Agus Sukamto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mau Menang OGN? Baca Ini!

Mau Menang OGN? Baca Ini!

Saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan sedang menginformasikan penyelenggaraan Olimpiade Guru Nasional (OGN) Guru Pendidikan Dasar. Menurut Informasi yang telah beredar, penyelenggaraan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun yang lalu. Kalau tahun lalu penyelenggaraan diselenggarakan tertutup. Maksudnya, hanya orang-orang pilihan dinas kabupaten saja yang bisa melenggang ke tingkat provinsi untuk mengikuti seleksi ke tingkat selanjutnya. Sedangkan tahun ini, penyaringan peserta dilakukan terbuka bahkan secara on line. Informasi juga sudah tersebar melalui facebook.

Antusias para guru yang ingin mengikuti lomba OGN ini terbilang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah pendaftar yang ada di web https://kesharlindungdikdas.id. Sejak dibuka melalui lawan resmi web https://kesharlindungdikdas.id tanggal 27 Februari 2018 sampai tanggal 02 Maret 2018 pukul 09.05 jumlah pendaftar sudah mencapai 3.174 peserta. Pendaftar merupakan guru yang mengajar di SD dan Di SMP. Sungguh penyaringan secara terbuka dengan cara on line ini menggugah para guru untuk mau meningkatkan potensinya.

Namun sayang, harapan untuk ikut bertanding itu harus disimpan oleh sebagian guru. Karena tidak semua guru dapat mengikuti laga yang cukup bergengsi ini. Hal ini karena disamping harus memiliki kemauan dan kemampuan yang memadai, calon peserta harus memenuhi persyaratan administratif maupun lolos seleksi akademik. Persyaratan administratif ini meliputi:

a. Guru kelas SD dan rnapel Sl\1P yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), guru bukan PNS di sekolah negeri yang memiliki Surat Keputusan (SK) dari pemerintah daerah, guru yang memiliki SK sebagai Guru Tetap Yayasan (GTY) dengan masa kerja sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun berturut-turut.

b. Mempunyai Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).

c. Sudah memiliki nilai tes awal Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015/20I6/2017.

d. Tidak sedang ditugasi sebagai kepala sekolah atau sedang dalam proses pengangkatan sebagai kepala sekolah atau sedang dalam transisi alih tugas ke unit kerja lainnya.

e. Belum pernah meraih rnedali OSNG dan OGN dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

f. Memiliki kualifikasi akadernik minimal Sarjana (S1)/D-JV.

g. Guru SMP hanya dapat rnengikuti lornba pada mata pelajaran yang sarna dengan rnata pelajaran yang diampunya (melarnpirkan Data Pokok Pendidik/DAPODIK).

h. Merniliki surat izin dari kepala sekolah.

Sedangkan untuk lolos seleksi akademik tingkat kabupetan, peserta harus memiliki nilai UKG dan rapor kompetensi guru tertinggi tingkat kabupaten. Sedangkan peserta seleksi tingkat provinsi adalah peringkat pertama tingkat kabupaten. Jadi, hanya satu peserta dari tingkat kabupaten yang memiliki persyaratan administratif dan memiliki nilai UKG dan rapor tertinggilah yang akan mewakili Kabupaten.

Penyaringan lomba tahun ini sepertinya berbeda dari tahun lalu namun sebenarnya sama. Kalau tahun-tahun lalu penentuan calon peserta ditentukan dinas kabupaten. Kalau tahun ini, penentuan peserta adalah Direktorat Jenderal GTK. Dimana untuk tahun ini pesertanya sudah diketahui dengan pasti yaitu dia yang memiliki nilai UKG tertinggi.

‘Kalah sebelum bertanding’ itu sepertinya kalimat yang pantas buat para guru pendaftar lomba OGN tahun ini yang tidak memiliki nilai UKG tertinggi. Hal ini sepertinya memberi julukan kepada kami guru-guru bahwa kami tidak mampu bertanding. Padahal, kemampuan seseorang dari waktu ke waktu tidaklah sama. Kemampuan hari ini dan hari kemarin seseorang jelas berbeda. Tergantung mau tidaknya seseorang itu meningkatkan kompetensinya.

Di awal penyaringan peserta secara terbuka dan on line itu bagus. Buktinya antusias pendaftar yang melimpah. Sayangnya penyaringan awal yang harus mematikan langkah para guru untuk menguji kemampuannya. Karena tidak memiliki nilai UKG tertinggi.

Memang bagus menggunakan nilai UKG dan rapot kompetensi guru. Tetapi, sebaiknya penggunaan nilai UKG hendaknya digunakan sebagai persyaratan administrasi saja. Harus ada passing grade nilai UKG bagi pendaftar lomba OGN. Selanjutnya diadakan seleksi akademik secara online atau tertulis untuk menentukan layak tidaknya untuk mengikuti seleksi di tingkat provinsi. Ini lebih adil jika dibandingkan hanya mengambil peserta yang memiliki nilai tertinggi saja.

