Satrio adalah sibolang berusia enam tahun lebih yang masih hidup 'suka-suka gue'. Kenapa tidak? hidup seenaknya saja, mau memancing kesungai, mau mandi laut, mau berenang dikolam renang, mau latihan berburu babi hutan katanya, maka Eyang tercinta selalu sedia untuk mendampingi.

Semua yang jadi keinginannya sering diwujudkan oleh Eyang tercintanya. Maklum saja, Satrio adalah 'the first heirs' dalam keluarga ayahnya. Alhasil. Satrio jadi punya sederet keinginan yang nantinya pasti akan dikabulkan oleh Eyang Putrinya.

Hari ini adalah hari permintaan segera terkabul buat Satrio. Pasalnya adalah Gigi depannya telah goyah sejak hampir satu bulan.

Seperti pencabutan Gigi sebelumnya, cabut gigi perdana, Satrio memanfaatkan momen tersebut membuat deal dengan Eyang Putri tercinta. Gigi perdana, Eyang Putri menghadiahkan sebuah Tembakan mainan besar yang membutuhkan atisten untuk memompa pelurunya supaya bisa melesit keluar. Yuups, benar.. keinginan nomor sekian dikabulkan oleh Eyang tersayang. Satrio menamai gigi perdananya adalah gigi Tembakan Besar.

Cabut gigi next, Satrio dihadiahkan lagi Mobilan Remot, yang setelah beberapa kali pembelian batrai ganti membuat Emaknya mengamuk dan mengungsikan Mobilan tersebut kedalam gudang belakang rumahnya.

"Ini Gigi Hp" pamer Satrio pada temannya seraya tersenyum lebar memperlihatkan gigi nya yang baru muncul gigi baru. Kala itu, memang Eyang Putri berikan HP sebagai hadiah karena mau mencabut gigi ketiganya. Hari- harinya dihabiskan untuk bermain Android yang kadang buat iri temannya yang tak pernah dapat hadiah saat cabut gigi.

Minggu ini adalah gigi keempat. Entah apa lagi hadiah yang akan diharapkan oleh Satrio pada Eyang Putrinya. Ups, "Eyang Putri kemana mak?" tanya Satrio ketika pulang sekolah tidak menemukan Eyang Putri stenbai didepan televisi. "Eyang mudik agak satu bulan ini karena ada keperluan" jawab mak nya singkat.

Satrio meletakkan tas sekolah TK nya dan berencana melanjutkan harinya dengan memainkan Androidnya. Tiba- tiba, Satrio terjatuh saat mengambil HP yang ditaruh diatas televisi yang sedikit lebih tinggi dari tinggi badan Satrio dan pluk...terlihat ada darah yang keluar dari mulutnya.

"Sini mak lihat giginya, patah ga?" ajak Maknya. Satrio menangis dan kabur. Buru-buru Emaknya nangkap Satrio karena kuatir ada gigi yang patah atau apalah lah sebagai kekuatiran seorang ibu melihat ada darah dari mulut putranya.

Gagal melakukan perlawanan akhirnya Satrio lepas landas juga dalam pangkuan Emaknya. Memang benar, darah yang keluar dari mulutnya adalah darah gigi Satrio yang sudah tiba waktunya untuk dicabut. Saat dipangkuan Emaknya, Satrio masih berusaha meronta tidak mau giginya dicabut dengan alasan takut dan tunggu Eyang dulu baru bisa cabut gigi.

"Tininat tininut... tininat tininut"... suara HP Satrio terdengar. Buru-buru Emak melepaskan Satrio dan menerima telp yang berdering diruangan TV. Ternyata Eyang Putri yang menelpon. Menanyakan kabar Satrio sayang. Segera Hp tersebut diambil alih oleh Satrio saat terdengar yang menelpon adalah Eyang Putri tersayang.

Entah deal apa yang mereka bicarakan kali ini, tiba- tiba- tiba dengan riang gembira Satrio membuka mulut pada Emaknya dan meminta Emaknya untuk segera mencabut giginya.