Agil Ari W, S.Pd., Gr

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menembus Keraguan

Menembus Keraguan

“Tekad hadir dari dalam lubuk jiwa memberikan semangat dan melahirkan sugesti, “Ya Saya bisa, Saya sanggup, Saya mampu!”. Setiap kata yang meluncur dari lubuk jiwa adalah do’a, semakin dikayuh akan sampai kepada tujuannya”.

Renungan yang membuat Bowo semakin mantap dan yakin untuk melanjutkan langkahnya yang sempat terganjal dan menggalau. Setelah melewati serangkaian tes seleksi program SM-3T hingga tahap akhir, yaitu tahap prakondisi (pelatihan semi militer di Komando Pendidikan Marinir). Pada hari terakhir prakondisi, diumumkan pembagian kabupaten penempatan dan sekolah tempat tugas masing-masing peserta, hari dimana galau dan ragu mulai muncul. Bukan tanpa sebab, namun cerita dari Kak Nanda (kakak tingkat yang pernah bertugas sebelumnya di kabupaten tersebut) seolah menakut-nakuti peserta yang akan menjalankan misi mencerdaskan anak bangsa. Bahkan salah satu peserta yang akan menjadi rekan Bowo di tempat tugas, memutuskan mengundurkan diri dari program SM-3T pada hari itu juga.

Malam hari di Barak Marinir, menjelang tidur Bowo merenung, kemudian mengambil Smartphone nya dan mulai mencari lokasi tempat tugas di Google Maps. “What the hell!” Bowo mengumpat lirih, pikiranya menggerutu meratapi nasib. Bowo mendapat tempat tugas di sebuah pulau kecil di Maluku, hanya dia sendiri yang ditugaskan di pulau itu, sedangkan rekan-rekannya bertugas di pulau lain secara berpasangan dan berkelompok.

“Pulau sekecil ini? bahkan dalam Peta Indonesia pulau ini tidak nampak! apakah ada manusianya di sini? apakah ada peradaban?” gumamnya dalam hati. Bowo mulai berselancar dengan gawainya mengenai pulau ini untuk memperoleh informasi lebih jauh. Tak banyak referensi mengenai pulau ini, informasi yang diperoleh dari Mbah Google pun kondisinya sebelas dua belas dengan pulau penempatan yang diceritakan Kak Nanda waktu mengisi materi tadi siang. Hanya saja pulau ini jauh lebih kecil, dan Bowo akan bertugas seorang diri di pulau ini tanpa rekan seperjuangan. Pikiran Bowo berkecamuk, “Bagaimana jika nanti disana Aku jatuh sakit? apalagi di sana endemi Malaria, sementara fasilitas kesehatan tidak memadai, rumah sakit jauh, dan akses kemana-mana sulit!”. Bukan karena takut, tetapi lebih kepada kekhawatiran Bowo akan kehidupan.

Keraguan Bowo untuk melanjutkan langkah semakin menjadi-jadi, akhirnya dia berinisiatif untuk menghubungi sahabat dan kakak laki-lakinya melalui telefon. Bowo tidak menghubungi ibunya terlebih dahulu karena khawatir akan menjadi beban fikiran ibunya yang sudah lanjut usia. Kebetulan malam itu sudah tidak ada jam malam karena kegiatan prakondisi telah selesai, dan tinggal menunggu administrasi untuk diberangkatkan ke tempat tugas masing-masing.

Kalimat dari sahabat dan kakaknya mengembalikan tekad Bowo yang mulai meredup.

"Bro! ingatlah kembali semangat dan tekad yang sudah terpatri di dalam benakmu, masak mau jadi laki-laki gak berpendirian!” ucap sahabatnya dengan nada sedikit meninggi.

Sementara itu kakak laki-lakinya berkata, “Kamu laki-laki masak menyerah sama hal begituan, lagian cuma setahun, anggap saja sambil piknik ke tempat eksotis, siapa tahu di sana nanti Kamu bisa jadi Kepala Suku, hahahha”. Kakaknya malah tertawa lepas.

Pulau Seribu Masjid, 28 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hahaha....Bowo keren !

28 Mar
Balas

Bowo ndeso.hehe

29 Mar



search

New Post