Panggil saja namaku Sarah,usiaku baru 17 tahun. Aku bersekolah di SMA negeri Pintu Alam iii. Teman-temanku berasal dari keluarga berpunya dan sebagiannya berkehidupan berkecukupan. Sedangkan aku adalah anak dari ayah yang bekerja di BUMN dan ibu yang mengurusi kebutuhanku dirumah alias IRT. Aku adalah anak tunggal, kadang aku merasa sepi di rumah. Tapi Alhamdulilllah aku bersyukur memiliki ibu yang siap 24 jam mendengarkan curhatku.

Singkat cerita, aku dulu begitu dekat dengan karina, teman yang ku anggap sudah seperti saudara kandungku sendiri. Namun, makin kesini rupa aslinya makin membuatku membuat jarak dengannya. Karena aku tidak mau terjadi lagi cerita penghianatan yang membuat orang lain tau bahwa aku menyesal pernah menjadi orang terdekatnya.

Sakit menyesakkan. Dia sudah biasa seperti itu, aku hanya bisa diam memperhatikan gerak geriknya. Karina punya satu teman akrab. Dan aku juga lumayan akrab dulu dengan temannya. Namun aku juga memilih untuk kembali ke posisiku semula. Biasa-biasa saja dan tidak lagi masuk ke lingkaran itu.

Benar kata petuah yang sering ku baca dan ku dengar bahwa bila berteman dengan penjual minyakwangi maka kita akan ikut wangi. Dan sebaliknya.

Aku tidak menjudge temanku buruk perangainya namun semakin kesini karakternya semakin jelas. Daripada menampung dosa, lebih baik tidak mengikuti. Dosa itu di lunturkan bukan direkatkan.

Jadi cuma mengingatkan berteman boleh, tapi jangan mengikuti hal yang bukan jati dirimu. Sesungguhnya temanmu sekarang adalah cerminan perilakumu yang tanpa kamu sadari akan jadi pengaruh kepada kebiasaanmu.