga saat ini hasilnya banyak di rasakan oleh masyarakat dan mendapat kunjungan dari luar wilayah jakarta selatan, daerah bahkan dari luar negeri datang berbondong-bondong untuk belajar daur ulang dan melihat indahnya penghijauaan di kali pesangrahan (kampung baru) ululjami. Paling tidak itu adalah awal untuk membuka cara pandang orang di sekitar bahwa apa yang di tuai akan memetik hasil dari mengubah limbah menjadi “Indah” memang menghasilkan.

Dampak dari kegiatan yang di lakukan di lapangan dan mengolah kebun, lebih kepada mengolah kompos sampah organik di jadikan kompos dampaknya yaitu kesuburan tanah tidak mencemari lingkungan tanpa “petsisida” karena kalau mengunakan petsisida pasti ada efek samping. Kalau kompos aman dan sangat alami.

Tri berharap mendapat dukungan agar pemerintah lebih mengalakkan kembali atau mengugah semangat masyarakat, yang tadinya pasif menjadi aktif dalam kegiatan. Karena pemerintah terkait mempunyai power dan peran di dalamnya. Sehingga tercipta lingkungan tempat yang ramah, indah, sejuk, nyaman, asri dan ekosistem yang baru. Supaya masyarakat di sekitar dapat perbaikan ekonomi yang layak. Semoga saja pemerintah lebih “a ware” perhatian kepada pengiat-pengiat lingkungan serta memberi support baik secara moril atau materil, karena kalau bukan pemerintah “siapa” lagi dan seharusnya tugas pemerintah adalah membatu masyarakat, menciptakan lingkungan sejahterah, nyaman dan damai. (Kak Deny)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pak Acbar. Swmangat ya dan teruskan.

27 May
Balas



search

New Post