Adi Faridh

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Akhir Episode Guru Dogmatis

Akhir Episode Guru Dogmatis

Akhir Episode Guru Dogmatis

Oleh

Adi Faridh*)

Ada ceritera lucu yg sebetulnya lebih dari sekadar lelucon tentang guru ketika mendidik siswanya di dalam kelas. Inilah kisah itu; Pada saat pembelajaran berlangsung suasana kelas yang hening karena sang guru sedang menerangkan pelajaran, mendadak terpecah konsentrasi seisi kelas. Gara-gara ulah Si Badung yg nakal, usil, dan tak pernah lelah mengganggu keasyikan belajar teman-temannya. Biang kerok lah istilahnya.

 

Tentu saja sang guru tidak membiarkan suasana belajar menjadi kacau. Dipanggillah si Badung yang nakal ke depan kelas. Dengan tegas sang Guru berkata, "Hai

Badung, ayo buka baju seragammu dan letakkan di atas bangku". Sang Guru lantas mengambil sebatang penggaris kayu dan menggenggamnya dengan kuat. Semua siswa menunduk seraya memalingkan wajah ke luar jendela kelas. Ada rasa tak tega dan solidarita seakan enggan melihat kekerasan yang diduga sebentar lagi dilakukan oleh sang Guru. 

 

Sekalipun si Badung nakalnya kelewat batas, teman-temannya tetap saja tak rela menyaksikan Ia diperlakukan layaknya pesakitan. Sementara si Badung yang biasanya tengil, kini hanya pasrah dengan roman muka pucat memelas. Saat itu, semua mengira kalau sang guru akan memukuli si Badung dengan pengaris kayu. Sampai waktunya tiba, dengan raut wajah geram dan tampang yang merah padam sang guru mengayunkan penggaris kayunya sekuat tenaga memukuli baju seragam si Badung yang teronggok di atas bangku. Berulang kali pukulan itu beliau lakukan dengan ekspresi murka. Kendati yang dipukuli adalah baju yang tak lagi melekat di badannya, si Badung menangis tersedu. Siswa lainnyapun berurai air mata. 

 

Cerita ini konon nyata terjadi di Negeri Belanda sana sontak meluas ke seantero dunia. Inilah pengalaman baru yg sempat tercatat dalam dunia pendidikan kala itu. Meskipun dengan cara sederhana, Jahn Lighthart sang guru yg menjadi lakon ceritera ini telah mengajarkan pedagogi yg sebenarnya atau cara mendidik yg luhur dengan tidak memukul fisik tetapi menyentuh dan menepuk hatinya.

 

Inilah sejatinya pedagogi yang bisa dilengkapi dengan; menggandeng, merangkul, membimbing, mendengar keluh, bertukar pandang, bercurah pendapat, tukar pikiran, bergotong royong pecahkan masalah, menghargai dan maklum tentang beda pandangan serta menghormati pilihan dan harapan masa depannya. Layak untuk diimplementasikan kisah inspiratif ini, tetapi bukan berarti mempraktikkan mentah-mentah secara formalis atawa 'text oriented'. 

Kalau kaum ayati menirunya dalam kehidupan nyata di hari ini, bukannya siswa milenial alih-alih tergugah, yang terjadi malah hanya akan jadi lelucon.

 

Seperti ceritera berikut; Pak Bahlul, sebut saja demikian. Ia seorang guru yg dulunya dikenal galak dan 'killer' sibuk mengajar siswanya. Dengan bersemangat dan antusias Ia menerangkan rumus-rumus, konsep dan teori yang dijabarkan lengkap di papan tulis. 

Pak Bahlul tak sadar kalau hampir seisi kelas bosan. Untuk mengisi kebosanan, macam-macam ulah siswa. Ada yg tiduran sampai akhirnya pulas. Ada yg ngobrol dengan rekannya. Ada juga satu dua siswa yang masih punya sisa energi untuk mengikuti uraian Pal Bahlul. Pastinya, ekspresi siswa beragam hingga suasanapun hingar bingar. Si Badung yg hobi bikin ulah menemukan momentumnya. Ia membuat gaduh memukul-mukul bangku sambil berdendang. Sesekali teriak dan tentu juga mengganggu temannya. 

Pak Bahlul yang semula pernah berniat tobat untuk tidak galak kali ini gagal. Ia tak berhasil meredam emosi. Pak Bahlul marah dan menjadikan si Badung sebagai sasaran kemurkaannya. Beruntung, sebelum terlanjur marah beliau teringat pada kisah Jan Lighthart sang guru bijak. Diperintahkan olehnya si Badung yang biang kerok itu maju ke depan kelas. 

Beliau akan mempraktikkan apa yang pernah dilakukan Jan Lighthart secara 'text oriented'. Pak Bahlul mencopoti baju si Badung lantas memukuli baju seragam itu bertubi-tubi dengan ekspresi yg tak kalah marahnya. "Hahahahaha...." Serempak seisi kelas tertawa terbahak, tanpa perlu didirijeni oleh si Badung. Orkestra tawa siswa yang terpingkal-pingkal melihat ulah konyol gurunya. Lebih parah lagi bahkan sebagian siswa itu mengira si guru kesurupan dan tak waras lagi karena memukul-mukul baju seragam di atas bangku. Beginilah potret siswa kita hari ini. Siswa milenial generasi Z yang akrab dengan tiktok viral dan medsos populer.

Siswa yang tak peka dan tak tersentuh serta tak mampu menginterpretasi makna yang tersirat. Idem ditto dengan gurunya. Guru yang pembeo, guru yg juga hanya lebih memilih menjadi bebek yang beraninya jika jalan berbondong-bondong gandeng kawanannya serta tak pernah mau menjadi elang pemberani. Ya.. Elang yg terbang sendirian di ketinggian atmosfer yang segar. 

Petik hikmahnya, simpan pesan moralnya, amalkan nilai ceritanya.

Mari berubah! #Counter Hegemony

 

*) Guru SMAN 1 Karangbinangun Lamongan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post