JENIS-JENIS WACANA (69)
Artikel:
JENIS-JENIS WACANA
Oleh: Agus Sumarno, S.Pd.,MM.,M.Pd.
I. Pendahuluan
Pengertian wacana dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi sosiologi, wacana menunjuk pada hubungan konteks sosial dalam pemakaian bahasa, sedangkan dari segi linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat.
Di samping itu, Hawthorn (1992) juga mengemukakan pengertian wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Sedangkan Roger Fowler (1977) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan,nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya.
Menurut Alwi dkk (2003:419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan. Alwi juga menyatakan bahwa untuk membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat.
Wacana menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik Edisi Ketiga (1993:231) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb).
Kridalaksanan membagi wacana menjadi empat yaitu:
(1) Wacana langsung (direct speech, direct discourse). Wacana langsung adalah wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi. Contoh: Salim berkata, “Saya akan datang.”
(2) Wacana pembeberan (expository discourse). Wacana pembeberan adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis.
(3) Wacana penuturan (narrative discourse). Wacana penuturan adalah wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikatoleh kronologi.
(4) Wacana tidak langsung (indirect discourse). Wacana tidak langsung adalah pengungkapank kembali wacana tanpa mengutip secara harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara, mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya. Contoh: Salim berkata bahwa ia akan datang.
Arifin dkk. (2008: 103-104) mengemukakan pendapatnya bahwa wacana yang utuh mempunyai kesinambungan informasi di antara kalimat-kalimat di dalamnya sehingga membentuk informasi yang utuh.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap yang mempunyai kohesi dan koherensi dan berkaitan dengan konteks tertentu, yang dapat disampaikan secara lisan (wacana lisan) dan tertulis (wacana tulis).
II. Jenis-Jenis Wacana
Dalam ilmu bahasa, jenis wacana ada bermacam-macam. Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis wacana berdasarkan kategorinya:
A. Jenis Wacana Berdasarkan Bentuk
1. Wacana Naratif
Adalah bentuk wacana yang dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah, uraiannya cenderung ringkas. Bagian-bagian yang dianggap penting sering diberi tekanan atau diulang.
2. Wacana prosedural
Adalah wacana yang digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan. Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan kegiatan dapat berhasil dengan baik.
3. Wacana Ekspositori
Adalah wacana yang bersifat menjelaskan sesuatu secara informatif. Bahasa yang digunakan cenderung denotatif dan rasional, yang termasuk dalam wacana ini adalah ceramah ilmiah, artikel di media masa.
4. Wacana Hortatori
Adalah wacana yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya persuasif, tujuannya adalah untuk mencari pengikut agar bersedia melakukan, atau menyetujui pada hal yang disampaikan dalam wacana tersebut.
5. Wacana dramatik
Adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat mungkin menghindari sifat narasi di dalamnya. Contoh: skenario film.
6. Wacana epistoleri
Adalah wacana yang dipergunakan dalam surat-menyurat. Pada umumnya memilik bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi kebiasaan atau aturan.
7. Wacana Seremonial
Adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial (upacara), karena erat kaitannya dengan konteks situasi dan kondisi yang terjadi dalam seremoni, maka wacana ini tidak dipergunakan dalam sembarang waktu.
B. Jenis Wacana Berdasarkan Media Penyampaiannya
1. Wacana tulis
Adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Sampai saat ini tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, dll.
2. Wacana Lisan
Adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jeis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau ujaran.
C. Jenis Wacana Berdasarkan Jumlah Penutur
1. Wacana monolog
Adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Umumnya wacana monolog tidak menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar. Contoh: pidato, ceramah, presenter, dll.
2. Wacana Dialog
Adalah wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih, wacana ini bisa berbentuk tulisan atau lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk yang sama dengan wacana drama (skenario, ketoprak, dll).
D. Jenis Wacana Berdasarkan Sifat
1. Wacana Fiksi
Bentuk dan isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanyan, tampilan bahasanya mengandung keindahan (estetika). Mungkin sekali wacana fiksi bersifat atau kenyataan, tetapi gaya penyampaiannya indah.
a) Wacana Prosa
Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis dalam bentuk prosa. Wacana prosa dapat berbentuk tulis atau lisan.
b) Wacana Puisi
Wacana puisi dituturkan dalam bentuk puisi, bisa berbentuk tulis atau lisan. Bahasa dan isinya berorentasi pada keindahan. Puisi, lagu, tembang dan belada merupakan contoh wacana puisi.
c) Wacana Drama
Wacana drama disampaikan dalam bentuk drama. Biasanya, drama berbentuk percakapan atau dialog. Oleh karena itu, dalam wacana harus ada pembicara dan yang di ajak bicara.
2. Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang melibatkan data dan informasi nyata dan kadang menggunakan kaidah-kaiadah penulisan yang baku.Contoh wacana nonfiksi yaitu opini, essay, artikel dan laporan penelitian.
E. Jenis Wacana Berdasarkan Isi
1. Wacana Politik
Bagaimanapun juga bidang politik melahirkan istilah dan jorgan politik yang maknanya yang lebih dipahami oleh orang-orang di lingkungan itu sendiri.
2. Wacana Sosial
Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Memang sulit untuk mengatakan : apa persoalan yang bukan merupakan persoalan sehari-hari. Masalah makan, pangan, rumah, tanah, pernikahan, kematian, dan sebagainya merupakan sejumlah kecil masalah sosial tersebut”.
