Teleportasi sebuah istilah baru bagi kita di jaman milenial ini. Sebuah frase gabungan dari kata tele yang berarti jauh dan transportasi yang berarti pengangkutan. Kemudian karena kemajuan jaman kita tidak perlu lagi menghadirkan sebuah transportasi utuk datang pada sebuah acara, karena kita bisa menggunakan teknologi lain berupa alat telekomunikasi yang bisa setiap saat ada dan live streaming melalui teleconference. Inilah sebiah kemajuam yang harus kita ketahui, kita kuasai dan kita tranfer teknologi teleportasi ini pada peserta didik kita nantinya.

Sebagai pendidik yang harus upgrade dan install ulang pengetahuan kita harus cepat menyesuaikan diri dengan segala hal..termasuk dengan teknologi dan semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran. Teleportasi adalah sebuah "big chalange" menghadapi revolusi industri 4.0 bagi peradaban dunia saat ini. Ada sebuah cuplikan film yang bergenre science fiction lebih bagus dari Avenger..endgame yang heboh beberapa bulan ini. Judulnya Ad Astra...di sana kita lihat sebuah roket dengan setting masa depan memuncukkan hero bagi negara produsernya...bisa kita belajar bagaimana memunculkan rasa patrotisme dan nasionalisme di sini tidak sekedar slogan dan jargon saya nasioanalis saya Pancasila tapi yang kita lakukan jauh dari nilai Pancasila. Inilah asyiknya sebuah film, hampir sama temanya dengan Armagedon yang sungguh sangat menginspirasi saya hingga saat ini dengan theme song nya yang romantis...hemmmnnn.

Gambar di.atas mewakili keberadaan roket di.museum Angkasa yang saya lihat dengan anak istri beberapa hari lalu. Di dalam museum itu bisa saksikan juga bagaimana sebuah komunikasi dengan teknologi satelit yang meskipun bukan "milik " negara kita, namun kita bisa nempil dan ikut merasakan manfaatnya. Bukan tidak.mungkin dengan mengajarkan satu kuadran.bagian dari revolusi industri 4.0 pertama yaitu keterampilan teknologi media dan komunikasi tidak.mustahil peserta didik kita bisa menghadirkan sebuah peradaban milenial yang bermartabat melalui literasi TIK di sekolah-sekolah. Saya optimis karena melihat bagaimana riuhnya hacker-hacker saat pemilihan umum lalu, tidak hanya dari luar negeri ternyata anak.bangsa kita juga mahir bermain angka dan teleportasi ini meskipun pada akhirnya menimbulkan kericuhan hingga belum.kelar saat ini dengan sistem hitung suaranya....(mau ketawa takut dikira makar)...ehem.

Mau tidak mau kita harus siap "to face" berhadapan dengan teknologi teleportasi ini, tidak mungkin kita menghindari atau menolaknya. Namun yang paling bijak adalah bagaimana, kita menyiapkan diri kita sendiri, keluarga kita dan peserta didik sebagai generasi penerus bangsa ini agar tidak terjerumus pada efek negatif dari kemajuan teknologi terutama teknologi teleportasi ini.

Ada yang hilang bila kita telisik dengan teknologi teleportasi ini, ada sebuah hikmah besar yang tidak bisa kita rasakan yaitu hangatnya silaturahiim. Bagiamana kemewahan sebuah warung makan yang kita kenal dengan "Brand March" khas makanan dan minuman yang owner tawarkan pada customer. Saat ini berganti dengan penjual jasa antar dan membelikan makanan dan minuman yang kita inginkan. Hilang sebuah kekhasan berterima kasih dan ucapan silakan datang kembali...terimakasih atas kunjungannya dan seabrek khas-khas silaturahiim.yang menyambung berkah hidup, usia, dan rezeki kita. Semua digantikan dengan usapan jari atau acungan jempol pada layar berukuran 5x6 inci. Sebuah dampak teknologi teleportasi yang harus kita miimalisir efek negatifnya. Namun dari itu semua ada harapan baru dalam perbaikan derajad hidup dan kemudahan dalam melakukan aktivitas kita sehari-hari.

Sebuah tantangan bagi kita.