Afri Deliana Putri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
4.Senja yang sama(the author of the ocean)

4.Senja yang sama(the author of the ocean)

Langit mulai berubah memerah. Cahaya Surya terpantul indah di lautan. Mentari telah tampak akan segera berpamitan. Dan Adelle masih duduk di taman itu. Beberapa jam lalu, Arthur berpamitan akan pergi mengurus kapal kargo yang akan menepi di dermaga. Dia juga bilang akan menemui Adelle disini setelah langit senja menampakan diri. Dengan diary dan pulpen di jemarinya, Adelle kambali menulis setiap memorinya. Menyelesaikan beberapa chapter cerita barunya. Ia masih tak tahu judul yang jelas untuk karyanya. Tapi kalimat spontan yang terus terbesit di otaknya terus di tuangkannya di buku itu.

Dari arah dermaga, terlihat bayangan melambai ke arah Adelle. Rambut ikal panjang Arthur jelas terlihat. Dia mendekat. Adelle tersenyum bahagia. Bergegas menyimpan peralatan menulisnya. Arthur tersenyum. Dia mengajak Adelle ke salah satu penginapan. Mereka berjalan melewati gang-gang pertokoan, rumah-rumah dan tempat umum lainnya. Hingga mereka mentok di penginapan berwarna kuning. Rumah petak ini panjang sekali. Ada banyak pintu. Arthur membuka salah satu pintu kayu, lalu menyuruh Adelle masuk dan beristirahat. Memang tadi Arthur telah menyewa penginapan ini untuk beberapa hari. Sampai Adelle sudah memutuskan tujuannya kedepan.

Arthur berpamitan. Di bilang nanti malam ia akan mengajak Adelle berkeliling kota ini. Arthur menjelaskan jika kota ini penuh dengan lampu-lampu warna warni yang indah jikalau malam telah datang. Adelle merebahkan tubuhnya di kasur persegi panjang. Memang tidak tebal, tapi lebih baik seperti ini dari pada tak mendapat penginapan.

Mendengar cerita Arthur tadi, membuatnya tak sabaran. Dia melompat menuju kamar mandi kecil di sudut ruangan. Menghidupkan shower air tawar yang menyejukkan. Bernyanyi dengan lagu yang sering Ama nyanyikan untuknya.

Rosse telah menutup tokonya agak cepat. Smith tidak ikut berjualan hari ini. Dia harus mengantarkan putra sulung mereka untuk bersekolah melanjutkan S2 di Ibu kota. Adelle ikut merapikan meja-meja dan melap kaca. Rosse tersenyum gembira. Anak itu baru berusia 5 tahun, tapi ia sudah cekatan sekali. Rosse memanggil. Adelle, segeralah mandi. Malam ini ikut Ama menginap di rumah. Rosse menaruh piring-piring di rak dapur. Adelle mengangguk.

Sudah 3 tahun. Rosse dan Smith hanya menginap di toko. Terkadang juga harus meninggalkan Adelle sendiri di toko. Mereka harus menemani anak-anak mereka. Dan sayangnya, putra dan putri Rosse tak menyukai Adelle. Setiap mereka ke toko, selalu saja membuat Adelle menangis. Terkadang mereka mengata-ngatai anak haram. Tapi bocah itu belum sepenuhnya paham.

Setelah rambut Adelle basah terkena air. Dan tubuhnya telah bersih. Dia melilitkan handuk di tubuhnya. Membuka pintu dan menuju Rosse. Dia memakai baju. Gaun merah muda dengan renda putih melilit di tepinya. Rosse mengeringkan rambut Adelle. Lalu menyuruh Adelle berdiri dan menyisir rambutnya. Berdiri di depan kaca besar di gudang toko. Rosse mulai menyisir.

Putri samudra.. Rambut panjang pirang... Matanya hitam melambai ... Menyisir rambut di depan kaca besar... Putri samudra... Putri samudra... Penguasa lautan

Berdiri di dermaga, melambai-lambai-kan jemarinya... Memanggil seru pangeran... Datang segera dan jemput aku...

Rosse tersenyum ke arah kaca. Menatap putrinya yang sudah selesai di sisir. Cantik.

Adelle tersipu manis. Tertawa menghadap kaca. Dia melihat putri. Putri samudra.

Dia menatap wajahnya ke arah kaca kamar mandi. Bertanya dalam dalam. Siapa mereka yang tega membuangku? Apa salahku? Suaranya parau. Suara tangis jelas menggema. Luka batin ini terus saja tumbuh dan memamabiak. Biadab.

Adelle mengacak-acak rambutnya. Menangis pilu mengingat nasibnya. Kemudian menyapu wajah lagi dengan air di wastafel. Lagi dan lagi.

Setalah itu ia keluar. Hari sudah gelap saat ia menatap keluar. Arthur akan segera menjemputnya. Dia merapikan rambut. Menyelipkan jepitan mawar merah di rambut pirangnya. Tersenyum ke kaca kamar. Lalu mengoleskan pelembab dan lipstik di bibirnya. Menyandang tas kecil di bahu. Dompet, pulpen dan diary telah berada di dalam tas itu. Sepatu spansus coklat melekat serasi di kulit Langsatnya. Mengunci pintu dan menunggu Arthur di luar rumah.

Arthur masih belum muncul. Adelle semakin bosan menunggu. Ia mulai menyerah setelah 1 jam ia menunggu dan terus menunggu. Adelle berjalan ke arah pusat kota. Menunggu di taman. Dan mencoba koin ke duanya.

Dia melangkah mengingat jalan. Masuk dan keluar gang pertokoan dan rumah-rumah kecil. Menembus pasar dan keluar menemukan bundaran kota. Dan di tengahnya adalah taman pahlawan. Lampu-lampu menyala serempak. Patung-patung nampak hidup. Lampu-lampu taman menyala merirama. Dan air pancur menari kompak. Indah. Adelle berjalan santai menuju kolam. Kali ini koin kedua akan segera mencebur masuk ke dasar kolam.

Dia mengeluarkan koin dari saku sebelah kanan. Koin perak akan segera loncat. Dia memohon sebentar. Permohonan yang sama seperti koin pertama. Dan hitungan detik koin itu menembus air. Jatuh bersama harapan miliknya. Tersenyum simpul lalu melangkah menuju kursi taman. Memandang ke arah taburan bintang di angkasa. Bulan purnama menggelantung di langit malam. Warnanya putih kekuningan. Cahayanya terpantulkan air laut sebagai cermin raksasa. Adelle tersenyum getir.

Tepukan halus mendarat di pundaknya. Tangan yang sama yang membantunya berdiri tadi siang. Arthur datang dengan kebab khas Turki di tangannya. Dua buah. Dengan saus tomat yang pedas. Arthur duduk di sebelah Adelle. Memohon maaf karena terlambat datang menjemputnya di Indihome. Adelle hanya menjawab tak masalah. Mereka tertawa di bawah langit malam nan indah. Arthur menceritakan gurauan jenaka kepada Adelle. Tertawa terbahak-bahak bersama. Dan cerita malam itu di tutup dengan berbaring menatap langit di rerumputan taman kota.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post