Menepak Takdir Menuai Janji
Tantangan Menulis hari ke-78
Menapak Takdir Menuai Janji
Oleh Rahmadi
Ia telah pergi...
Pergi meninggalkan senyum
Rekah di bibir
Jauh... Entah kapan waktu 'kan kembali
*
Namun, derap jejak langkah terbungkus janji dakwah
Tersemat erat di relung hati
Suatu senja di saat langit merah jingga ia bertanya, "Adakah harapan yang dapat ditumpang, ataukah semua hanya tinggal bayang-bayang?"
*
Ia telah pergi...
Hingga malam-malam kami terusik
Berteman temaram redup sepi sunyi menghantui
Bisikan kalbu, serpihan rindu terasa semakin pilu
*
Ia telah pergi...
Menapak takdir menuai janji
(*)
Pariaman, 02 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren, Pak Adhy
Terima kasih, Bu Emi. Salam literasi.
Wah mantap.. puisi bapak keren
Terima kasih, Bu. Salam literasi.
Puisi yang keren adhy..rindu semakin pilu..rindu pada siapakah itu...
Terima kasih atas apresiasinya, Kak Sofie. Rindu kepada salah seorang guru yang sudah berpulang ke Rahmatullah, Kak Sofie. Sebab, teringat akan perjumpaan bersamanya di dunia ini, rindu akan tausiyah, pesan-pesan, dan berbagi hikmah dalam majelis-majelis ilmu.
Semoga kepergiannya mendapatkan jalan yang mulus dan sampai ke tujuan dengan menyenangkan.
Aaamiin yaa rabbal'alamiiin. Terima kasih, Bu. Semoga demikain adanya. Semoga selalu sehat wal'afiat, Bu. Salam literasi.
Cakep puisinya Pak, sdh saya follow. Salam literasi
Terima kasih, Bu Halifah. Salam kembali.