Hari ini saya memperoleh ilmu baru dari dari Grub WhatsApp ‘Sahabat Inspiratif 2020’. Grub yang dibentuk sebagai wadah berbagi ilmu dan bergerak secara non profit. Grub ini diinisiasi oleh Ibu kita yang keren menewen Dra. Nuraini, M.Pd dan abang kita yang inspiratif Guslaini, S.Si, M.Pd (BHP Riau), serta rekan-rekan guru yang tak kalah luar biasa, berperan sebagai admin sekaligus merangkap sebagai host dan moderator untuk kelancaran kegiatan dan kemaslahakatan grub, seperti senior-senior saya di Gurusiana Pak Bambang Anwar, M.Pd., dan saudara se-almamater MBMI Tommy Japaris, S.Pd.,Gr., dkk. (maaf tidak menyebutkan satu persatu).

Siang tadi Grub Sahabat Inspiratif menghadirkan seorang narasumber yang luar biasa bernama Pak Dedi Wahyudi, S.Pd atau biasa dipanggil Mas/Kang/Bang Dewa, dan di media sosial beliau dijuluki Mr. Poem karena sering memposting puisi di akun media sosialnya. Beliau mempelajari pusi sonian dari sastrawan bernama Soni Farid Maulana dan bergabung secara aktif dalam laman grub yang diasuh oleh Soni Farid Maulana. Beliau juga telah menelurkan beberapa bukunya yang berisi puisi-puisi sonian seperti Festival Sonian, Jantung Kata, Warna-warni Puisi Sonian, dll.

Mungkin di sini saya tidak akan membahas secara detail mengenai sosok-sosok hebat dan luar biasa yang saya sebutkan diatas, karena segudang prestasi Beliau-beliau semua tak akan habis saya tuliskan, sehingga saya haturkan permohonan maaf sebelumnya dan sebesar-besarnya bilamana hanya menuliskan sekilas biografinya, dan mohon koreksinya dari semua pihak apabila ada kesalahan dan ketidak lengkapan dalam artikel saya ini.

Saya ingin berbagi mengenai ilmu baru yang saya dapatkan hari ini yaitu tentang Puisi Sonian yang disampaikan oleh Kang Dewa. Berdasarkan informasi yang beliau sampaikan bahwa Puisi Sonian termasuk puisi jenis baru, puisi ini diciptakan oleh seorang sastrawan bernama Soni Farid Maulana pada tahun 2015, puisi bertema bebas, dan dalam satu judul puisi tak terikat jumlah baitnya (minimal satu bait), namun dalam menciptakannya dituntut pada kekuatan pemilihan diksi. Hal ini karena puisi sonian terikat dengan aturan khusus yaitu:

1. Terdiri dari 4 baris/larik dalam satu bait.

2. Jumlah suku kata dalam satu bait mempunyai pola 6-5-4-3 atau 6-5-6-3 di tiap larik.

Kedua aturan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi orang yang sudah terbiasa membuat puisi bebas, karena keterbatasan suku kata yang meruncing ke bawah, artinya semakin ke bawah baris puisi dalam satu bait maka jumlah suku kata yang digunakan semakin sedikit. Sehingga dibutuhkan kecermatan dalam memilih diksi, agar mulai bait pertama, kedua, ketiga, dan keempat memiliki benang merah yang saling berhubungan dan mampu membentuk makna secara keseluruhan terhadap pesan yang hendak di sampaikan dari puisi sonian tersebut.

Setelah memperoleh ilmunya, tentu saja saya ingin mencoba menerapkannya sebagai bahan latihan, berikut puisi sonian yang saya buat:

Cinta Sejati

Begitu Sempurna

Bagi hambaMu

Yang tidak sempurna

TuhanKu

Menurut Kang Dewa puisi yang saya buat tersebut sudah sesuai aturan dengan pola 6-5-6-3, artinya baris pertama terdiri dari 6 suku kata, baris kedua terdiri dari 5 suku kata, baris ke-tiga terdiri dari 6 suku kata dan baris terakhir terdiri dari 3 suku kata.

Pulau Seribu Masjid, 25 April 2020