ADRIZAL

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Malang nian nasibmu
Malang nian nasibmu

Malang nian nasibmu

Hari ini aku tak bisa menahan kesedihan.

Setelah cukup lama berselancar di dunia maya, tanpa sengaja aku menemukan foto ini dari seseorang yang membagikan. Aku berhenti sejenak sambil memandangi foto itu. Aku mencoba masuk jauh pada labirin sekelumit kisah foto ini. Tak tahan rasanya, sembari kemudian jemariku sesekali menyeka pipi yang rupanya sudah dari tadi dibasahi oleh air mata ini. Malang nian nasibmu.

Tak terbayangkan bagiku, begitu indah kebersamaan kalian beserta ibu yang setiap saat tak ingin kehilangan momen kebersamaan kalian. Aku mencoba mengenang di saat kalian ditelurkan oleh si Ibu. Ia tak ingin meninggalkan kalian, ia tak ingin kalian gagal menetas, kalian butuh kehangatannya dan ia tahu itu. Hingga haus dan laparpun menjadi taruhannya. Jika ia harus meninggalkan kalian sebentar, itupun demi kalian. Khawatir jika tubuhnya tak hangat lagi, maka dengan terpaksa sejenak kalian ditinggalkan untuk melepaskan dahaga sembari mengisi energi alakadarnya. Kemudian ia datang lagi menghangatkan kalian dengan harapan kalian lekas menetas. Baginya menetaskan kalian adalah hal terindah dalam hidupnya. Begitulah hari hari kalian lalaui bersama ibumu hingga sampai saat indah itu datang.

Bunyi cik cik...dibalik retakan telur kini terdengar syahdu di telinga ibu. Rasa gembira tiada tara terlihat jelas dibalik sisi tingkah si ibu yg sekali kali membolak balik tubuh kalian untuk membersihkan tubuh kalian layaknya proses persalinan. Ibu membersihkan seluruh tubuh kalian hingga tak tersisa sekeping cangkangpun di tubuh kalian.

Hari ini Ia sibuk sekali. Semua sisa cangkang dan bahkan kotoran pertama kalian ia bersihkan. Ia buang jauh semua kotoran itu hingga berpuluh puluh meter dari sarang kalian dengan harapan supaya keberadaan kalian tidak terendus oleh predator yang mungkin mencoba mendeteksi keberadaan kalian.

Begitulah berhari hari sang induk mencari makanan untuk membesarkan anak anaknya dari pagi hingga sore. Tak peduli panas terik serta hujan asalkan anak anaknya dapat ia beri makan. Anak anaknya kini tumbuh sehat, bulu bulu mereka sudah mulai tumbuh dan menjarum.

Suatu ketika saat sang ibu mencari makan di pohon ara, tanpa sengaja kaki tersangkut bahkan mengenai sayap. Benar saja. Malapetaka itu datang. Yang ia takut kini menerpa dirinya. Ia telah terkena jerat perangkap pemburu burung. Iapun ditangkap pemburu dan kini musnah sudah harapannya.

Sementara disarang anak anaknya menunggu induknya dalam haus, lapar dan khawatir. Dari pagi hingga malam usai, induknya tak kunjung pulang.

Entah ditangkap pemburu, dijerat "tukang pikek", atau mati tertembus peluru.

Di sarang, anak anaknya berteriak merengek kelaparan minta tolong, namun tak satupun ada yg menolong.

Hari sudah hampir malam, namun mereka terus memanggi ibunya. Tapi percuma. Energi sudah mulai habis, rasa lapar dan kedingin malam ini sungguh sangat menusuk. Mereka sudah tidak sanggup menahan haus dan lapar di keheningan malam ini. Naaspun tiba. Rengekan mereka sudah tak terdengar lagi.

Innalilahi wa Inna ilaihi raji'un..

Selamat jalan...

Kini kalian tinggal tulang belulang yang menyimpan sejuta kisah yang akan lama tersimpan di memori ini.

Kinali, 25/01/2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post