[email protected]

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
 BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

1.4.a.9.1. Aksi Nyata Modul 1.4

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Aditya Rini Kusumaningpuri

Kelas A10.06.Rekognisi. BBGP JATENG

Latar Belakang

Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaankebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Pada modul 1.1 Filososfi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD), kita belajar bagaimana pendidikan yang menuntun itu sesuai dengan kodrat anak yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Dengan penerapan berbagai budaya positif maka sebagai guru kita sudah melaksanakan filosofi pendidikan KHD ini yaitu menuntun anak sesuai dengan kodratnya. Pada modul 1.2 Nilai dan Perang Guru Penggerak, pelaksanaan budaya positif sangat mendukung nilai dan peran guru penggerak. Dengan penerapan budaya positif ini maka guru sudah mengaktualisasikan diri sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak. Pada modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak, visi merupakan hal dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru penggerak. Visi itu harus memiliki kekuatan kata yang kuat yang dapat menyemangati dan menggerakkan hati untuk merealisasikannya. Visi seorang guru idealnya sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara.

Budaya positif yang dipelajari pada modul 1.4 ini kemudian diterapkan dalam lingkungan sekolah, maka akan membantu guru dalam merealisasikan visi yang sudah disusun ini. Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan positif, aman dan nyaman agar para murid mampu berpikir, bertindak dan bertanggung jawab. Selama ini disiplin di sekolah dimaknai sebagai sikap patuh terhadap aturan yang diterapkan di sekolah. Hal ini akan membawa pengaruh yang kurang baik pada diri murid. Murid akan menjadi tidak termotivasi secara internal dalam disiplin, justru akan termotivasi secara eksternal. Dampak dari kondisi ini adalah sikap yang ditunjukkan murid sering kali berubah jika motivasi tersebut hilang. Dalam rangka menumbuhkan dan menerapkan budaya positif pada murid di sekolah serta menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif, budaya positif terus dilakukan oleh guru dan siswa sehingga visi sekolah akan terwujud.

Penerapan budaya positf disekolah merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan nasional. Penerapan budaya positif ini tidak bisa dilakukan tanpa dukungan dari semua elemen yang ada di sekolah. Dengan penerapan budaya positif ini diharapkan dapat mewujudkan visi sekolah dan membentuk karakter murid dalam mengimplementasikan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila.

Tujuan penerapan disiplin disiplin aadalah untuk menumbuhkan budaya positif dengan kesepakatan kelas. Mengembangkan nilai-nilai profil pelajar pancasila pada diri murid dalam kegiatan pembelajaran. Melakukan kegiatan pembiasaan murid untuk mengimplementasikan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila. Pada sesi kegiatan pengimbasan tersebut kami belajar banyak sekali materi modul 1.4 di antaranya adalah : 1. Perubahan paradigma pembelajaran 2. Disiplin positif dan nilai kebajikan universal 3. Teori motivasi, hukuman, penghargaan, dan restitusi 4. Kebutuhan dasar manusia 5. Keyakinan kelas 6. Posisi control guru 7. Segitiga restitusi.

Materi Budaya Positif

Tolok ukur dari penerapan budaya positif adalah agar murid mampu membuat kesepakatan kelas untuk dipasang dinding kelas dan ditaati. Peserta dapat mengaplikasikan nilai-nilai profil pelajar Pancasila secara sadar dan berkesinambungan dalam proses belajar. Murid terlibat aktif dalam kegiatan sekolah dengan secara sadar mengamalkan nilai-nilai profil pelajar Pancasila sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid.

Linimasa tindakan atau langkah-langkah yang akan dilakukan diantaranya ialah: 1. Sosialisasi kepada seluruh warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru, murid, dan tenaga kependidikan terkait disiplin positif, kesepakatan kelas dan profil pelajar Pancasila dan praktik segitiga restitusi sebagai dampak pelanggaran kesepakatan kelas. 2. Guru menjelaskan tentang pengertian dan pentingnya kesepakatan kelas. 3. Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang telah disepakati selanjutnya ditandatangani seluruh warga kelas dan dipasang di dinding kelas. 4. Sosialisasi kepada seluruh murid baru tentang penumbuhan karakter dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan pentingnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat. 5. Menumbuhkan, menanamkan dan membiasakan nilai-nilai profil pelajar pancasila dan kegiatan ekstrakurikuler. 6. Mendokumentasikan setiap kegiatan ekstrakurikuler yang menumbuhkan, mencerminkan dan membiasakan nilai-nilai profil pelajar Pancasila.

Secara garis besar materi penerapan budaya positif di sekolah sebagai berikut: 1. Perubahan paradigma pembelajaran 2. Disiplin positif dan nilai kebajikan universal 3. Teori motivasi, hukuman, penghargaan, dan restitusi 4. Kebutuhan dasar manusia 5. Keyakinan kelas 6. Posisi control guru 7. Segitiga restitusi. Sebagaimna kita ketahui bersama bahwa perubahan paradigma pembelajaran merupakan pergeseran antara stimulus respon menjadi teori control. Pembelajaran dirancang berdasarkan prinsip pembelajaran yang berpihak kepada murid dan berdiferensiasi, sehingga setiap murid akan belajar sesuai dengan kebutuhan dari tahap perkembangannya untuk menjadi manusia yang bisa meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dimasa depan nanti.

