AFIDA SAIDIYAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KETIKA BEJO BERCERITA

Sedih rasanya melihat dan merasakan rendahnya minat baca dan apresiasi sastra anak didikku di sekolah. Anak-anak sekarang lebih asyik dengan gawainya, daripada membaca buku sebagai teman waktu luangnya.

Perpustakaan sudah tersedia di sekolah. Tetapi minat baca anak-anak tetaplah rendah. Bahkan ada beberapa murid yang ke perpustakaan hanya pada saat mengembalikan buku paket pelajaran di akhir tahun pelajaran saja.

Sebagai guru Bahasa Indonesia, saya punya kewajiban untuk membangkitkan minat baca mereka. Berhari-hari aku berpikir keras. Cara apa yang harus kugunakan untuk mengatasi problema yang membuat hati ini merasa miris dengan keadaan seperti ini.

Akhirnya ide itu datang juga. Kuingat tumpukan majalah Ummi koleksiku di almari buku. Daripada tergeletak sia-sia, sebaiknya kumanfaatkan. Kuhitung jumlahnya. Lebih dari cukup untuk jumlah murid di kelasku. Permata , tabloid anak-anak adalah bagian dari majalah Ummi. Kukumpulkan dan kusampul rapi agar tidak cepat rusak di tangan anak-anak.

Tiba saatnya hari yang kunanti-nantikan untuk mengeksekusi rencanaku. Aku berada di dalam kelas . Diantara wajah kuyu murid-muridku. Bersama hembusan angin yang menelusup dari luar jendela kelas, tercium bau keringat khas mereka, karena sudah memasuki jam terakhir. Baju seragam mereka sudah tidak secemerlang saat jam pertama tadi. Terutama anak laki-laki yang suka bermain bola di saat istrahat. Aku tetap semangat melakukannya.

“Apa itu Bu ? Apa itu Bu ?”, celoteh anak-anak penuh antusias. Saat aku membagikan Permata satu per satu. Wajah mereka nampak ceria memegang dan melihat lembaran warna-warni Permata . “Bacalah !, pasti kalian senang”, kataku dengan senyum kebahagiaan. Bahagia , karena hari ini aku telah mewarnai hari-hari mereka dengan satu langkah baru .

Setelah Permata di tangan mereka , kutugaskan untuk membaca dan merangkum salah satu judul bacaan yang disukai. Tak lupa memberi pendapat terhadap apa yang telah dibaca, dalam sebuah buku khusus yang sudah kuperintahkan untuk dibawa pada hari-hari sebelumnya. Suasana kelas menjadi hening. Semua asyik dengan Permata-nya.

Beberapa saat kemudian, semua murid sudah mengumpulkan pekerjaanya. Mereka kembali duduk, dan membaca lagi halaman Permata lain yang belum sempat mereka baca. Akhirnya semua mengumpulkan tugas yang kuberikan. Tinggal kunilai hasil kerja mereka untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan ketertarikan mereka pada salah satu judul yang telah dibacanya.

Terkadang di lain kesempatan, aku menggilir mereka untuk menceritakan kembali di depan kelas apa yang sudah mereka baca. Sehingga suasana kelas menjadi riuh dan seru. Bermacam-macam gaya mereka bercerita. Ada si Joko yang lancar berbicara. Tia yang pemalu dengan suara lirihnya. Membuat teman-temannya jengkel, karena harus berulang-ulang mengingatkan agar suaranya diperkeras. Anwar yang tergagap-gagap merangkai kata-katanya. Beberapa teman berulang kali mengganggunya. Tapi selalu kuperingatkan agar menghargai usaha Anwar untuk tampil. Adapula si gendut Bejo. Saat berdiri di depan kelas, seakan tak kuat lagi menyangga berat badannya. Gaya bertuturnya yang lucu. Membuat seisi kelas tertawa terpingkal-pingkal mendengar ceritanya.

Tepuk tangan selalu berkumandang setiap selesai mereka menampilkan ceritanya. Kelas semakin hidup. Tidak ada wajah-wajah kuyu mereka. Wajah-wajah riang tercermin di setiap sudut kelas. Anak-anak selalu kuajarkan untuk selalu menghargai usaha temannya yang telah tampil. Karena itu merupakan suatu keberanian yang tak ternilai. Keberanian yang membutuhkan energi dan pikiran bagi anak-anak seusia mereka untuk menerjemahkan kembali apa yang telah mereka baca dalam bentuk bahasa tutur.

Kebiasaan ini selalu kulakukan di awal atau di akhir jam pelajaran . Alhamdulilah, anak-anak senang dan terhibur. Bahkan mereka terkadang meminta agar jam pelajaran digunakan untuk membaca saja.

Beberapa bulan kemudian , terlihat hasilnya. Beberapa anak sudah mulai senang meminjam buku di perpustakaan sekolah. Terkadang dengan hati riang, mereka menunjukkan buku yang dipinjamnya. Seakan mereka ingin menunjukkan ketertarikannya pada buku yang akan dibaca. Mungkin ini efek dari mereka haus akan bacaan. Permata yang kupinjamkan di kelas, sudah mereka baca semuanya . Sehingga mereka harus mencari sumber bacaan lain.

Ada rasa haru yang menghujam, kegembiraan luar biasa atas usaha kecilku yang membuahkan hasil. Melihat minat mereka membaca yang mulai tumbuh. Setidaknya aku telah melukis kanvas kehidupan mereka dengan kebiasaan gemar membaca. Seperti kalimat yang selalu kuucapakan di hadapan mereka , “Membaca adalah jendela dunia , yang akan membawa kita menuju ke gerbang kesuksesan ”.

SAGUSABU PASURUAN

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inisitiaf yang keren. Anak menjadi suka membaca. Dahsyat

16 Aug
Balas

"Membaca adalah jendela dunia, yang akan membawa kita menuju ke gerbang kesuksesan." Setuju Bu Afida.

15 Aug
Balas

Siiiip .....

15 Aug

Trimaksish Pak Murman

20 Aug
Balas



search

New Post