Menjalani kehidupan membutuhkan banyak perbekalan. Apakah untuk hidup di dunia atau akhirat. Tidak bisa dipisahkan. Satu sama lain saling terkait. Berhubungan erat dan memberikan pengaruh antara keduanya.

Tak patut jika terlalu bergairah mengejar dunia. Pergi pagi pulang petang. Kerja keras membanting tulang. Siang malam memeras keringat demi mengais sedikit demi sedikit rezeki. Waktu luang tidak dibiarkan sedikit pun tersisa. Dipakai semaksimal mungkin untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Berpanas dan berhujan sudah tak dihiraukan. Sementara hak tubuh untuk istirahat diabaikan. Kebutuhan rohani ditelantarkan. Seiring dengan waktu melahirkan sosok pribadi individual materialistik. Merasa hidup mampu dijalani sendiri. Kebahagiaan diukur dengan materi. Kekerabatan sebatas sebagai pengakuan status belaka. Silaturahim hanya untuk aktualisasi kehadiran diri di tengah keluarga besar. Bersama tetapi mengasingkan diri. Sibuk dengan urusan pekerjaan melalui gawai berteknologi canggih. Bertemu sebagai sarana menunjukkan kemapanan hidup. Bertetangga hanyalah urusan bertegur sapa ala kadarnya.

Sungguh, tidak seperti itu yang diharapkan dari seorang mukmin. Keselarasan hidup sangat dikedepankan. Bekerja demi memenuhi kepentingan dunia tidak menghalangi diri untuk beribadah kepada Allah. Hubungan kekeluargaan terjalin penuh keakraban. Terhadap jiran tetangga mampu memberikan manfaat kebaikan sebatas kemampuan yang dimiliki. Hak tubuh dipenuhi dengan baik. Kebutuhan rohani tidak diabaikan. Harta kekayaan menjadi tabungan amal saleh. Menyadari bahwa hidup di dunia sebagai kesempatan berharga untuk mengumpulkan bekal hidup di akhirat. Semua aktifitas yang dilakukan disandarkan untuk meraih keridaan-Nya. Muncul rasa malu jika terlalu mengejar dunia. Kekhawatiran menyeruak membisikkan ketakutan akan azab dan siksa dari Yang Maha Mengusai Segala Sesuatu. Berlinang air mata mengingat kelalaian yang pernah dilakukan. Segenap diri hanya tunduk dan patuh dalam genggaman kekuasaan Allah SWT Tuhan Semesta Alam.

Dalam sebuah hadis telah diingatkan sebagai berikut :

“Dari Abu Hurairah ra., dia berkata,”Rasulullah SAW telah bersabda,”Barang siapa mencari dunia dengan cara yang halal, untuk kesombongan, membanggakan banyaknya harta, dan pamer, maka dia akan menghadap Allah, sementara Allah murka kepadanya. Barang siapa mencari dunia dengan cara yang halal untuk menghindarkan diri dari meminta-minta, sebagai usaha memenuhi kebutuhan keluarganya, dan untuk berbagi kepada tetangganya, maka dia akan menjumpai Allah pada hari kiamat, dengan wajah seperti bulan purnama.” (HR. Baihaqi, Terjemah Muntakhab Ahadits : 555)

Renungkanlah, Saudaraku.