Agus Salim Batubara

Guru Sejarah Indonesia di SMA DHARMA PATRA Pangkalan Berandan. Alumnus Sagusabu Langkat 2019. Dilahirkan pada 17 Agustus 1976. Mewujudkan mimpi mendokumentasika...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mengunci Aib Diri (Hari ke-131 dari 365 hari)

Pengalaman menjadi guru yang terbaik. Hal-hal baik dari masa lalu perlu diteruskan pada saat ini. Memacu semangat untuk giat beribadah. Menimbulkan optimisme dalam menjalani kehidupan. Memompa keyakinan jika hidup ini merupakan sesuatu yang harus dijalani dengan berhiaskan kebaikan demi kebaikan. Membuat hati terasa lapang. Menjauhkan keluh kesah pembuat jiwa merana. Memunculkan wajah berseri penuh kepercayaan diri.

Sementara itu, apa saja yang memberikan ketidaknyamanan dari masa lalu menjadi sebuah pengingat untuk lebih waspada menjalani sisa usia. Membuat diri lebih berhati-hati dalam melakukan satu perbuatan. Petuah kebijaksanaan ada mengatakan bahwa keledai saja tidak mau jatuh ke dalam lubang yang sama. Manusia lebih mulia dari hewan, maka tak pantas jika kembali terpuruk karena persoalan yang sama.

Kisah hidup pantas diceritakan sebagai nasihat berharga kepada sesama manusia. Tetapi tidak semuanya patut untuk disampaikan. Ada hal-hal yang tak boleh untuk dituturkan. Menceritakan perbuatan dosa yang dilakukan di masa lalu termasuk dalam bagian ini. Cukup diketahui diri sendiri. Tak perlu dibeberkan kepada siapa saja. Apalagi memunculkan kebanggaan dalam diri karena pernah melakukan sebuah kesalahan. Hal ini telah diingatkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis berikut ini :

“Dari Abu Hurairah ra., dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Seluruh umatku akan diampuni, kecuali orang-orang yang berbuat dosa secara terang-terangan. Termasuk perbuatan dosa terang-terangan, jika seseorang berbuat dosa di malam hari, kemudian pada pagi harinya, padahal perbuatan dosanya telah ditutupi oleh Allah, dia berkata,”Hai Fulan! Tadi malam aku telah berbuat ini dan itu.” Pada malam hari, Allah telah menutupi perbuatan dosanya, namun pagi harinya, justru dia sendiri yang menyingkap tirai tersebut.” (HR. Bukhari, Terjemah Muntakhab Ahadits : 678-679)

Jelaslah, seorang muslim dilarang untuk menceritakan aib diri sendiri. Biarlah menjadi rahasia hidup. Dia patut menyadari bahwa ketidaktahuan orang lain merupakan sebentuk kasih sayang Allah kepadanya. Bayangkan jika Allah yang membukakan keburukan tersebut kepada khalayak ramai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salut. Guru sejarah tulisannya mantap: Islami, menyentuh bahkan menyadarkan diri. Terima kasih telah berbagi pak.

15 Jun
Balas

Alhamdulillah. Barakallah. Sama-sama, Bu. Terima kasih juga telah membaca tulisan yang sederhana ini. Salam silaturahim dari saya di Pangkalan Berandan.

15 Jun

Ulasan yang luar biasa, mantap pak

15 Jun
Balas

Alhamdulillah. Barakallah. Salam silaturahim dari saya di Pangkalan Berandan, Bu.

15 Jun

Keren ulasannya pak

15 Jun
Balas

Alhamdulillah. Barakallah. Salam silaturahim dari saya di Pangkalan Berandan, Bu.

15 Jun

Keren.. Betul sekali pencerahannya. Tks.

15 Jun
Balas

Alhamdulillah. Barakallah. Terima kasih juga, Bu. Salam silaturahim dari saya di Pangkalan Berandan.

15 Jun

Mantap pak, salam knal dari aku di Soppeng Sul Sel

15 Jun
Balas

Alhamdulillah. Barakallah. Terima kasih telah membaca tulisan sederhana di atas. Senang bisa kenalan dengan Bapak yang ada di Soppeng, Sulawesi Utara. Salam silaturahim dari saya di Pangkalan Berandan, Pak.

15 Jun



search

New Post