AFIF FIRMAN HERMANSYAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

A. DEFINISI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Tujuan Pembelajaran yang didefinisikan secara jelas;

1. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya;

2. Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar;

3. Manajemen kelas yang efektif;

4. Penilaian Berkelanjutan

Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.

A. STRATEGI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR MURID.

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah:

1. Kesiapan belajar (readiness) murid

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD.

Bersifat mendasar - Bersifat transformative

1. Konkret - Abstrak;

2. Sederhana – Kompleks;

3. Terstruktur – Terbuka;

4. Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent);

5. Lambat - Cepat

2. Minat murid

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu.

3. Profil belajar murid

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

1. Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur dan sebagainya.

Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.

Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.

2. Preferensi gaya belajar.

Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:

a. Visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer );

b. Auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);

c. Kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

C. LINGKUNGAN BELAJAR YANG MENDUKUNG

Learning Community adalah komunitas yang semua anggotanya pemelajar. Guru-guru memimpin muridnya mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik tunbuhnya lingkungan pemelajar. Iklim di kelas menurut carol Tomlinson yaitu :

1. Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik (kehadiran orang merasa dihargai);

2. Setiap orang di dalam kelas saling menghargai;

3. Murid akan merasa aman;

4. Ada harapan bagi pertumbuhan-pertumbuhan sekecilapapun akan dicatat dan diperhatikan guru;

5. Guru mengajar untuk mencapai kesusksesan. Scaffolding merupakan dukungan guru dalam tahapan pembelajaran berjenjang;

6. Ada keadilan dalam bentuk yang nyata. Adil berusaha memastikan apa yang murid butuhkan untuk meraih sukses;

7. Guru dan siswa berkolaborasi untuk tumbuh dan sukses Bersama. Setiap orang harus mengambil tanggung jawab antara guru dan murid untuk suskses di kelas.

D. JENIS-JENIS ASESMEN

Asesmen (assessment) merupakan kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan data/informasi dari proses dan hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja mahasiswa, kelas/mata kuliah, atau program studi dibandingkan terhadap tujuan/kriteria/capaian pembelajaran tertentu. Jenis-jenis Asesmen yaitu :

1. Pra Asesmen

Pra Asesmen dilakukan untuk mengukur kemampuan awal murid sebelum pembelajaran. Pra Asesmen bisa dilakukan dengan cara :

a. Pre Test

b. Peta Konsep

c. Survei Minat

d. Bangun TIB (Apa yang aku tahu, ingin tahu, telah belajar)

e. Diskusi

f. Kuis Informal

2. Asesmen Formatif

Penilaian formatif merupakan prosedur julat penilaian rasmi dan tidak rasmi yang digunakan oleh para guru semasa proses pembelajaran bagi menyesuaikan aktiviti mengajar dan pembelajaran bagi meningkatkan pencapaian murid. (Wikipedia.org)

Contoh Asesmen Formatif yaitu :

CARA FORMAL

a. Daftar Periksa Kemajuan murid

b. Menjawab Pertanyaan

c. Mengerjakan Kuis

d. Observasi

e. Membuat Catatan

CARA INFORMAL

a. Mengamati

b. Mendengarkan

c. Mengekspresikan

3. Asesmen Sumatif

Penilaian Sumatif dilaksanakan pada akhir topik bahasan, akhir periode penilaian dan akhir semester. Penilaian Sumatif dilaksanakan bisa dengan test objektif dan portofolio akhir.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post