Afri Deliana Putri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
2. Gadis Penakluk Samudra(The Author of the ocean)

2. Gadis Penakluk Samudra(The Author of the ocean)

Dua puluh tahun silam, tepatnya tanggal 17 bulan aries seorang wanita menemukan bayi perempuan di depan pintu toko rotinya. Bayi itu terus menangis. Sepertinya ia menggigil kedinginan. Rosse memeluk hangat bayi itu. Memikirkan betapa malangnya bayi itu menghabiskan malamnya di sebuah kardus yang tipis. Ia juga tahu, semalam cuaca sangat dingin. Tak mungkin!

Rosse berteriak memanggil suaminya, Smith. Lelaki kepala empat itu bergegas menyusul istrinya, ia takut terjadi sesuatu. Betapa kagetnya Smith, menemukan istrinya mendekap hangat seorang bayi di pelukannya. Bayi itu masih menangis. Tangisan yang pilu.

Smith menyuruh Rosse duduk di salah satu kursi toko mereka. Berlari mencari selimut, untuk menghangatkan bayi menggigil itu.

"Aku tak mengerti, mengapa ada orang tua biadab yaang tega membuang anak kandungnya sendiri!" Gerutu Smith sambil menyelimuti bayi itu.

Rosse menyela air matanya. Ia tak tega melihat bayi mungil itu terus menangis. Lantas ia berlari ke dapur, lalu meracik teh manis hangat. Dan memasukkannya ke dalam dodotan bayi milik anaknya.

Memberi minum bayi yang terlihat mulai tenang. Smith terlihat kesal memikirkan orang tua biadab bayi ini.

"Suamiku, jika nanti polisi datang, bilang saja kepada mereka bayi ini tidak akan tinggal di panti asuhan. Tapi biarkan dia tumbuh di toko ini. Kau tahu, anak kita sudah banyak yang besar. Mereka sudah jarang di toko ini. Biarkan saja anak ini tumbuh dan menjaga toko ini." Smith masih diam.

"Aku akan memberi dia nama, Adelle." Kata Rosse sambil melirik suaminya. Smith tersenyum lalu mendekati istrinya.

"Baik Adelle, apa kau senang dengan namamu nak?" Smith mencium puncak ubun-ubun bayi itu. Adelle tersenyum riang.

Adelle menutup buku diarynya. Menyimpanya kembali bersama pulpen kesayangan. Berdiri dan berjalan menuju kolam pancur. Ia memandang lama kolam itu. Tumpukan koin begitu banyak di dasar kolam ini. Airnya jernih, karna itu sangat mudah melihat dasarnya.

Ia mengambil satu koin dari saku kanan gaunnya. Menggenggam koin dalam genggaman jemari tangannya. Ia berharap sebentar. Lalu melempar koin pertama miliknya ke arah kolam.

Clum..... Koin itu menerobos perisai air. Terbenam jatuh hingga mentok di keramik kolam. Adelle tersenyum. Matanya melirik seorang anak perempuan yang sedang melayani pengunjung toko mereka. Itu toko Kue. Ini mengingatkan ia tentang jalan hidupnya.

Dia melangkah meninggalkan kolam. Pandangannya fokus menuju gadis yang sibuk berkerja. Lagian apa salahnya kalau sekadar mencicipi kue dan roti di sana, mana tahu rasanya tak bisa mengalahkan roti buatan Ama. Adelle sangat merindukan roti buatan Ama.

Dia mendorong pintu kaca toko itu. Toko ini ramai oleh turis mancan negara. Persis seperti toko Ama. Adelle mendekati etalase kaca penuh aneka ragam kue dan roti. Ada juga beberapa biskuit dan kukis. Nampaknya enak.

Adelle melirik teliti. Hingga gadis yang ia perhatikan tadi menyapanya. Hai nona! Ada yang bisa saya bantu? Anda ingin kue yang mana?. kata gadis itu dengan bahasa Inggris yang lebih pasih dari pada Adelle.

Adelle tersenyum. Lalu menunjuk kue donat bertabur keju di atasnya. Yang ini. Gadis itu cepat mengangguk, lalu mengambilkan permintaan Adelle.

Adelle memilih meja di dekat jendela. Ia suka mentari pagi. Meja bertuliskan nomor 17 itu sangat strategis. Ia dari sini bisa memandang The Pasifik dengan jelas. Memandang kesibukan para pekerja dan penduduk di dermaga.

Di sampingnya ada sebuah keluarga yang tak asing di matanya. Gadis itu? Adelle tertawa sambil tersenyum. Mengangkat piring donatnya sebagai ucapan selamat makan. Gadis itu yang beberapa jam lalu menyenggol lenganya. Tingkah gadis itu sebenarnya lucu. Adelle menyesal terlalu dingin kepadanya.

Anne tersenyum. Ikut mengangkat kue lapis miliknya. Lalu memohon maaf akan kejadian tadi. Adelle tersenyum, lalu mengangguk-angguk pertanda dia memaafkan.

Pagi ini dia menemukan cerita baru. Banyak hal unik yang ia dapatkan pagi ini. Ternyata banyak manusia baik di kota ini. Dari mulai Kelasi, Gadis bernama Anne, dan bahkan gadis penjual kue.

Adelle menggigit donatnya. Mengunyah dan merasakan kenikmatan lelehan coklat yang lumer di mulutnya. Ia mencatat rasa donat itu. Jika suatu saat ia kembali, ia akan mencoba membuat donat serupa.

Perasaan ragu masih tetap menggerogoti tulangnya. Masih bingung, akan menetap atau kembali pulang? Jika kembali, bagai mana dengan tujuannya? Jika menetap, apa tujuannya ada disini? Semua masih sangat kacau. Tapi donat toko ini cukup menenangkan hatinya untuk beberapa saat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post