Eksotisme 'Cantika'
Part_1
“Ciptakanlah semangat
Di setiap langkahmu
Sambut dunia dengan tertawa
Dan gapai mimpimu
Tegar meraih asa
Putra pelosok negeri
Jangan kau ragu karena kami peduli
Jangan kau ragu karena kami peduli”.
Penggalan lagu kebanggan peserta SM-3T LPTK “Kota Pahlawan” sayup-sayup terdengar mengiringi perjalanan rombongan garda terdepan, pengemban misi pendidikan, mencerdaskan anak bangsa di pelosok negeri. ‘Tanau’, menjadi titik akhir perjumpaan mereka dengan Pak Heru. Jejeran kapal aneka rupa bersandar nyaman, dan aman. Akan tetapi laksana perjalanan hidup, bukanlah itu tujuan dibuatnya kapal.
‘Cantika’, menjembatani mereka menyukseskan misi di tanah rantau. Laut, angin, cuaca, gelombang, gemuruh ombak, dan badai siap bercengkrama dengan mereka beberapa hari kedepan.
“Gimana Mas, sudah kenal dengan rekan tugas sepenempatan?” tanya Sri yang sedang duduk di pinggir dermaga bersama Bowo dan rekan-rekannya menunggu kapal untuk berangkat.
“Belum Dik, dulu waktu kegiatan di Kodikmar mungkin sudah pernah kenalan, tapi Aku lupa yang mana orangnya, maklum Aku buruk dalam mengingat nama orang,” jawab Bowo menjelaskan.
“Lah, kenapa gak dicari tahu dulu mas?” sambung Sri.
“Gak perlu dik, nanti di tempat tugas juga bakalan kenal,” jelas Bowo lagi.
Hubungan antara Bowo dan Sri sulit diterjemahkan. Tapi setidaknya mereka ingin menikmati sisa waktu kebersamaan, sebelum dipisahkan oleh tempat tugas. Hubungan mereka ibarat kapal laut yang menepi dan berlabuh, kemudian berlayar lagi dan entah kapan akan singgah kembali atau malah akan terus berlayar hingga ombak besar membuatnya karam.
“Tuuut, tuuut, tuuut,” suara klakson ‘Cantika’, menandakan dia siap berlayar. Semua penumpang yang masih di luar berbondong-bondong masuk ke kapal.
Perlahan ‘Cantika’ mulai memecah ombak. Lambat laun belaian gelombang laut pun menyapa. Anjing, Babi, Kambing, Ayam, dan burung yang diikat sekenanya di deck kapal mulai terlihat resah, sementara sayuran dan buah-buahan seolah terdiam ketakutan. Beras, Sembako, dan tumpukan bahan bangunan berdecik, memohon untuk dikeluarkan dari tumpukannya. Malam dingin terasa semakin pekat, manusia tergeletak di setiap sudut kapal demi sekedar menaruh pantat dan merebahkan punggung.
Kapal kecil yang sesak dan padat. Bagi mereka ini adalah hal baru dan tidak akan pernah terfikirkan, namun bagi penduduk setempat kapal ini laksana tunggangan Batara Siwa yang memberi kesejahteraan, berkah dan menghidupkan roda perekonomian.
Pulau Seribu Masjid, 3 April 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pemilihan kata nya luar biasa keren
Terimakasih pak guru. Masih belajar.