Afri hardal

Terlahir dari keluarga sederhana pada tanggal 18 Mei 1984 menyelesaikan pendidikan formal di kota kelahirannya Sijunjung dan merupakan alumnus Universitas Maha...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Raina
Sumber gambar: https://www.pinterest.ca/pin/707135578965178171/

Cinta Raina

Cinta Raina

Bu Sinta membaca buku cerita kesukaan puteri-puteri kecilnya, diiringi dengan mimik dan intonasi, yang membuat mereka seakan masuk ke dalam dunia cerita. Bercerita atau sekedar membacakan buku cerita merupakan rutinitas Bu Sinta tiap malam sebagai pengantar tidur anak-anaknya.

Bu Sinta memiliki tiga orang puteri. Jarak kelahiran mereka yang rapat, membuat mereka seperti anak kembar tiga, kelihatan seusia. Yang sulung bernama Deby, 11 tahun. Kedua Rani, 10 tahun dan yang si bungsu Raina, 9 tahun.

Malam itu, bu Sinta tidak bercerita atau membaca buku cerita seperti biasanya. Ia mengajak anak-anaknya berbincang-bincang lepas. Mulai dari cita-cita, kegiatan sekolah hingga hal-hal yang abstrak seperti cinta dan kasih sayang. Awalnya anak-anaknya memaksa untuk bercerita seperti biasanya, namun keahlian bu Sinta mengolah kata-kata membuat mereka menikmati perbincangan malam itu.

“Anak-anak bunda yang cantik dan baik hati, seperti apakah cinta ananda semuanya kepada bunda?” bu Sinta lantas bertanya kepada anak-anaknya seraya menatap dalam mata mereka.

“Bunda ingat tidak, ketika kita liburan tahun lalu ke Jakarta? Kita mengunjungi tugu Monas yang tinggi itu kan? Nah, cinta ku kepada bunda, lebih tinggi dari tugu Monas itu.” Deby menjawab berapi-api.

“Wah.., luar biasa.” Sambut bu Sinta. Lalu menatap kepada Rani. Rani mengerti, maka dia pun langsung berkata, “Kalau aku, lebih luas dari danau Toba yang pernah kita kunjungi bersama opa dulu, bunda,” Jawab Rani tak mau kalah. Bu Sinta kembali tersenyum mendengar jawaban puteri tengahnya tersebut. Sekarang tinggal si bungsu. Semua penasaran dengan jawaban yang akan disampaikan oleh Raina.

“Kalau cintaku sama bunda, tidak bisa diukur. Karena aku sangat cinta dan sayang sama bunda.” Bu Sinta dan kedua puterinya yang lain, melongo mendengar jawaban Raina.

Keesokan harinya…

Bu Sinta sedang memasak mempersiapkan sajian untuk makan malam. Disaat sibuknya memasak, ternyata garam dapur bu Sinta habis. Dia menyesal, kenapa taunya pas lagi masakan tidak bisa ditinggalkan. Dia berfikir untuk minta tolong kepada anak-anaknya. Pertama bu Sinta minta tolong kepada Deby. Namun Deby beralasan bahwa dia sedang mengerjakan tugas. Demikian juga dengan Rani, dia beralasan bahwa prakarya yang sedang dikerjakannya tidak bisa ditunda. Harapannya tinggal si bungsu, Raina. Tapi bu Sinta juga melihat Raina juga sedang sibuk dengan tugas sekolahnya. Bu Sinta urung mengganggunya. Tapi Raina keburu melihat kedatangan bu Sinta di pintu kamar. Dia bertanya, “ada apa bunda?”

“Ah, tidak. Rencananya bunda mau minta tolong Raina untuk belikan garam dapur ke warung mang Ujo. Tapi Raina sibuk bikin tugas juga nampaknya, ya..” bu Sinta menjelaskan maksudnya.

“Tidak apa, bunda. Sini biar Raina beliin garamnya.” Ujar Raina langsung berdiri menghampiri bundanya dipintu kamar.

“Tugasnya bagaimana, nak?”

“Nanti Raina sambung lagi bikinnya, bun.” Jawab Raina sejuk.

Raina pun berangkat. Diikuti tatapan haru bu Sinta. Inikah maksud cintanya tak bisa diukur seperti yang ia sampaikan malam tadi? Batin bu Sinta.

Solok, 08 Juni 2020

#Tantangan Menulis Gurusiana hari ke-3 (edisi remidi)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

bgs bro ada nilai moral nya

09 Jun
Balas

Mantap Pak, sarat dengan karakter yang perlu dikembangkan untuk generasi bangsa kita.

09 Jun
Balas

Keren...tulisan yang menginpirasi, semoga konsisten terus menulis

09 Jun
Balas

Pesan moralnya bagus. Nilai cinta seorang anak kepada orang tuanya. Mantul tulisannya

10 Jun
Balas

Anak anak yang sholehah Ceritanya bagus ...Ringan tapi penuh makna

08 Jun
Balas

Top markotop...pasti si bungsu itu aku kan mas bro?

09 Jun
Balas

Keren pak cernaknya mendidik

15 Jun
Balas

Cernak yang bagus. Sesuai sekali dg usia anak-anak. Berdoa suatu hari saya bisa buat cernak juga

10 Jun
Balas



search

New Post