Achmad Junaidi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
WAHAI GURU, BAGAIMANA SYAHADATMU?

WAHAI GURU, BAGAIMANA SYAHADATMU?

WAHAI GURU, BAGAIMANA SYAHADATMU?

Oleh Achmad Junaidi Alfaruqi Almaduri SMAN 1 Sumenep.

Syahadat menjadi pangkal dan fondasi bagi tegaknya bangunan Islam seseorang. Syahadat adalah jantung yang memompa darah untuk menghantarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh. Syahadat merupakan ruh dari jasad yang menjamin bagi keberlangsungan kehidupan. Jasad bermakna dan berfungsi karena ruh. Bergitulah syahadat, ia merupakan ruh dari jasad kehidupan.

Guru, adalah sosok yang digugu dan ditiru (agen perubahan). Setiap pikiran, gagasan, dan karyanya akan menginspirasi anak didiknya. Untuk itu, konten spritualitas (keagamaan) tidak bisa dilepaskan dari diri seorang guru. Sebagai seorang agen perubahan, guru harus bersyahadat. Tapi, benarkah guru bersyahadat?

Tulisan ini mencoba menelaah konsep dan bangunan syahadat (konteks agama Islam) dan sedikit penjelasan bagaimana seorang mampu manangkap spirit dan spirit syahadat untuk diimplementasikan (dilaksanakan) dalam menjalankan amanah sebagai guru.

Syahadat sebuah pernyataan persaksian yang terungkap dalam kalimat “Asyhadu, Saya bersaksi” yang bertumpu pada dua kalimat (La Ilaha Illallahu, Muhammad Rasulullah) yang sepenuhnya mengandung penetapan (qoul ashabit) tentang Dzat Allah SWT, penetapan sifat-sifat Allah SWT, dan penetapan Pekerjaan Allah SWT, dan penetapan kebenaran Muhammad Rasullah SAW.

Perwujudan syahadat ini dibangun (rukun) dalam 4 (empat) rukun, yakni:

1. Rukun pertama bangunan syahadat adalah ma’rifat (pemahaman) pada Dzat Allah SWT (Ma’rifatullah fizzat) yang memuat 10 (sepuluh) prinsip, yakni: 1) mengetahui bahwa Allah SWT ada (wujud), 2) mengetahui bahwa Allah SWT dahuli (Qidam), 3) mengetahui bahwa Allah SWT abadi (Baqo’), 4) mengetahui bahwa Allah SWT bukan jauhar (atom), 5) mengetahui bahwa Allah SWT bukan jasad, 6) mengetahui bahwa Allah SWT bukan benda, 7) mengetahui bahwa Allah SWT tidak berarah, 8) mengetahui bahwa Allah SWT tidak menetap pada suatu tempat, 9) mengetahui bahwa Allah SWT melihat, 10) mengetahui bahwa Allah SWT maha Esa.

2. Rukun kedua bangunan syahadat adalah ma’rifat pada Sifat-sifat Allah SWT yang memuat sepuluh prinsip, yakni: 1) mengetahui bahwa Allah SWT bersifat Maha (Yang Paling) Hidup, 2) mengetahui bahwa Allah SWT bersifat Maha Mengetahui, 3) mengetahui bahwa Allah SWT bersifat Maha Kuasa, 4) mengetahui bahwa Allah SWT bersifat Maha Menghendaki, 5) mengetahui bahwa Allah SWT bersifat Maha Mendengar, 6) mengetahui bahwa Allah SWT bersifat Maha Melihat, 7) mengetahui bahwa Allah SWT bersifat Maha Berfirman, 8) mengetahui bahwa Allah SWT bersifat Maha Benar dalam firmanNya, 9) mengetahui bahwa Allah SWT bersifat suci dari campur tangan dari segala yang baru, 10) mengetahui bahwa sifat-sifat Allah SWT Qodim.

3. Rukun ketiga bangunan syahadat adalah ma’rifat pada Af’al (Pekerjaan) Allah SWT. Bahwa segala af’al hamba adalah diciptan oleh dan untuk Allah SWT, dikehendaki hanya bagi Allah SWT. Af’al dapat (berhak) dilimpahkan sebagai bentuk kreativitas pada makhluk. Allah SWT menganugrahkan kemulayaan kepada setiap hambanya yang dikehendaki. Allah SWT berhak memberikan beban kewajiban dan larangan pada hal-hal yang tidak kuat, member sakit kepada orang-oarng yang sehat, member sembuh dan kuat bagi orang-orang yang sakit dan lemah. Allah SWT tidak wajib memberikan yang terbaik, bagi Allah SWT tiada yang wajib kecuali dengan syariat. Diutusnya para Nabi bersifat wenang belaka, Kenabian Nabi Muhammad SAW merupakan ketetapan yang dikuatkan dengan mukjizat.

