Agung Sudaryono

Seorang pria yang dikenal sebagai "coklat "dulunya..cowok klaten maksudnya, tapi sekarang terdampar di Jogja. Moto hidupnya "khoirukum anfa ahum linnas". Sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mulianya Seorang Wanita

Mulianya Seorang Wanita

Seorang Gubernur pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah penduduk dan tetangganya untuk bersedekah dengan cara menaburkan uang dinar dihadapan mereka semua. Semua warga dan tetangganya saling berebutan memunguti uang itu dengan suka cita. Namun ada yang aneh, seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah muram. Ia terlihat diam saja tidak bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta. Dengan keheranan sang Gubernur bertanya, " Wahai perempuan setengah baya, mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga-tetangga kamu itu?" Perempuan setengah baya itu menjawab, "Tidak mengapa Gubernur , sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat." "Maksud engkau?" tanya sang Gubernur mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu.

"Maksud saya, bekal dunia sudah cukup bagi saya. Yang masih banyak saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu salat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal."

Dengan jawaban seperti itu, sang Gubernur merasa telah disindir tajam. Ia insaf, dirinya selama ini hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan Malaikat Izrail sudah mengintainya. Akhirnya sang Gubernur jatuh cinta kepada perempuan setengah baya tadi . Kabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Banyak pejabat, sanak saudara dan kolega Gubernur tak habis pikir, bagaimana seorang Gubernur bisa menaruh hati kepada perempuan jelata itu. Maka untuk membuktikan kebenaran pilihannya akan perempuan itu pada suatu kesempatan, diundanglah mereka semua oleh Gubernur dalam sebuah pesta mewah. Kepada mereka diberikan gelas crystal yang bertahtakan permata, berisi cairan anggur segar termahal harganya. Gubernur lantas memerintah agar semua yang hadir membanting gelas masing-masing. Semuanya terbengong merasa sayang jika harus membanting gelas permata itu, dan tidak ada satupun hadirin yang mau menuruti perintah sang Gubernur. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi berdenting gemerincing pertanda ada seseorang yang telah melaksanakan perintah Sang Gubernur. Itulah si perempuan jelata tadi. Di kakinya pecahan gelas crystal dan permata berhamburan sampai-sampai semua orang tampak terkejut, keheranan dan tercengang.

Gubernur lalu bertanya, "Mengapa engkau membanting gelas permata itu wahai perempuanku ?" Tanpa keraguan di wajahnya perempuan itu menjawab, pertanyaan sang Gubernur.

”Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan Tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa Tuan sebagai Gubernur ulil amri kami berkurang lantaran perintah Tuan sebagai penguasa tidak ada yang mematuhinya" Gubernur terkesima dan para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu. "Kedua, saya hanya mentaati perintah Allah. Sebab di dalam Alquran, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, Utusan-Nya, dan para penguasa. Sedangkan Tuan adalah penguasa saya, atau ulil amri bagi saya istri anda, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah Tuan." "Ketiga, dengan saya memecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dicap gila daripada tidak melakukan perintah suami saya, yang berarti saya sudah berbuat durhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada suami saya. Itu lebih berat buat saya karena ribuan malaikat di langit dan bumi akan mengutuk dan melaknat saya "

Semua hadirin yang yang semula mencemooh dan mentertawakan sang Gubernur karena mempersunting wanita jelata itu kini berbalik sangat gembira dan bangga karena Gubernur memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat dan setia selalu kepada suaminya, tetapi juga taat kepada Gubernurnya, kepada Nabinya, dan kepada Tuhannya.

Yogyakarta, penghujung April 2019

Ditulis ulang dari kisah-kisah Islam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post