ADRIZAL

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Guru perokok, masih kerenkah?

Merokok bagi sebagian besar orang merupakan suatu kebutuhan, bahkan menjadi kebutuhan pokok meskipun sebenarnya tidak kita temukan dalam jargon " empat sehat lima sempurna".

Ternyata sejarah rokok itu sendiri sudah lama dimulai yaitu di Amerika Selatan pada 4.000 tahun sebelum masehi. Konon saat itu, merokok atau mengunyah tembakau merupakan adalah bagian dari ritual perdukunan. Setelah beberapa abad kemudian tembakau mulai diperkenalkan di daratan Eropa. Saat itu Cristopher Colombus menjadi orang Eropa pertama yang menemukan tumbuhan tembakau.

Kini, rokok yang sudah bermetamorfosa menjadi "kebutuhan pokok" itu melahirkan industri rokok rumahan maupun skala besar di Indonesia karena merokok adalah salah satu kegiatan yang banyak dilakukan orang hampir di seluruh dunia, sehingga pangsa pasarnya amat menjanjikan.

Berbagai jenis rokok mulai kretek, filter, rokok dengan rasa mentol, hingga rokok elektrik kini mudah dijumpai di warung warung kecil dan menjadi bagian kehidupan manusia.

Dalam dunia pendidikan kebiasaan merokok masih sering kita jumpai terutama di kalangan guru. Masih banyak guru yang mengenyampingkan etika merokok di lingkungan sekolah.

Padahal sebuah pepatah lama yang tak asing di telinga kita “Guru kencing berdiri, anak kencing berlari.” Anak adalah seorang peniru yang ulung yang mengimitasi apa yang dilakukan guru sebagai role modelnya. Masa pertumbuhan dan masa pencarian identitas diri menyebabkan anak pada keinginan meniru perilaku orang lain, orang tua, guru, selebritis atau teman sebaya. Terutama guru, sebagai pembawa pesan moralitas, seorang guru dituntut untuk menjadi teladan yang baik.

Selain itu peran guru sangat dipandang mulia oleh masyarakat yang tercermin dari akronim kata "guru" dalam bahasa Jawa sebagai digugu dan ditiru. Kata "digugu"bearti hal-hal yang dikatakannya layak dipercayai oleh orang lain dan "ditiru" bearti hal-hal yang dilakukannya layak dijadikan suri teladan.

Sudah semestinya guru yang telah dilabeli sebagai pendidik punya beban moral untuk berpuasa merokok di kawasan sekolah terutama di hadapan peserta didik.

Jika memang hasrat guru merokok itu sulit dihentikan, alangkah eloknya jika guru tersebut tidak terang terangan merokok di hadapan siswa.

Semisal mengasingkan diri sejenak di ruang khusus untuk merokok. Sulitkah di pengasingan?? Mungkin tidak bagi yang mau berubah tapi sulit untuk yang masih status quo...

Guru perokok, gak keren lho!

Semoga bermanfaat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post