SADIS
Tantangan menulis hari ke-52
SADIS
Oleh Rahmadi
Siang terasa terik. Udara terasa panas. Mereka diintip dari kejauahan oleh sepasang bola mata hingga tak berkedip. Pandangan tertuju kepada mereka. Melirik hilir mudik memastikan keadaan. Setelah benar-benar terlihat jelas, wajah-wajah yang tampak pucat, tubuh-tubuh mereka terlihat hampir tak berdaya. Mereka segera disuguhkan makanan siang itu.
Sesaat makanan telah tersedia pada wadah-wadah yang biasa dipakaikan untuk mereka. Merekapun menoleh ke arah wadah-wadah. "Wah... Akhirnya yang kita tunggu datang juga. Mari kita santap segera!" seru, salah satu dari mereka kepada yang lainnya. Mereka mendekati hidangan dan menyantapnya. Mereka makan sangat lahap.
Namun, hari ini merupakan hari terakhir bagi mereka untuk merasakan nikmatnya makan siang. Sebab, tanpa mereka sadari, ternyata di bawah setiap wadah dipasang ranjau berupa tali-tali yang tak mereka ketahui. Tetapi, dapat menjerat kaki mereka masing-masing. Srek...! Srek...! Srek...! Mereka menjerit kesakitan. Kedua kaki masing-masing dari mereka terikat kuat oleh ranjau tali. Satu persatu diseret. Tubuh mereka dicengkeram erat. Leher-leher mereka dihadapkan pada pisau terhunus yang sangat tajam, lalu mereka dibantai satu persatu. Seketika tubuh mereka bersimbah darah. Tak lama waktu berselang, nyawa berpisah dengan jasad. Tiga ekor ayam kampung terkapar menerima takdir siang itu, untuk digulai sebagai menu makan malam Pak Rohman dan keluarga.
Pariaman, 07 Agustus 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
ha..ha..ha... ternyata ayam... keren Pak...sukses selalu. salam
Iya, Bu Sanria Elmi. Ternyata memang ayam. Terima kasih, Bu sudah mampir.
Dari awal saya udh curiga pasti sesuatu akan terjadi hehehehh. Keren pak. Udh saya follback ya
Terima kasih, Bu. Salam literasi. Hehe
Wow, Pentigraf yang keren. Sukses selalu dan barakallahu fiiik
Terima kasih, Bu Siti Ropiah. Aamiin.
Kirain horor....keren pak
Terima kasih banyak telah berkunjung, Bu. Salam literasi.
Lha ini cerita ayam toh? Hehe..keren, Pak.
Iya, Bu. Ayam rupanya. Terima kasih, sudah mampir.
ha..ha... dikirain tadi alah serem... baa tu Dhi, ternyata ayam kampung. Keren. Salam sukses Adhi
Iya. Ternyata ayam kampung. Hehe. Terima kasih, Uni. Sukses selalu untuk, Uni Eci.
Oh kirain horor. Ternyata ayam kampung, hehee.
Ternyata oh ternyata...Terima kasih, Bu Fit sudah atas kunjungannya. Salam literasi.
Salam kenal Pak dari Blitar Jawa Timur. Sukses selalu. Salam literasi
Aamiin. Salam kembali, Bu Sri Kurniawati.
Kupikir pembantaian yg mencekam. O...ternyata mau bikin gulai ya. Mantap Pak. Sudah saya follow balik ya Pak. Makasih follownya untuk saya.
Benar, Bu. Gulai rendang ayam. Terima kasih, Bu sudah mampir.
Wow.. Awallnya sangan seram dan mencekam, teringat kisah pembantaian sadis dari cerita pembunuhan yang pernah dibaca.. Namun setelah ditelusuri, ternyata akhir yang mengejutkan... Kereen sangat Pak.. Ternyata ayam, Bapak luar biasa menghipnotis pembaca dan tersenyum simpul begitu melihat endingnya.. Selamat menikmati opor ayamnya.. Salam santun.. Saya juga udah follow... Bapak keren dan luar biasa tulisannya
Terima kasih, Bu Trisna Sesriyenti atas apresiasinya. Salam literasi.
Keren Pak Adhy. Salam literasi, sukses selalu.
Terima kasih, Pak Edi. Salam literasi dan sukses selalu.
He...he....keren pak, sudah saya follow juga pak.
Iya. Terima kasih, Pak atas kunjungannya. Salam...
Mantap. Daya tarik judul memang keren
Alhamdulillah. Terima kasih apresiasi dan dukungannya, Bu Endas Dasiah.
Hahaha.. ternyata ayam.. keren pentigrafnya pak.. salam sukses selalu
Iya, Bu. Terima kasih, Bu atas kunjungannya. Salam...
Tadi dipikir rahmadi dapat ide dari mana?? Cerita kakek atau neneknya ya... hah ternyata mau buat gulai ayam. Mantap
Ternyata oh ternyata. Terima kasih atas kunjungannya, Uni Dewi. Salam literasi.
Heheheheh. Mantap Pak
Alhamdulillah. Terima kasih, Bu Setia Restiani. Salam literasi.
Seketika tubuh mereka bersimbah darah. Tak lama waktu berselang, nyawa berpisah dengan jasad. Tiga ekor ayam kampung terkapar menerima takdir siang itu.Kadung sudah tegang pak. Ternyata tiga ekor ayam.Mantap pak. Salam kenal dan salam.literasi
Terima kasih atas kunjungan dan apresiasi nya, Pak Syaiful Rizal. Salam kembali, Pak.
Wow..mendebarkan.. salam literasi
Terima kasih, Pak. Salam kembali.
Emmm..ternyata ayam. Bisa saja Bapak ini.salam kenal.salam literasi
Iya. Ternyata ayam, Bu Yenti. Salam kembali.