Afiyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Biar Dia Sayang Padaku

Aku membuka pintu rumahku yang sedari tadi diketuk seseorang. Tampaklah seorang wanita sepantaran denganku memakai gaun merah muda selutut. Aku tersenyum menyambutnya.

“Keke, kapan kamu pulang?” Ucapku sembari memeluknya.

“Baru saja, Ai, aku sengaja pulang, tahu kan kamu, besok adalah hari raya bagiku,”

Aku mengingat tanggal hari ini, 24 Desember, berarti besok adalah hari natal baginya. Keke adalah sepupuku yang beragama Katolik, dia mengikuti agama ibunya yang dulu dititipkan nenekku kepada seorang pastur.

“Ah, ya, pantas saja kamu pulang dari Korea. Masuk, yuk, Ke. Umi masak opor ayam kesukaanmu, lho!”

Aku dan Keke masuk ke rumahku sambil tertawa riang. Tentu aku senang. Sudah beberapa tahun Keke sekolah di Korea. Meskipun kami berbeda agama, kami sering bermain bersama, karena itu aku menjadi kesepian ketika Keke sekolah di Korea dan kami jadi jarang bertemu.

“Ai, besok ikut aku ke gereja, yuk!”

Aku tersentak seketika. Aku hanya membalas ajakan Keke dengan senyuman.

“Aku pikir-pikir dulu, deh, ya, Ke,”

“Ok. Nanti malam kutelepon, ya. “

Keke pergi setelah mencium tangan ibuku dan melambaikan tangan padaku serta membawa beberapa buah tangan untu orangtuanya.

“Ai jangan ikut ke gereja, ya!” ucap Umi seketika aku masuk ke kamarku.

“Keke, kan, dekat sama Ai, kalau Ai nolak, kesannya tidak baik dan tidak toleransi, Mi,”

“Iya, Ke, Umi tahu, Islam juga mengajarkan begitu, kok, kita harus berbuat baik kepada siapapun, , kita harus toleransi terhadap perbedaan, tapi bukan berarti kita harus toleransi dalam bergama. Kita memang harus menghormati agama orang lain selama mereka tidak memerangi Islam, tapi bukan berarti kita ikut dalam agamanya. Coba Ai ingat surat Al-Kafiruun, Allah berfirman ‘Untukmu agamamu, Untukku Agamaku’ ingat?”

“Ingat, Mi, tapi nanti gimana Ai menjelaskaknnya pada Keke?” Umi membisikkan kata-kata ke telingaku. Aku pun tersenyum setelahnya.

Malamnya Keke menelepon dan kuangkat dengan senang hati.

“Gimana, Ai, jadi ikut, kan?”

“Maaf, ya, Ke, aku tak mau mengecewakanmu dan tidak mau mengecewakan Tuhanku, jadi aku menolak ajakanmu dengan tegas, tapi bukan berarti kamu tidak boleh main sama aku, lho, Ke. Ini semua biar Dia sayang padaku, Ke.”

“Dia? Siapa?”

“Tuhanku, Ke, Dia mengajarkanku untuk menyayangi orang lain, toleransi pada perbedaan namun bukan toleransi pada agama, Dia juga menyuruhku untuk mendo’akan orang-orang yang belum beriman padanya, itu semua karena Dia suka keindahan, dan Maha Penyayang terhadap makhluknya, maka Islam, agamanya, adalah agama yang Indah dan mengajarkan kasih sayang dan toleransi, tapi bukan berarti toleransi dalam menjalankan ibadah agama lain, Ke,”

“Sepertinya Tuhanmu dan Islam benar-benar sayang terhadap pemeluknya, ya, Ai. Lain waktu ajarkan aku tentang Islam, ya.”

“Dengan senang hati, Ke.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya bagus...salam kenal

19 Aug
Balas

Makasih, bu. Salam kenal :)

20 Aug
Balas



search

New Post