Implimentasi ketiga rukun tersebut bagi seorang guru, diantaranya adalah:

a. Seorang guru haruslah pribadi yang memahami dan menyadari tentang kehadiran dan keberadaan Allah SWT sebagai Zat Yang Maha Ada (Wujud), Maha Dahulu (Qodim), Maha Abadi (Baqo’), dan Maha Esa (Ahad). Pemahaman ini mamacu dirinya untuk senantiasa melihat secara utuh eksistensi dan keberadaan dirinya di hadapan Allah SWT Yang Maha Ada (Wujud). Kesadaran ini memacunya untuk tidak sombong, tidak adigang, adigung, dan adiguna serta terus berupaya memperbaiki dan memperbaharui setiap ibadahnya seakan dirinya melihat Allah SWT atau dilihat serta disaksikan oleh Allah SWT.

b. Seorang guru haruslah pribadi yang memahami dan menyadari bahwa Allah SWT mempunyai sifat-sifat yang Maha Sempurna. Pemahaman ini memacu dirinya untuk senantia berupaya memperbaiki dan menyempurnakan setiap perilakunya. Setiap kesalahan atau kekurangan yang ada (kegiatan pembelajaran, kegiaan penilaian, dll) senantiasa dievaluasi dan terus menerus diperbaiki.

c. Seorang guru haruslah pribadi yang memahami dan menyadari bahwa Allah SWT mengatur, mengelola, dan mengendalikan setiap aktifitas dan karya. Pemahaman ini mamacu dirinya untuk senantiasa menatap ke depan (menjadikan yang berlalu sebagai pengalaman yang terus dikaji dan diperbaiki), optimis, dan berpikir positif. Seorang guru senantiasa berinovasi karena Allah SWT Maha Inovasi (Baha’).

4. Rukun keempat bangunan syahadat adalah ma’rifat pada kenabian Nabi Muhammad SAW mencakup 4 (empat) sifat, yakni shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas). Penjelasan terhadap ma’rifat (pemahaman) terhadap keempat sifat tersebut bagi dunia pendidikan adalah sebagai berikut:.

Shiddiq, yakni perilaku jujur atau berkata benar. Seorang guru dalam setiap tutur kata dan perilakunya senantiasa menjaga dari berkata bohong dan berperilaku menyimpang. Setiap kata dan tindakannya seiua sekata, karena Ia menjadi model bagi setiap anak didiknya. Seorang guru yang shiddiq senantiasa merasa dilihat, diawasi, dan disaksikan Allah SWT. Amanah, yakni pribadi yang dapat dipercaya. Seseorang yang memiliki sifat amanat, dapat memegang janji dengan baik. Apa yang telah dipercayakan orang lain kepadanya akan ditunaikan dengan penuh tanggung jawab. Ia tidak pernah berkhianat dan mengingkari janji. Perkataan dan perilakunya mengandung kebenaran dan kebaikan yang senantiasa dijadikan pegangan dan sandaran oleh setiap anak didiknya. Tablig, yakni menyampaikan. Tabliq mengandung pengertian kemampuan untuk menyampaikan informasi (kebenaran, ajaran, pengetahuan) dengan benar dan tepat dengan cara dan metode yang terbaik. Seorang guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai seseorang fasilitator dan mediator bagi peserta didiknya dalam menemukan pengetahuan dan kebenaran sehingga dapat diserap dan diterima dengan baik. Fathanah, yakni cerdas. Makna cerdas mendelitimasi tentang ada orang yang bodoh, karena sesungguhnya yang ada hanya orang yang malas sehingga otak mereka tidak terasah dan lama-kelamaan menjadi tumpul. Orang yang cerdas mampu menyelesaikan masalah yang timbul, baik itu masalah diri sendiri maupun masalah yang dihadapi orang lain. Oleh karena itu, memiliki sifat cerdas merupakan keharusan bagi setiap orang. Seorang guru adalah pribadi yang tidak boleh malas, bahkan Ia seorang pebelajar sejati yang senantia memperbaharui pengetahuannya. Ia mampu mewujudkan diri sebagai seorang literator yang setia dan mandiri dalam merespon setiap perubahan dan perkembangan jaman.

Jika syahadat mampu diucapkan dengan penuh penjiwaan, maka refleksinya dapat terlihat dari prilaku sorang guru yang digugu dan ditiru. Dengan demikian, jika syahadat menjadi jantung yang memompa darah untuk menghantarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh, lantas mampukan kita menghadirkan syahadat dalam setiap aktifitas pendidikan kita? Semoga ulasan di atas sedikit memberikan pencerahan bagi hadirnya syahadat dalam dunia pendidikan kita, amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

menginspirasi

14 Mar
Balas

Teringt waktu mengaji di madrasah,mempelajari sifat yang wajib bagi Allah subhanahu wata'ala. Barakallah Pak Achmad

14 Mar
Balas

Syukran

14 Mar
Balas



search

New Post