Kepalang Kereta di Hari Spesial
Hari itu aku lagi apes-apesnya. Entahlah mau dibilang hari sial atau apalah-apalah aku tak percaya. Tapi nyatanya memang sial banget. Betapa tidak saat aku berangkat menuju tempat kerja, motorku tiba-tiba kempes dan aku harus mendorongnya sekitar 500 meter ke arah sebelum rel kereta. Lelah banget karena pagi-pagi belum sempat sarapan, keringat sudah mengucur dari balik jilbabku. Pengen kuteriak “Bang Adek lelah Bang” tapi pada siapa kuteriak, yang ada nanti dikira guru lebay. Aku pun melanjutkan dorongan motor sampai ketempat bengkel dadakan. Namanya saja bengkel dadakan, ya dadakan jika ada pelanggan baru dibuka. Waduh parah nih,bisa-bisa terlambat” aku menggerutu dalam hati. Bayangkan saja pas aku tiba di bengkel itu “Peralatan Perang” alias alat-alat bengkel baru dikeluarkan satu persatu. Belum lagi ditambah langkah lunglai sang pemilik bengkel yang kelihatannya baru bangun membuatku agak sedikit geregetan. Alamak, cepat dong Bang “aku menggerutu tak henti-hentinya dalam hati.
Akhirnya aku pun dilayani dan motorku kupasrahkan pada tukang bengkel.
“Mbak ini bannya bocor, mesti ditambal”
“Oh my god...perlu berapa menit Mas bisa-bisa aku telat nih!”
“Yah sekitar 20 menitan.”
“Waduh mepet banget, tapi nggak apa-apa deh Mas ketimbang balik lagi ke rumah aku capek dorong nih motor. Yo wes dtambal aja Mas!”
“ Oke mbak, ditunggu ya silakan duduk dulu.”
Saat itu aku duduk sambil ku benahi kotoran-kotoran yang tadi sempat menempel di rok dan sepatuku. Namun saat pandanganku tertuju pada hak sepatuku, rasanya aku pengen nangis saat itu juga. Hiikkss.....Hak sepatuku copot. Ya Allah pengen rasanya nangis sebanter- banternya sambil guling-guling di aspal. Cuma aku juga punya harga diri yah kayak lirik lagu dangdut gitu. Yah sudahlah ....Perlahan kulepas hak sepatuku dan kumasukkan dalam kantong plastik yang ada di jok motor. Aku terdiam, sambil sesekali menatap di ujung pintu rel jikalau keretanya udah lewat atau belum.
Setelah 20 menit berlalu dan setelah satu kereta telah lewat, motorku siap digunakan kembali. Hatiku lega. Cuma pandanganku tetap was-was ke arah rel, siapa tau kereta lewat maka apeslah yang ketiga kali. Aku berusaha untuk terus berpikir positif saat itu walaupun rasa malu karena aku harus rela menggunakan sepatu tanpa hak. Aku mulai bergerak ke arah rel, ku tancapkan gasku melebihi batas normal dengan maksud dapat mencapai rel yang telah bejubel dengan para pengendara lainnya.
Namun dari ujung depan pandanganku, kulihat satu dua kendaraan mulai memperlambat kecepatannya. Aku sudah mulai curiga, palingan nih si penguasa jalan alias kereta sudah mau menguasai jalan raya. Oh tidaaaakk. Aku pengen menerobosnya sebelum muncul kepala kereta. Namun sesampainya aku di ujung rel kereta, pintu palang kereta mulai tertutup, rasanya aku pengen mengangkat pintu palang itu dan menerobos. Tapi nyaliku hanya sebesar biji sawit. Kutengokkan kepalaku ke kanan dan ke kiri tapi belum nampak juga. Ada beberapa anak sekolah berusaha menerobos pintu palangan, pengen rasanya ku ikut menerobos. Tapi sekali lagi nyaliku sebesar biji sawit dan apa kata dunia jika seorang guru yang tanpa hak sepatu menerobos pintu palangan kereta yang pasti akan menjadi sebuah headline news koran nasional.He.he.he. GR duluan.
