Agung Sudaryono

Seorang pria yang dikenal sebagai "coklat "dulunya..cowok klaten maksudnya, tapi sekarang terdampar di Jogja. Moto hidupnya "khoirukum anfa ahum linnas". Sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Karnaval Budaya Milad 107 Muhammadiyah

Karnaval Budaya Milad 107 Muhammadiyah

Panas menyengat tak kurasakan, meski kepala serasa tersayat tak kupedulikan..berat menanggung hidup tak seberapa berat menahan rasa rindu ini. Yang ada di benakku adalah berjumpa dan bersama selalu. Sejak semingu ini rasa hatiku tak menentu. Menahan derasnya gelora hati dengan haru biru. Saat sebuah perintah untuk.mengikuti sebuah acara di Kotaku ini. Acara yang sebenarnya lebih sesuai untuk anak muda seperti anak saya yang baru lulus SMA, bukan seperti saya atau kami yang sudah hampir kepala lima.

Bapak adalah guru yang kami anggap paling sesuai memakai kostum ini, selain tinggi besar wajah bapak bersih sesuai warna kostum bapak...biasalah mereka merayu dan membujuk agar saya bersedia mengenakan busana ala Jember Carnival ini.

Baiklah tapi bukan saya yang mau..tapi karena memang dari sudut pandang manapun sayalah yang harus mengenakannya. Ya milad Muhammadiyah tahun ini melalui LSBO lembaga Sosial Budaya dan Olahraga menyelenggarakan karnaval budaya dengan tema Keberagaman dalam Bingkai Persatuan. Ada 10 orang yang harus mengenakan kostum unik ini, 4 orang bapak guru dan 6 orang ibu guru. Semuanya aktivis fisik meskipun mereka guru kelas di sekolah kami.

Pukul 8 kami sudah berada di Rumah Dinas Walikota Gudeg untuk prepare dan fitting costum. Mulai dengan rias tipis-tipis dan tentu saja yang paling berat adalah menjaga wudhu sampai sholat dhuhur nanti. Hampir 40 orang semua dirias dan didandani bak pemain ketoprak tobong dan kami yang berkostum.unik harus dengan ekstra power dan ekstra hati2 menjaga wudhu ini. Setelah semua lekas waktu dhuhur kami segerakan menunaikan panggilan Illahi ini dan acara berokutnya adalah maintenance kostum yang tidak kurang dari 7 kg beratnya ini. Banyak rekan dan perias yang kagum, mulai melihat ibu guru yang nampak seperti remaja kembali dan saya tetap terlihat tua dengan kacamata ini. Namun tidak masalah, tua usia namun semangat kami tidak kalah dengan yang muda. 4 orang bapak dengan kostum rata-rata dari budaya luar jawa yaitu dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Saya dengan kostum warna cerah dan lambang-lambang etnis Kalimantan kostum.ini terbuat dari rangka kayu dan besi...bisa anda bayangkan. Kostum bercorak dayak ini setinggi 4 m dan lebar 3 m...tidak memungkinkan saya bergerak.bebas. Bahkan saat harus keluar tempat ke lokasi start harus mensetting ulang kostum.karena nyangkut di kabel telpon dan lampu hiasan rumah dina Walikota, bamyak yang kasihan namun juga banyak yang terhibur dengan kondisi tersebut.

Perjuangan yang tidak mudah dengan sengatan matahari yang terik, angin yang berhembus kadang memutar dan berlawanan arah dan yang paling tidak berkawan adalah kami tetap harus menari di sepanjang jalan mengikuti irama musik yang dibawa oleh sepeda odong-odong yang menyertai kami. Puku 16. 30 tepat kami sampai di garis finish dan tentunya di depan panggung kehormatan kami suguhkan display tari-tarian massal selama 4 menit, banyak dari kami menjadi sasaran untuk.foto bersama para penontong...dan tentunya perjuangan kembali untuk melepas satu persatu kostum.agar mudah kembali ke sekolah. Semoga lelah ini menjadi Lillah ..aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post