Banyak kebaikan yang dapat diambil dan dilakukan seorang mukmin. Pilihan demi pilihan tersebut memiliki keutamaan masing-masing. Saling lengkap melengkapi antara satu dengan yang lain. Semuanya sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Butuh kecerdasan dalam menentukan pilihan yang diambil. Dipilih karena Allah SWT. Bukan karena sebab yang lain. Diperlukan keteguhan tekad untuk menjalankan pilihan itu. Keikhlasan dan kesabaran menjadi benteng penjaga keteguhan hati. Sebab orang beriman tidak pernah sepi dari godaan setan dan rayuan hawa nafsu.

Amal kebaikan berkekuatan hukum wajib saja memiliki beberapa pilihan yang dapat diambil sesuai dengan situasi dan kondisi keadaan yang terjadi. Salat fardu misalnya. Seorang mukmin boleh menentukan cara mengerjakannya menurut kemampuan yang ada. Secara normal, paling utama dituntut untuk berdiri dalam pelaksanaannya. Memilih dan mengerjakan salat dalam keadaan duduk, berbaring, atau dengan isyarat boleh dilakukan karena faktor sakit. Bukan sembarang sakit, tetapi sakit yang menyebabkan kesulitan untuk mengerjakan sesuai tuntutan yang seharusnya. Faktor kecerdasan dan kedewasaan beribadah menjadi kunci dalam hal ini.

Demikian juga ketika melakukan interaksi sesama mukmin dalam menjalani kehidupan. Tidak semua pertemuan yang terjadi memberikan manfaat kebaikan. Malah terkadang perjumpaan yang ada menyebabkan penambahan dosa. Menceritakan aib orang, berdusta, dan tertawa berlebihan hanyalah beberapa hal yang patut diwaspadai. Islam tidak pernah mengajarkan untuk memilih-milih teman dalam menjalin persahabatan. Justru Islam mengarahkan agar pertemanan memberikan manfaat positif untuk kebaikan dunia dan akhirat. Inilah yang telah diingatkan secara tersirat oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis berikut ini :

“Dari ‘Imran bin Haththan ra., dia berkata,”Aku pernah berjumpa dengan Abu Dzar ra. Aku mendapatinya berada di dalam masjid, memakai baju hitam, dan seorang diri. Lalu aku bertanya,”Wahai Abu Dzar! Mengapa engkau sendirian?” Abu Dzar berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Menyendiri lebih baik daripada teman yang buruk, teman yang baik lebih baik daripada menyendiri, berbicara yang baik lebih baik daripada diam, dan diam lebih baik daripada bicara yang buruk.” (HR. Baihaqi, Terjemah Muntakhab Ahadits : 670)

Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW juga mengingatkan sebagai berikut :

“Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya adakalanya seorang hamba mengucapkan satu kalimat, tanpa dia pikirkan baik buruknya, lalu dengan sebab kalimat itu dia terjerumus ke dalam neraka lebih dalam daripada jarak antara timur dan barat.”(HR. Muslim, Terjemah Muntakhab Ahadits : 673)