Akhirnya kereta yang ditunggu-tunggu pun tiba, namun jam tanganku telah menunjukkan pukul 07.05. Waktu tempuh yang kubutuhkan sisa sekitar 10 menit lagi dengan jarak tempuh 10 km. Aku kehabisan akal tapi tetap masih punya asa yaitu bisa melintasi rel kereta tanpa bejubel. Namun kulihat dari kejauhan kereta berjalan tidak sekecang biasanya. Aku tersentak kaget teringat bahwa setiap hari jumat lintasan rel ini selalu digunakan untuk perlintasan silang kereta lainnya sehingga kereta yang dari arah barat harus menunggu dan ternyata hari itu adalah Hari Jum’at. Akhirnya kereta pun berhenti total tepat di depan mataku. Tak bergerak. Kutatap wajah masinis dengan kemarahan tak terbendung. Masinis hanya tersenyum. Tidaaakk...keterlambatanku semakin parah.aku tak boleh terlena dengan wajah ganteng Sang Masinis. Pengen kuteriak lagi saat itu “Bang adek lelah.” Tapi kutahan takut dikira guru lebay. Dengan langkah sigap bak Valentina Rossa eh Valentina Rosi, kuputar arah motorku 90 derajat ke arah timur. Aku harus melewati jalan bebatuan dan banyak gundukkan serta kubangan untuk bisa sampai di jalur perlintasan sebelah timur. Saat itu aku benar-benar bak Valentina Rossa. Rok kuangkat tinggi-tinggi agar tidak terkena air kubangan. Untungnya aku gunakan legging jadi tak nampak betisku yang montok. Aku berusaha untuk sampai di perlintasan sebelah sebelum kereta selanjutnya melintas.
Sampailah aku diujung perlintasan. Kali ini aku harus membesarkan nyaliku setidaknya sebesar biji selasih. Berjaga-jaga kiranya pintu palangan timur juga akan ditutup. Ternyata benar. Bunyi sirine telah berbunyi pertanda pintu akan segera diturunkan. Aku melaju lagi untuk bisa sampai di sebelah rel sebeum pintu itu tertutup. Dengan rasa deg-degan kulihat pintu palang telah berada dua meter di atas kepalaku, aku terus melaju melintasi rel ganda yang jalannya pun tidak rata. Hampir saja helmku kepentok pintu palang di sebelah rel karena jaraknya hanya tinggal 1 jengkal. Akhirnya aku lega bisa melenggang dengan leluasa. Haaah...lega.Kulihat jam tangan ternyata pukul 7.15 dan itu artnya aku terlambat. Dengan gas yang di luar dari batas normal aku melaju untuk bisa hadir di hadapan anak-anak muridku walaupun aku terlambat.
Tibalah aku di sekolah dengan catatan keterlambatku 15 menit dari batas finger print. Dengan langkah lunglai aku memasuki ruang kantor dan mengambil peralatan mengajarku. Aku berusaha PD dengan sepatu repes menuju kelas.
Semua murid-muridku telah duduk dengan tenang tanpa ribut sedikit pun saat aku masuk. Dengan penuh keheranan aku berpikir “Tumben” nih anak-anak. Namun sebelum aku memberi salam tiba-tiba seorang anak masuk dengan membawa kue ulang tahun diikuti dengan sambutan riuh lagu Happy Birthday dilantunkan bersama....Aku nangis tersedu-sedu karena lupa ulang tahunku sendiri dan saat aku teriak perlahan “Nak Ibu lelah.”

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sangat heroik bu kisahnya, ga lebay ko, semangatnya seolah pejuang 45, salam kenal dan salam literasi
Trimakasih Pak..ini baru 1 kisah yang heroik setiap kepalang sepur...he..he..njih Pak salam kenal juga dari Kedungjati
Tulisannya garing dan renyah..enak dibaca...Salam kenal..
Kayak krupuk ya Bu..he..he..injih bu salam kenal juga..
Maksudnya gurih dan enak dibaca...
Makasih bu...saya masih penulis pemula.