ASAKU BUKAN ASAMU

“Apapun yang telah terjadi adalah masa lalu, ayunkanlah langkah kaki untuk menggapai Masa Depan” Tulisan itu membawaku flashback ke belakang mengenang masa lalu, perjalanan hidup ini penuh dengan lika liku yang terkadang tidak terduga. Aku yang dibesarkan di Semboro sebuah desa kecil 25 Km dari kota Jember. Kota Jember bagian dari tapal kuda untuk kaum Santri Sarungan. Kehidupan yang teratur sebagai anak-anak SD dan SMP diajarkan untuk belajar di sekolah dan mengaji di surau. Di selingi ke kebun atau sawah membantu ayah menjaga tanaman padi atau mengantar makan siang dan tugas memijati ayah dikala senggang. Termasuk juga diajarkan untuk selalu taat dan patuh pada orang tua dan agama. Ridho Tuhan adalah ridho orang tua.

Kegiatan saat SD dan SMP yang paling kusenangi adalah saat ikut pramuka. Dengan pramuka aku bisa berkemah bersama teman-teman, ikut kegiatan dan berlomba bersama. Acara persami, Latihan Tingkat II, Latihan Tingkat I bahkan ikut Jambore Daerah di Tumpang Probolinggo. Teman-teman SD dan SMP ku sangat kompak bila ikut pramuka, team tetapnya ada Kelik, Sugeng, Sutik, Misdiyanto dll. Hal lainnya dengan pramuka aku bisa leluasa mandi di sungai dengan alasan mencuci tenda.

Saat lulus SMP dan akan menginjak SMA tidak bisa menggapai impianku ke SMA Favorit di Jember karena perubahan sistem rayonisasi, malah membuatku terlempar ke Kota Pelajar impian orang se-Indonesia. Diterima di SMA Negeri 6 Yogyakarta dan berlanjut hingga kuliah. Menjadi warga kota Pelajar tidak pernah aku sangkakan sebersitpun dalam hatiku. Namun itu menjadi langkah awalku saat meninggalkan tanah kelahiranku. Selamat Tinggal Jember…, Selamat Datang Kota Yogyakarta….