ISRA' MI'RAJ DALAM PERSPEKTIF SAINS
Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW dari sudut pandang sains merupakan subjek yang menarik untuk dieksplorasi. Meskipun peristiwa ini memiliki makna spiritual dan keagamaan yang dalam bagi umat Islam, sains juga dapat memberikan pandangan yang menarik. Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW memang diinterpretasikan sebagai bentuk komunikasi yang sangat intim antara Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT. Dalam konteks ini, Isra' Mi'raj dapat dipandang sebagai pengalaman spiritual yang mendalam.
Peristiwa Isra' Mi'raj terdiri dari dua bagian utama yaitu Isra', sebagai sebuah perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, dan Mi'raj sebagai sebuah perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW ke langit yang lebih tinggi. Dalam Mi'raj, Nabi Muhammad SAW mengalami pengalaman yang sangat langka, di mana beliau diperlihatkan berbagai mukjizat dan menghadiri pertemuan dengan para nabi serta bertemu dan berkomunikasi langsung dengan Allah SWT.
Dalam perspektif sains, Isra' Mi'raj dapat diinterpretasikan sebagai pengalaman spiritual yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Misalnya, Isra' (perjalanan malam dari Makkah ke Baitul Maqdis) bisa dilihat sebagai pengalaman transendental yang melibatkan kekuatan spiritual mendalam atau perubahan kesadaran yang mendalam. Sementara itu, Mi'raj (perjalanan ke langit) bisa dilihat sebagai representasi simbolis dari perjalanan spiritual ke tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Dalam konteks sains, kita bisa merujuk pada konsep psikologi transpersonal yang mengakui pengalaman spiritual sebagai bagian dari pengalaman manusia yang kompleks.
Jika dikorelasikan dalam konteks komunikasi, kita perlu melakukan flashback terhadap sejarah komunikasi jarak jauh dimulai dengan penggunaan alat-alat sederhana seperti drum, asap, dan bahkan tanduk binatang untuk mengirim pesan. Namun, titik balik sejarah komunikasi adalah penemuan telegraf pada abad ke-19. Telegraf menggunakan kode Morse untuk mentransmisikan pesan melalui kabel listrik, memungkinkan komunikasi jarak jauh dalam waktu yang relatif singkat.
Kemudian, pada tahun 1876, Alexander Graham Bell memperkenalkan telepon pertama yang menggunakan sirkuit listrik untuk mentransfer suara secara langsung antara dua titik. Telepon awal ini menggunakan tali untuk menghubungkan dua perangkat di kedua ujung, dan hanya bisa mengirim suara dalam jarak yang terbatas.
Selama paruh kedua abad ke-20, telepon menjadi lebih umum di rumah-rumah dan kantor-kantor, dan infrastruktur telepon juga berkembang pesat dengan penggunaan kabel bawah tanah dan satelit. Pada tahun 1973, Martin Cooper dari Motorola menciptakan ponsel pertama, yang memungkinkan komunikasi nirkabel untuk pertama kalinya.
Era digital membawa revolusi baru dalam komunikasi. Internet dan email memungkinkan pengiriman pesan instan dan komunikasi data dalam hitungan detik di seluruh dunia. Perkembangan teknologi seluler menghadirkan smartphone, yang tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai pusat multimedia yang memungkinkan akses ke internet, media sosial, aplikasi, dan banyak lagi.
Kini, teknologi komunikasi terus berkembang dengan cepat, termasuk pengembangan jaringan 5G, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang semakin terintegrasi dalam perangkat komunikasi kita. Jika dulu kita berkomunikasi melalui kode kemudian berkembang menjadi telpon sederhana menggunakan tali hingga canggihnya teknologi komunikasi yang kita miliki saat ini dengan tidak hanya suara, namun kita dapat berkomunikasi dengan lawan bicara melalui gambar seakan tanpa batas jarak dan waktu.
Akankah ini akan menjawab bagaimana peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW secara sains? Jika dihubungkan dengan sejarah perkembangan alat komunikasi, secara rasional sains sangat memungkinkan peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW dapat dijelaskan secara logis oleh sains. Namun perlu diingat bahwa sains tidak selalu dapat memberikan penjelasan menyeluruh tentang pengalaman spiritual. Secara teoritis, sains berfokus pada pengamatan empiris dan analisis rasional, sedangkan pengalaman spiritual seringkali bersifat keyakinan secara personal dan sulit dipahami secara ilmiah.
Dari pembahasan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa, sains dapat memberikan beberapa wawasan tentang fenomena Isra' Mi'raj dari sudut pandang psikologi atau neurosains. Namun, penting untuk diingat bahwa Isra' Mi'raj juga memiliki dimensi spiritual mendalam dan sulit dipahami secara sepenuhnya oleh akal manusia. Meskipun kita dapat memahami peristiwa ini sebagai bentuk komunikasi dengan Allah SWT, makna dan kedalaman pengalaman spiritual tersebut seringkali melebihi pemahaman kita yang terbatas. Oleh karena itu, Isra' Mi'raj tetap menjadi salah satu misteri dan keajaiban dalam agama Islam yang memperkuat keyakinan umat Islam akan kebesaran Allah SWT.
Wallahu A’lam Bisshawab…
-----------------------------
Pamekasan, 07 Pebruari 2024

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selamat merayakan isro mi'roj
Selamat memperingati Isro' Mi'roj juga, bu Murini....
Sungguh Al Qur'an sumber segala pengetahuan... Dulu yang dikatakan tidak mungkin, sekarang menjadi nyata. Sukses selalu, pak Agus....
Sepakat, pak. Tidak ada yang perlu dipertentangkan dalam Al Qur'an.
Aamiin...., Terima kasih atas do'anya, pak