Jurus Sebelas Jari
Seperti biasa Karyono asyik dengan lepinya. Hiruk-pikuk di ruang guru tidak mengganggu konsentrasinya. Kalau biasanya orang menulis mencari tempat yang sepi untuk mengawinkan mbak Mood dan mas Ide, Karyono tidak. Justru di tempat yang hiruk-pikuk ini, dia merasa nyaman. Bukan tidak mungkin pula ide-ide segar akan mampir lewat obrolan ibu-ibu guru di belakang. Ibarat kata, sambil menyelam minum kopi susu.
Di tengah asyiknya mengetik, tanpa disadari ada sepasang mata mengawasi apa yang dilakukan Karyono. Karyono sendiri anteng saja, karena tidak merasa ada yang mengawasi.
“Pak Karyono!”
“Eit, kaget aku,” sahut Karyono sambil pura-pura memegang dadanya.
“Alah, enggak usah bergaya pura-pura kaget.”
“Eh, saya kaget betul, lho. Nih lihat sampai keringat dingin,” tangkis Karyono.
“Apa hubungannya?”
“Enggak ada. Hehe ....” Karyono meringis.
“Kok saya amati dari tadi Pak Karyono lucu mengetiknya,” kata ibu guru yang sedari tadi mengamati.
“Maksudnya?” Karyono garuk-garuk dengkul. Bingung. Emang gitu kebiasaan Karyono, kalau bingung garuk-garuk dengkul.
“Dari tadi ngetiknya cuma pakai 2 jari.”
“Nah, penasaran, kan?”
“Iya.”
“Itu sebagai langkah jaga-jaga.”
“Maksudnya?” Ganti ibu guru tersebut bertanya.
“Lha, yang delapan kan untuk cadangan. Coba kalau saya pakai semua, lalu rusak jari saya, kan enggak bisa ngetik lagi.”
“Yang, bener?” Ibu guru itu tersenyum.
“Bener. Mobil saja ada ban cadangannya. Mosok kita tidak,” sahut Karyono dengan gesit.
“Alah, paling bisa ngeles bapak satu ini.” Ibu guru itu berlalu sambil tersenyum.
Lembah Tidar, 15 Februari 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus cerpennya, saya juga sering ngetik dengan dua jari Pak. Salam literasi.
Karyono kan cuma murid. Gurunya lebih dari itu hehe
Asli ngeles. Sama dengan saya, ngetik cuma 2 jari aja. Hehe ..
Ha ha ha... Betul juga ya.
Mantap ceritanya pak Agus. Salam suskes selalu!