Agus Sukamto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tobat Tempe

Tobat Tempe

Puasa kala itu sungguh menyenangkan. Saat tiga puluh tahun yang lalu. Saat aku masih duduk di kelas 3 SD. Peristiwa yang tak terlupakan bagiku. Saat buka bersama.

Dimana saat itu keluarga masih berkumpul di rumah nenek. Keluarga bapakku dan keluarga Pak dhe belum punya rumah. Apalagi Pak Lek yang belum berkeluarga. Juga masih ikut nenek. Karena usianya cuma selisih 7 tahun denganku.

Jaman itu, makanan tidak seperti sekarang ini. Sekarang banyak dan mudah. Makan lauk pakai tahu tempe sudah enak. Bisa setiap hari sudah bagus. Lauk ayam mungkin untuk setahun sekali. Yaitu saat lebaran.

Puasa pertamaku kulalui dengan sekuat tenaga. Walau ada godaan dari mas Aris. Anak pak dheku. Yang Umurnya dua tahun lebih tua dariku.

Dia menggoda, agar aku puasa setengah hari saja. Tetapi tetap aku berusaha puasa penuh.

Ujian puasa pertamaku tidak saat siang. Tapi saat Berbuka. Kami harus sholat magrib dulu. Sebelum makan nasi. Kami hanya boleh minum dulu.

Disaat itulah aksi jahil mas Aris. Setelah salam. Dia langsung pulang. Tidak menunggu berdoa bersama Imam. Mungkin dia nggak tahan lapar.

Namun apa yang terjadi. Sesampai dirumah, lauk tempe yang disiapkan ibu ludes. Habis disantap mas Aris. Saat ditanya ternyata dia habis dua piring untuk menghabiskan tempe jatah sekeluarga.

Jadi kami harus menunggu ibu beli tempe lagi. Menggorengnya. Baru kami bisa berbuka. Kami harus bersabar.

Puasa hari kedua juga begitu. Sama seperti puasa hari pertama. Lauk tempe dan tahu ludes semua.

Saat buka puasa hari ketiga sama juga. Tempe habis. Bahkan saat di Tanya dia habis dua setengah piring. Sampai kekenyangan katanya.

Dia duduk di lantai. Sambil mengipasi perutnya yang kenyang itu. Tak ada lagi makanan atau minuman yang dapat masuk. Perutnya sudah penuh. Bahkan untuk ludahnya sendiri.

Namun ibu tidak pergi ke warung seperti bisa. Untuk beli tempe. Ibu membuka lemari makan. Diambilnya opor ayam dan ayam goreng dari dalam lemari. Dihidangkan ke kami.

Seketika itu Mas Aris hanya bengong. Ingin ayam goreng kesukaannya. Namun perut sudah kekenyangan. Kami semua menawarinya. Termasuk pak dhe. Bapaknya mas Aris juga menawari. Namun apa dikata perutnya sudah penuh. Kami makan sambil senyum.

Sejak saat itu mas Aris berubah. Ada dua perubahan. Tidak makan duluan dan tidak makan kekenyangan. Dia tobat. Tobat tempe.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post