Jangan sampai ada kekecewaan di hati para guru. Saat ini mungkin para guru calon peserta belum membaca keseluruhan informasi dan pedoman OGN. Jika mereka tahu kalau seleksi OGN hanya menyaring mereka yang memiliki nilai UKG tertinggi tentu pendaftaran akan sepi peminat. Bagaimana tidak, mereka harus meminta tanda tangan kepala sekolah untuk melengkapi administrasi. Tidak tahu bagaimana rasanya jika sudah minta tanda tangan tidak memenuhi lolos nilai UKGnya untuk maju seleksi ke tingkat lebih tinggi.

Saat ini jangan bermimpi dulu untuk lolos seleksi OGN tingkat provinsi jika nilai UKGnya rendah. Sedangkan lolos di tingkat Kabupaten saja kesulitan. Apalagi mau menjadi pemenang OGN di tingkat Nasional. Benahi dulu nilai UKG dan rapor kompetensi guru. Baru bisa bermimpi maju ke lomba OGN. Karena dengan memiliki nilai UKG dan rapor kompetensi guru yang tinggi guru dianggap mampu ikut lomba OGN.

Masih mau menang OGN dengan nilai UKG Rendah?

Selamat menanti lomba-lomba yang lain.

Salam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya bagian team doa saya.. memberi semngat guru yang muda yang berkarya

03 Mar
Balas

lomba keikhlasan saja

02 Mar
Balas

Ikhlaskan saja

02 Mar

Betul itu. Bahkan ada yang lebih tinggi lagi.

02 Mar
Balas

Pada lomba tahun lalu, guru yang nilai UKG nya 72 bisa sampai ke tingkat Nasional. Utk tahun ini, tentu tidak bisa ikut lagi, tersandung dengan persyaratan tersebut. Sebab nilai tertinggi, ada yang 92.

02 Mar
Balas

Saya juga sebagai team pesorak saja Bun...ayo..ayo..hehe

04 Mar
Balas

Wah kalau lomba dengan model seperti itu sama saja mematikan kemampuan yang seharusnya bisa muncul. Mendengar atau membaca petunjuk lomba sudah down duluan. Padahal kemampuan bisa benar2 teruji tatkala mengikuti lomba. Belum tentu nilai UKG tinggi terus dia hebat segalanya. Pdhl bisa saja terjadi akademik hebat tapi keterampilan nol besar. Semoga panitian pelaksana bisa merubah kebijakan yang dianggapnya bijak ya. Mengharap banget.

02 Mar
Balas

Wah kalau lomba dengan model seperti itu sama saja mematikan kemampuan yang seharusnya bisa muncul. Mendengar atau membaca petunjuk lomba sudah down duluan. Padahal kemampuan bisa benar2 teruji tatkala mengikuti lomba. Belum tentu nilai UKG tinggi terus dia hebat segalanya. Pdhl bisa saja terjadi akademik hebat tapi keterampilan nol besar. Semoga panitian pelaksana bisa merubah kebijakan yang dianggapnya bijak ya. Mengharap banget.

02 Mar
Balas

Wah kalau lomba dengan model seperti itu sama saja mematikan kemampuan yang seharusnya bisa muncul. Mendengar atau membaca petunjuk lomba sudah down duluan. Padahal kemampuan bisa benar2 teruji tatkala mengikuti lomba. Belum tentu nilai UKG tinggi terus dia hebat segalanya. Pdhl bisa saja terjadi akademik hebat tapi keterampilan nol besar. Semoga panitian pelaksana bisa merubah kebijakan yang dianggapnya bijak ya. Mengharap banget.

02 Mar
Balas

Wah kalau lomba dengan model seperti itu sama saja mematikan kemampuan yang seharusnya bisa muncul. Mendengar atau membaca petunjuk lomba sudah down duluan. Padahal kemampuan bisa benar2 teruji tatkala mengikuti lomba. Belum tentu nilai UKG tinggi terus dia hebat segalanya. Pdhl bisa saja terjadi akademik hebat tapi keterampilan nol besar. Semoga panitian pelaksana bisa merubah kebijakan yang dianggapnya bijak ya. Mengharap banget.

02 Mar
Balas

Wah kalau lomba dengan model seperti itu sama saja mematikan kemampuan yang seharusnya bisa muncul. Mendengar atau membaca petunjuk lomba sudah down duluan. Padahal kemampuan bisa benar2 teruji tatkala mengikuti lomba. Belum tentu nilai UKG tinggi terus dia hebat segalanya. Pdhl bisa saja terjadi akademik hebat tapi keterampilan nol besar. Semoga panitian pelaksana bisa merubah kebijakan yang dianggapnya bijak ya. Mengharap banget.

02 Mar
Balas

Wah kalau lomba dengan model seperti itu sama saja mematikan kemampuan yang seharusnya bisa muncul. Mendengar atau membaca petunjuk lomba sudah down duluan. Padahal kemampuan bisa benar2 teruji tatkala mengikuti lomba. Belum tentu nilai UKG tinggi terus dia hebat segalanya. Pdhl bisa saja terjadi akademik hebat tapi keterampilan nol besar. Semoga panitian pelaksana bisa merubah kebijakan yang dianggapnya bijak ya. Mengharap banget.

02 Mar
Balas

Benar. Semoga sampai ke pengambil kebijakan

02 Mar

Maaf nulisnya kebablasen. Sinyal lemot. Ternyata malah kekirim

02 Mar
Balas

Nggak apa. Malah bagus. Biar dianggap yang komentar banyak .

02 Mar



search

New Post