Ade Sadi Maulana

Ade Sadi Maulana, S.Pd Seorang guru Ekonomi di SMAN 2 Banjar Kota Banjar Jawa Barat ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pangkas Rambut

 

Ketika rambut ini mulai terasa mengganggu penampilan terutama sudah kena daun telinga pasti saya segera datang ke langganan pangkas rambut. Seperti sore ini, dengan masih berpakaian 'dinas', belum ganti dengan kaos oblong yang serba merah favorit, saya langsung potong rambut di tempat biasa. Potong rambut bukan kata orang, tanpa menunggu ini itu, langsung 'cus' terasa tanpa beban. Beda ketika dulu waktu sekolah, sering diingatkan guru atau bahkan kena razia guru tertentu. Rasanya potong rambut itu terpaksa sekali. Harus digunting dulu alakadarnya. Ujung-ujungnya harus dicukur rapi, bahkan pernah digunduli sewaktu di SMA.

Ada tiga tempat berbeda langganan saya potong rambut semenjak saya tinggal di Langen dan ketika saya pulang kampung ada juga di pasar Ciamis. Kenapa memilih tiga tempat itu, alasannya lagi-lagi kenyamanan, seperti tempatnya, alat-alat yang digunakan, model rambut yang sesuai keinginan dan layanan "plusnya" ada pijat kepala bahkan ada air minuman mineral gelas gratis. Tarif di tiga tempat langganan saya semuanya terjangkau mulai dari Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 14.000,00. Sesekali kalau ke luar kota mencoba potong rambut di salon terkenal yang tarifnya saja sampai 3x lipat tarif biasa. Tetap gak sesuai dengan keinginan, pokoknya itu 'mah' variasi hidup saja, mencoba hal baru, kata orang. Tetapi yang jelas, tempat langganan pangkas rambut yang tiga itu jadi pilihan.

Bagaimana dengan masa pandemi Covid 19, empat bulan ke belakang, sebenarnya cukup was-was juga, tetapi ketika ada rasa tidak nyaman, tetap memaksakan diri potong rambut. Takut tertular virus mematikan ini. Perasaan ini tidak bisa dibohongi tentang kehigienisan alat-alat cukurnya. Masa harus potong rambut sendiri? Cukur kumis saja tidak rapi. Ya, sudahlah dengan hati-hati dan banyak pertimbangan, di masa pandemi Covid 19 saya memangkas rambut ini. Alasannya apa coba? Karena tidak nyaman dengan cepat tumbuhnya rambut ini. Rata-rata antara tiga sampai empat minggu rambut ini terasa sudah mengganggu penampilan, apalagi kalau sudah bercermin. Ingin segera pergi ke tukang pangkas rambut.

Model potongan rambutnya sebenarnya itu-itu saja, tidak pernah mengikuti tren. Saya tidak begitu paham dengan perubahan tren model rambut. Saya tidak ingin mencoba model rambut baru, apalagi diwarnai. Ketika bapak tukang pangkas rambutnya bertanya, "Mau model apa Mas/bapak? ". Jawaban saya sudah pasti, "dirapihkan saja, Pak". Sampai bingung si Bapaknya. Pokoknya, kalau dia bilang bagaimana ini cukup, dan saya bilang sudah, ya ini berarti model potongan rambutnya sudah sesuai dengan keinginan saya. Padahal di dinding itu banyak terpasang foto model potongan rambut. Aneh, kalau untuk ini merasa nyaman, tidak usah macan-macam.

Nyaman itu ternyata berbeda definisinya, tergantung situasi dan kondisi yang menyertainya. Dalam memilih pekerjaan, dalam menjalani kehidupan, memilih pakaian, memilih tempat wisata, memilih tempat beribadah, memilih tempat tinggal, memilih teman hidup, memilih 'partner' kerja, dan memilih hobi. Semoga pilihan kita, menjadi pilihan yang me-nyaman-kan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kenyamanan itu mahal harganya. Begitu kita sudah merasakannya, rasanya enggan untuk meninggalkannya. Mantab. Salam literasi, salam hangat, sukses selalu.

07 Jul
Balas

Mantap Pak, potong rambut biar fresh. Salam literasi :)

08 Jul
Balas



search

New Post