AFIDA SAIDIYAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

SELAMAT JALAN SANG KETUA KELAS

Udara dingin pagi menembus jaket yang kupakai. Jalanan di sepanjang desaku saat itu tidak begitu ramai. Untuk mengurangi hembusan angin pagi yang menusuk tulang, kukendarai sepeda beat ku menuju sekolah dengan pelan. “Ibu, kenapa pelan sekali jalannya ?” , tanya Zaky anakku yang sedang kubonceng. Kebetulan dia sekolah di tempatku mengajar. “Dingin sekali Nak,” jawabku.

Tiba-tiba dari arah berlawanan, ada sebuah pick up terbuka berwarna putih melaju kencang sekali. Kulihat di atas pick up itu ada Pak Idris dan Pak Ipin petugas kebersihan sekolah serta dua orang lainnya yang tak kukenal. aku bertanya-tanya dalam hati “Ada apa ya?, jangan-jangan ada muridku yang kecelakaan,“ pikirku. Apalagi pick up tersebut melewati jalan menuju Puskesmas di desaku. “Mungkin ada anak-anak yang jatuh Bu,” kata Zaky. “Ya, kita lihat sebentar lagi,” jawabku.

Ketika sampai di sekolah, sudah banyak orang berkerumun. Polisi berdatangan, beberapa kendaraan berhenti. Ternyata ada kecelakaan di depan sekolah. Letak sekolahku memang di tepi jalan raya antar provinsi. Tentunya setiap hari banyak kendaraan berlalu lalang melaju dengan kecepatan tinggi. Dua orang satpam setiap pagi menyeberangkan murid-murid. Saat mereka datang ke sekolah di pagi hari dan siang hari saat mereka pulang.

“Siapa yang menjadi korban ?” tanyaku pada seorang siswa yang berkerumun. “Agus........ Bu, kelas 7E.” “Bagaimana kondisinya ?” aku tak sabar menanyakan keadaannya. “Kelihatannya luka parah.Sekarang sudah dibawa ke Rumah sakit oleh Pak Idris,tadi naik pick up putih.” Jawab murid-murid. Ternyata benar sekali dugaanku tadi.

Menurut beberapa murid di sekitar yang menyaksikan kejadian tersebut, Agus menyeberang di barisan paling belakang, tiba-tiba truk dengan kecepatan tinggi melaju dan menabraknya. Padahal Pak Satpam sudah menghentikan laju truk. Namun naas, kecelakaan itu tak terelakkan lagi. Ternyata sopir truk tidak dapat menguasai kendaraanya karena dia mengantuk.

Kumasuki pintu gerbang dengan penuh tanda tanya. Setelah memarkir sepeda, aku segera menuju ruang guru. Di gazebo depan ruang guru, kulihat seseorang berperawakan kurus , kecil, dengan mata sayu terduduk lemas. Tiba-tiba kulihat seorang bapak bertubuh besar dengan wajah sangar, diikuti beberapa temannya mendatangi orang yang berperawakan kecil dengan mata sayu tersebut. Orang-orang itu menampar berkali-kali serta memaki-makinya. Aku sampai ngeri dan ketakutan melihat peristiwa itu. Rasanya seumur hidup, baru kali ini saya menyaksikan peristiwa kekerasan itu dengan mata kepala sendiri.

Pak Tarno nama orang yang berperawakan kurus kecil tersebut adalah sopir truk yang menabrak Agus. Pak Puji, guru Agama Islam di sekolahku, segera mengajak Pak Tarno untuk menuju ruang guru. Dengan tujuan mengamankannya dari kemarahan penduduk sekitar. Karena mereka ingin menghakimi sendiri pelaku penabrakan tersebut.

Ruang guru masih sepi, hanya ada beberapa guru yang datang. Saya ambilkan segelas air putih untuk Pak Tarno. Bagaimanapun, aku merasa kasihan melihatnya. Tentunya ini adalah kejadian yang tidak diinginkannya. Segelas air putih, telah diteguknya. Seakan dia mendapat kesegaran di tengah padang pasir yang panas dan gersang.

“ Ibu, boleh saya pinjam HP-nya ? dia berkata dengan suara gugup. “Untuk apa ? “ kata Pak Puji. “Saya mau ngabari bos saya Pak.” “Oh ya, monggo-monggo “ jawabku. “Tolong Ibu pencetkan nomor nya,” katanya . Setelah tersambung, kudengar percakapan Pak Tarno dan Bosnya. Pak Tarno mengabarkan bahwa dirinya sedang tertimpa musibah.

Tak beberapa lama kemudian, beberapa orang polisi berdatangan memasuki ruang guru untuk menjemput Pak Tarno. Rupanya mereka membawa Pak Tarno ke kantor polisi untuk dimintai keterangan dan diproses lebih lanjut.

“Tut.....Tut .....Tuuuut”, hand phone Pak Puji berdering. Rupanya Pak Idris telah mengabarkan bahwa Agus murid kami yang tertabrak truk yang dikendarai Pak Tarno sudah tak tertolong lagi nyawanya. “Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun ............” serasa kejadian ini terlalu cepat. Rasa haru menyelimuti sekolah kami. Semua guru, murid , karyawan sekolah turut merasakannya. Hari itu sekolah kami dirundung duka. Telah kehilangan salah seorang anak didiknya yang baik. Sang ketua kelas itu telah pergi untuk selamanya.

Agus adalah anak tunggal di keluarganya. Betapa sedih kedua orang tuanya menghadapi kenyataan ini. Tidak ada lagi hari-hari indah bersama putra tercinta.Tidak ada lagi suara ayat Al Quran dan suara adzan yang selalu dilantunkannya. Ibunda Agus tak kuasa menahan linangan air matanya, ketika kami guru-guru dan teman-teman sekolahnya melayat ke rumahnya. Tapi apalah daya, ini semua sudah menjadi kehendakNYA. Kami hanya bisa membesarkan hatinya untuk tabah menerima takdirNYA.

Semoga amal ibadahmu diterima olehNYA. Diampuni semua khilafmu. Mendapat tempat yang mulia di sisiNYA. Engkau telah berjuang di jalan Allah. Pergi menghadapNYA untuk mencari ilmu. Kepergianmu khusnul khotimah anakku.

SAGUSABU PASURUAN

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tragedi di jalan. Perlu waspada dan siaga. .... Salam

23 Aug
Balas



search

New Post