Afrial

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Full Day School
Duhhhh ngantuknya...

Full Day School

Wacana pemerintah untuk melaksakan pembelajaran delapan jam sehari, hari belajar Senin sampai Jumat seharusnya sudah mempertimbangkan banyak hal. Analisa dari semua sisi harus dijalankan. Indonesia bukan hanya Jakarta, Indonesia bukan hanya terdiri dari beberapa kota besar saja. Indonesia memiliki berbagai kondisi wilayah, adat dan alam yang berbeda beda.

Jika kesibukan orang tua mengakibatkan tidak punya waktu lagi untuk mengontrol anak di rumah sehingga waktu anak banyak terbuang dan pengaruh negatif lingkungan akan merusak anak, dan ini yang dijadikan alasan penerapan penbahan waktu belajar, sangat tidak tepat.

Orangtua yang mana yang selalu sibuk? Orangtua karier jawabannya. Tinggal dimana orangtua karier, ya di kota pastinya. Apakah imdonesia merupakan negara perkotaan?

Justru kalau di daerah, anak dibutuhkan oleh orang tuanya dalam melaksanakan pekerjaan bersama di rumah, dan jangan divonis ini sebagai pemberdayaan anak bawah umur. Salah.

Justru ini jauh lebih baik dibanding pembelajaran teori saja. Inilah yang disebut sebagai learning by doing.

Berapa persen siswa yang berasal dari perkotaan yang bisa memasak? Bandingkan dengan mereka yang tinggal di desa.

Kemudian lagi, apakah semua orangtua sanggup menyediakan makan siang untuk anaknya kalau harus delapan jam di sekolah, atau cukup mereka bawa nasi dari rumah setiap hari. Kalau ini yang terjadi artinya selama dibangku sekolah siswa sudah kita paksakan makan yang serba dingin dan malah dikawatirkan basi.

Sementara mereka adalah tumpuan harapan bangsa ini kedepan, apakah kita akan menitipkan bangsa ini kepada generasi kurang gizi, generasi nasi dingin?

Bayangkan saja, makanan dibuat pukul lima pagi, dimakan pukul 12.30 dengan wadah seadanya saja.

Transportasi

Bagi sekolah perkotaan, mungkin kendaraan akan selalu ada, angkot ataupun bus. Lalu sekolah pedesaan yang notabene harus ditempuh pakai motor, sepeda bahkan jalan kaki, melewati area kosong tanpa perumahan dan terkadang harus melewati hutan. Sanggupkah kita membiarkan anak kita tiap hari sampai di rumah sekitar pukul enam sampai pukul tujuh malam?

Sudahkah para pembuat keputusan mencoba duduk delapan jam dalam ruangan dengan suhu 28 sd 34 derajat celcius? Atau mereka menganggap semua ruang belajar sudah punya AC?

Dan masih banyak faktor lain yang harus dipikirkan. Saya khawatir kalau nanti yang menjadi korbam adalah guru, kenapa guru?

Karena pihak yang paling ujung adalah guru dan merekalah yang paling mudah disalahkan. Dikbing hitamkan atas kegagalan pendidikan di negara ini.

Bersama kita pikirkan bangsa ini, dan terkadang pemikiran orang di lapangan (guru) justru akan lebih produktif bila dibandingkan dengan pemikiran para (yang mengaku atau dianggap pakar pendidikan) yang bercokol dan duduk di ruang AC digedung mewah di bagian lain negara ini.

Semoga tulisan imi bermanfaat dan silahkan dikomen dan sharekan kepada semua yang menurut anda bisa diajak berdiskusi.

Palembang, 12 Juni 2017

Panas.... Ngantuk.... Lapar... Capek.... Bosannnnnnm

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post