3. Wacana Ekonomi
Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi, ada beberapa register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Ungkapan-ungkapan seperti persaingan pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, konsumen dirugikan, inflasi, devaluasi, harga saham gabungan, nata unag dan sejenisnya merupakan contoh-contoh regester ekonomi.
4. Wacana Budaya
Wacana budaya berkaitan dengan kreativitas kebudayaan. Wilayah wacana budaya lebih berkaitan dengan wilayah ‘ kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari’ wilayah itu kemudian menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan, yang isinya kemudian disebut wacana budaya.
5. Wacana Militer
Hingga saat ini wacana militer hanya dipakai dan berkembang di bidang militer.
6. Wacana Hukum dan Kriminalitas
Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi menjadi satu kesatuan.
7. Wacana Olahraga dan Kesehatan
Wacana olahraga dan kesehatan berkaitan dengan masalah olahraga dan kesehatan. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan misalnya, muncul kalimat ”Sempat joging 10 menit, didiagnosis jantung ringan”. Istilah joging adalah aktivitas olahraga ringan yang berkaitan dengan kesehatan.
F. Jenis Wacana Berdasarkan Gaya dan Tujuan
1. Wacana Iklan
Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), disebutkan iklan adalah berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) tentang barang atau jasa yang di tawarkan (1989 :322). Pada umumnya iklan dipasang di media masa, baik cetak maupun elektronik. Pada iklan, bahasanya distrategikan agar berdaya persuasi, yaitu mempengaruhi masyarakat agar tertarik dan membeli.
G. Jenis Wacana Berdasarkan Tujuannya
1. Wacana Narasi
Istilah narasi berasal dari Inggris narration yang berarti cerita, karenanya karangan bersifat menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengertian-pengertian yang merefleksikan interpretasi penulisannya.
2. Wacana Deskripsi
Pengertian lugas deskripsi adalah uraian atau lukisan. Dalam konteks pembicaraan ini wacana deskripsi dapat diartikan sebagai wacana yang mengaitkan kesan atau impresi seseorang melalui uraian atau lukisan tertentu.
3. Wacana Eksposisi
Wacana ekposisi adalah paparan yang memberikan, mengupas, atau menguraikan sesuatu demi sesuatu penyuluhan (penyampaian informasi) dan penyuluhannya tersebut tanpa disertai desakan atau paksaan kepada pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkan sebagai sesuatu yang besar.
4. Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi terdiri dari paparan alasan dan pengintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Pada wacana tersebut argumentasi digunakan untuk meyakinkan kebenaran, gagasan, atau konsepsi sesuatu berdasarkan data dan fenomena-fenomena keilmuan yang dikemukakan.
5. Wacana Persuasi
Jadi wacana persuasi adala wacana yang berisi paparan berdaya bujuk, budaya ajuk, ataupun berdaya himbauan yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya.
III. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap yang mempunyai kohesi dan koherensi dan berkaitan dengan konteks tertentu, yang dapat disampaikan secara lisan (wacana lisan) dan tertulis (wacana tulis).
2. Jenis Wacana bisa dikelompokkan berdasarkan: a). Jenis Wacana berdasarkan Bentuk, b). Jenis Wacana berdasarkan media penyampaiannya, c). Jenis wacana berdasarkan jumlah penutur, d). Jenis Wacana Berdasarkan Sifat, e). Jenis Wacana Berdasarkan Isi, f). Jenis Wacana Berdasarkan Gaya, g). Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan. *
**
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Amir Purba. 2007. Menyelami Analisis Wacana Melalui Paradigma Kritis. http://dictum4magz.wordpress.com.
Brown, Gillian dan Yule, George. 1996. Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.
Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Cook,Guy. 1997. Discourse. Oxford: Oxford University Press.
Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan antar Unsur. Bandung: Eresco.
Fairlough, Norman. 1997. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London: Longman
Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek- aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fairlough, Norman. 1997. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London: Longman
Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek- aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
I.G.D. Oka dan Suparno. 1994. Linguisik Umum. Jakarta: Depdikbud.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia.
Levinson. 1991. Pragmatics. Cambridge: CU Press.
Moeliono, Anton M. (ed). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
McCarthy, Michael. 1990. Vocabulary. Oxford: Oxford University Press
McCarthy, Michael. 1997. Discourse Analysis for Language Teachers. Cambridge: Cambridge University Press.
Martutik. 2009. Hakikat Wacana dan Wacana Bahasa Indonesia. http://pustaka.ut.ac.id. diunduh Jumat 12 Maret 2010, pukul 18.00.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana:Teori, Metode, dan Aplikasi prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Nababan, Sri Utari Subyakto. 1999. Analisis Wacana dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: IKIP Jakarta.
Nunan, David. 1993. Introducing Discourse Analysis. London: Penguin Books
Purwo Hayono. 2003. “Analisis Wacana “Mimbar Informasi” pada Radio Siaran Pemrintah Daerah Kabupaten Klaten” dalam Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta
Samsuri. 1988. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Sarwiji Suwandi. 2008. Serbalinguistik. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Setiyadi, D.B. Putut. 2013. Analisis Wacana. Yogyakarta: Lintang Pustaka Utama.
Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.
Stubbs, Michael. 1984. Discourse Analysis: The Sociolinguistic Analysis of Natural Language. Oxford: Basil Blackwell Publisher Limited.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar