“Mau kemana Pratar ?” tanya taruna tersebut, “siap ijin menghadap calon mentor!” jawab Koko segera. “Siapa calon mentormu?” lanjut taruna senior tadi. “Siap Sersan Taruna Rahmad Hartono!” jawab Koko sambil berdebar menanti pertanyaan selanjutnya. Dia sudah tertangkap Kopral taruna, tinggal menunggu nasib selanjutnya. “Kamu kesini dulu Pratar, angkat barbel ini!” lanjut taruna tadi dengan tenangnya. “Alamak, tak jadi menghadap justru mandi keringat” pikir Koko dalam hati. Jadilah malam itu día harus melaksanakan perintah seniornya untuk mengangkat barbel. Setelah berpeluh deras, senior tersebut perintahkan Koko untuk kembali. Mau tidak mau Koko segera kembali ke Komplek Wiratno untuk istirahat. Malam itu rencananya gagal total. Dia tak berhasil menghadap calon mentornya, hanya rasa lelah yang didapatkannya malam itu.

Sesampai di komplek Wiratno, día bertemu dengan beberapa rekannya yang juga kembali dari menghadap di Chandrasa. Mereka bercerita pengalaman mereka menghadap. Ada yang berhasil menghadap, ada pula yang gagal seperti halnya Koko. Ternyata calon mentor yang dihadapi tidak langsung memberikan tanda tangan. Mereka hanya memberikan sedikit coretan sebagai bukti mereka sudah menghadap. Secara bertahap tanda tangan akan mereka berikan kepada Pratar yang menghadap. Rupanya mereka ingin menguji kesungguhan dan perjuangan Pratar dalam mencari mentor.

Siang hari menjelang makan siang, Koko termasuk salah satu Pratar yang dipisahkan karena belum bisa membawa bukti sudah menghadap calon mentor di Chandrasa. Tindakan fisik berupa pushup diberikan kepada barisan Taruna yang belum mendapatkan tanda tangan calon mentor. Ternyata jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang sudah berhasil memperoleh tanda tangan. Koko menjadi semakin bersemangat. Dia tidak sendirian gagal mendapatkan tanda tangan calon mentor. Batas waktu memang sudah diberikan, Koko membulatkan tekad untuk bisa tidak tertangkap saat menghadap untuk kedua kalinya nanti. (Bersambung).