Makna kata disiplin itu sendiri merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapat kepatuhan. Kemudian yang dimaksud dengan disiplin positif adalah pendekatan untuk mendidik murid yang bertujuan untuk membentuk control diri dan meningkatkan kepercayaan diri, sehingga mereka bisa berperilaku dengan berpedoman kepada nilai-nilai kebajikan universal yaitu, sifat positif manusia, merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai oleh setiap individu, terlepas dari suku bangsa, bahasa, agama, maupun latar belakangnya.

Setiap perilaku salah atau tindakan indisipliner yang dilakukan oleh murid kita pasti punya motivasi tertentu yang terbagi menjadi tiga, yaitu : untuk menghindari ketidaknyamanan / hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan, kemudian motivasi yang paling baik adalah untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percayai. Dari tidakan yang didasari motivasi-motivasi tersebut maka seorang guru akan memberikan respon kepada muridnya yang dikategorikan menjadi konsep disiplin identitas gagal dan konsep disiplin identitas sukses. Konsep disiplin identitas gagal mencakup 2 tindakan yaitu memberikan hukuman dan penghargaan, yang dimaksud dengan hukuman adalah bentuk pengendalian perilaku seseorang yang bersifat memaksa dan menyakitkan, sedangkan penghargaan adalah bentuk pengendalian perilaku seseorang dengan suatu imbalan benda / peristiwa yang diinginkan. Kemudian konsep disiplin identitas sukses mencakup 2 tindakan yaitu konsekuensi dan restitusi, yang dimaksud dengan konsekuensi adalah bentuk pengendalian perilaku seseorang yang membutuhkan proses stimulus respon, sedangkan restitusi adalah proses mencipakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan sehingga mereka bisa kembali pada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat.

Murid kita melakukan suatu tindakan indisipliner tersebuat bisa saja karena kebutuhan dasar mereka belum terpenuhi, sehingga mereka berusaha mencari cara agar bisa terpenuhi. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi lima, yaitu : bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan. Diperlukan suatu nilai yang membantu mereka menjadi murid yang berbudaya positif dalam hal ini adalah keyakinan kelas, yaitu nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati oleh guru dan murid secara tersirat dan tersurat dalam kelas sebagai acuan dalam berperilaku terhadap diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan tersebut.

Budaya positif juga bisa diwujudkan dengan memiliki posisi control terbaik sebagai seorang guru dalam merespon tindakan indisipliner murid. Posisi control tersebut dibagi menjadi lima, yaitu, penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau dan manager. Dalam hal ini posisi manager di anggap sebagai posisi control yang terbaik dan ideal untuk diterapkan. Pada posisi manager guru tidak berperan sebagai pengatur perilaku muridnya, melaikan guru sebagai pembimbing murid agar bisa mengatur dirinya menjadi pribadi dengan karakter yang lebih kuat lagi. Disinilah konsep disiplin identitas sukses diterapkan melalui restitusi yang memiliki 3 tahapan, yaitu : mensatabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.

Rencana ke Depan

Rencana saya ke depan akan terus berinovasi dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada siswa demi dapat “menuntun” siswa agar dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zama. Besar harapan kami akan terus adanya perbaikan dalam mengimplementasikan Budaya Positif di sekolah. Kami terus melakukan kolaborasi bersama Kepala Sekolah, teman dan rekan guru untuk, mengikuti pelatihan serta belajar mandiri dari berbagai sumber terkait pengembangan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Serta berupaya terus dapat mengimplementasikan Budaya Positif di sekolah melalui keyakinan kelas demi terwujudnya visi dan misi dalam mencetak generasi yang berjiwa profil pelajar pancasila.

Penutup

Besar harapan saya agar rekan sejawat bisa mengimplementasikan sedikit pengetahuan yang didapatkan di kelas masing-masing sehingga budaya positif bisa terwujud di sekolah. Tentu banyak sekali hal yang perlu dibenahi dalam pelaksanaan kegiatan ini, untuk itu saran dan masukan baik dari fasilitator pemandu, pengajar praktik, kepala sekolah dan rekan sejawat akan menjadi sangat berarti untuk perbaikan pada kegiatan-kegiatan yang akan saya lakukan berikutnya.

Penerapan budaya positif di sekolah membutuhkan dukungan dari seluruh warga sekolah serta partisipasi aktif orang tua di rumah dalam membiasakan budaya positif. Dedikasi seluruh warga sekolah sebagai role model/ teladan bagi peserta didik dalam menanamkan budaya positif di sekolah . Kolaborasi seluruh warga sekolah dalam menciptakan serta membiasakan budaya positif di sekolah.

Salam guru penggerak

Tergerak, bergerak, dan menggerakkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post