Adhy Rahmadi

Guru SDN.08 Kp. Jawa 1. Kota Pariaman. Sumatra Barat. "Terus berproses, lakukan yang baik-baik, dan tawakkal atas ketetapan-Nya."...

Selengkapnya
Navigasi Web

SADIS

Tantangan menulis hari ke-52

SADIS

Oleh Rahmadi

Siang terasa terik. Udara terasa panas. Mereka diintip dari kejauahan oleh sepasang bola mata hingga tak berkedip. Pandangan tertuju kepada mereka. Melirik hilir mudik memastikan keadaan. Setelah benar-benar terlihat jelas, wajah-wajah yang tampak pucat, tubuh-tubuh mereka terlihat hampir tak berdaya. Mereka segera disuguhkan makanan siang itu.

Sesaat makanan telah tersedia pada wadah-wadah yang biasa dipakaikan untuk mereka. Merekapun menoleh ke arah wadah-wadah. "Wah... Akhirnya yang kita tunggu datang juga. Mari kita santap segera!" seru, salah satu dari mereka kepada yang lainnya. Mereka mendekati hidangan dan menyantapnya. Mereka makan sangat lahap.

Namun, hari ini merupakan hari terakhir bagi mereka untuk merasakan nikmatnya makan siang. Sebab, tanpa mereka sadari, ternyata di bawah setiap wadah dipasang ranjau berupa tali-tali yang tak mereka ketahui. Tetapi, dapat menjerat kaki mereka masing-masing. Srek...! Srek...! Srek...! Mereka menjerit kesakitan. Kedua kaki masing-masing dari mereka terikat kuat oleh ranjau tali. Satu persatu diseret. Tubuh mereka dicengkeram erat. Leher-leher mereka dihadapkan pada pisau terhunus yang sangat tajam, lalu mereka dibantai satu persatu. Seketika tubuh mereka bersimbah darah. Tak lama waktu berselang, nyawa berpisah dengan jasad. Tiga ekor ayam kampung terkapar menerima takdir siang itu, untuk digulai sebagai menu makan malam Pak Rohman dan keluarga.

Pariaman, 07 Agustus 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ha..ha..ha... ternyata ayam... keren Pak...sukses selalu. salam

08 Aug
Balas

Iya, Bu Sanria Elmi. Ternyata memang ayam. Terima kasih, Bu sudah mampir.

08 Aug

Dari awal saya udh curiga pasti sesuatu akan terjadi hehehehh. Keren pak. Udh saya follback ya

08 Aug
Balas

Terima kasih, Bu. Salam literasi. Hehe

08 Aug

Wow, Pentigraf yang keren. Sukses selalu dan barakallahu fiiik

08 Aug
Balas

Terima kasih, Bu Siti Ropiah. Aamiin.

09 Aug

Kirain horor....keren pak

08 Aug
Balas

Terima kasih banyak telah berkunjung, Bu. Salam literasi.

08 Aug

Lha ini cerita ayam toh? Hehe..keren, Pak.

08 Aug
Balas

Iya, Bu. Ayam rupanya. Terima kasih, sudah mampir.

08 Aug

ha..ha... dikirain tadi alah serem... baa tu Dhi, ternyata ayam kampung. Keren. Salam sukses Adhi

08 Aug
Balas

Iya. Ternyata ayam kampung. Hehe. Terima kasih, Uni. Sukses selalu untuk, Uni Eci.

08 Aug

Oh kirain horor. Ternyata ayam kampung, hehee.

08 Aug
Balas

Ternyata oh ternyata...Terima kasih, Bu Fit sudah atas kunjungannya. Salam literasi.

08 Aug

Salam kenal Pak dari Blitar Jawa Timur. Sukses selalu. Salam literasi

08 Aug
Balas

Aamiin. Salam kembali, Bu Sri Kurniawati.

08 Aug

Kupikir pembantaian yg mencekam. O...ternyata mau bikin gulai ya. Mantap Pak. Sudah saya follow balik ya Pak. Makasih follownya untuk saya.

08 Aug
Balas

Benar, Bu. Gulai rendang ayam. Terima kasih, Bu sudah mampir.

08 Aug

Wow.. Awallnya sangan seram dan mencekam, teringat kisah pembantaian sadis dari cerita pembunuhan yang pernah dibaca.. Namun setelah ditelusuri, ternyata akhir yang mengejutkan... Kereen sangat Pak.. Ternyata ayam, Bapak luar biasa menghipnotis pembaca dan tersenyum simpul begitu melihat endingnya.. Selamat menikmati opor ayamnya.. Salam santun.. Saya juga udah follow... Bapak keren dan luar biasa tulisannya

08 Aug
Balas

Terima kasih, Bu Trisna Sesriyenti atas apresiasinya. Salam literasi.

08 Aug

Keren Pak Adhy. Salam literasi, sukses selalu.

08 Aug
Balas

Terima kasih, Pak Edi. Salam literasi dan sukses selalu.

08 Aug

He...he....keren pak, sudah saya follow juga pak.

08 Aug
Balas

Iya. Terima kasih, Pak atas kunjungannya. Salam...

08 Aug

Mantap. Daya tarik judul memang keren

08 Aug
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih apresiasi dan dukungannya, Bu Endas Dasiah.

08 Aug

Hahaha.. ternyata ayam.. keren pentigrafnya pak.. salam sukses selalu

08 Aug
Balas

Iya, Bu. Terima kasih, Bu atas kunjungannya. Salam...

09 Aug

Tadi dipikir rahmadi dapat ide dari mana?? Cerita kakek atau neneknya ya... hah ternyata mau buat gulai ayam. Mantap

08 Aug
Balas

Ternyata oh ternyata. Terima kasih atas kunjungannya, Uni Dewi. Salam literasi.

08 Aug

Heheheheh. Mantap Pak

08 Aug
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih, Bu Setia Restiani. Salam literasi.

08 Aug

Seketika tubuh mereka bersimbah darah. Tak lama waktu berselang, nyawa berpisah dengan jasad. Tiga ekor ayam kampung terkapar menerima takdir siang itu.Kadung sudah tegang pak. Ternyata tiga ekor ayam.Mantap pak. Salam kenal dan salam.literasi

08 Aug
Balas

Terima kasih atas kunjungan dan apresiasi nya, Pak Syaiful Rizal. Salam kembali, Pak.

08 Aug

Wow..mendebarkan.. salam literasi

08 Aug
Balas

Terima kasih, Pak. Salam kembali.

08 Aug

Emmm..ternyata ayam. Bisa saja Bapak ini.salam kenal.salam literasi

08 Aug
Balas

Iya. Ternyata ayam, Bu Yenti. Salam kembali.

08 Aug



search

New Post