Agus Suryadi, SDN Rengasdengklok Ut

Masih belajar menulis dan merangaki kata....

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPATU UNTUK ARYO

SEPATU UNTUK ARYO

SEPATU UNTUK ARYO

Anak-anak kelas 5 berhamburan keluar kelas setelah selesai membaca doa dan memberi salam.

Mereka berdesak-desakan dipintu kelas. Pak guru yang berdiri di samping pintu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.

“Awas jangan saling dorong, nanti kalian jatuh. Lagian juga masih hujan. Tidak mungkin kalian pulang sambil hujan-hujanan.” kata pak guru.

Hujan memang turun cukup deras. Sebagian anak-anak memang sudah siap dengan payung dan jas hujan yang mereka bawa dari rumah. Tapi tidak dengan Doni. Doni memang sudah berniat ingin main hujan-hujanan ketika pulang sekolah. Karena itulah Doni sengaja tidak membawa payung atau jas hujan.

“Doni, mana payungnya?’’ tanya pak guru.

“Gak bawa payung pak, Doni lupa.” kata Doni berbohong.

“ Jas hujan?” tanya pak guru lagi.

“ Sama, pak. Doni juga lupa bawa jas hujan.” lagi-lagi Doni berbohong.

“Ya sudah, nanti kamu boleh pulang kalau hujan sudah mulai reda ya, jangan sekarang. Nanti kamu sakit.” kata pak guru.

Doni hanya terdiam.

“Yah gagal deh rencanaku buat hujan-hujanan.”

Bukan hanya Doni yang menunggu hujan reda. Di dekat Doni juga ada Aryo, teman satu kelas dengan Doni. Tak sengaja mata Doni melihat kaki Aryo. Dilihatnya aryo tidak memakai sepatu.

“Yo, kemana sepatumu? Kamu ga’ pakai sepatu ya?” tanya Doni.

“Aku pakai sepatu kok, Don. Tapi sepatunya aku buka. Aku takut sepatuku basah. Kalau basah nanti takut cepet rusak,” kata Aryo.

“Terus, sepatunya kamu simpan dimana?” tanya Doni lagi.

“Ini, aku masukin dalam kantong plastik” kata Aryo, tangan kanannya mengangkat bungkusan kantong plastik yang berisi sepatu.

“Oh begitu ya? Memangnya kamu tidak punya sepatu yang lain, maksudku sepatu yang bisa kamu pakai jika sepatu yang satunya lagi basah?” tanya Doni lagi.

“ Aku hanya punya satu sepatu, ya ini ... sepatu yanga aku masukin dalam kantong plastik ini.” kata Aryo lagi.

“Boleh aku lihat sepatunya, Yo?” Doni penasaran ingin melihat sepatu Aryo.

Doni berfikir jika sepatu yang Aryo simpan di dalam kantong plastik adalah sepatu yang sangat bagus, atau minimal sepatu yang baru. Hingga Aryo takut sepatunya basah.

“Jangan ah, aku malu sepatuku jelek, karena itulah aku takut sepatuku basah dan cepat rusak jika sering terkena air hujan. Kata ibuku, sepatu ini harus aku rawat baik-baik. Sepatu itu kan harganya lumayan mahal,” kata Aryo.

Mata Aryo melihat kebawah, Aryo sengaja melihat sepatu yang dikenakan Doni.

“Dibanding sepatumu, mungkin sepatuku tidak ada apa-apanya,” kata Aryo.

“Aku hanya ingin lihat saja kok, masa tidak boleh?” tanya Doni setengah memaksa.

“ Baiklah. Ini kamu lihat saja sendiri” kata Aryo sambil membuka bungkusan kantong plastik.

Doni melihat sepatu Aryo. Sepatu warna hitam yang sudah pudar warnanya mungkin karena terlalu sering dicuci. Ada beberapa sobekan di bagian ujung sepatu.

“Oh ... ya sudah,” kata Doni setelah melihat sepatu aryo.

Kasihan sekali Aryo. Sepatu yang ia punya hanya satu. Karena sayangnya ia tidak mau jika sepatunya basah terkena air hujan.

Aryo takut sepatunya cepat rusak. Sedang aku, malah sengaja ingin hujan-hujanan dan membiarkan sepatuku basah. Aku benar-benar tidak bersyukur dengan apa yang aku punya. Kata Doni dalam hatinya.

Tak berapa lama hujanpun reda. Doni, Aryo dan beberapa teman yang memang menunggu hujan reda mulai meninggalkan sekolah.

Ada yang berkecamuk didalam hati Doni setelah melihat sepatu Aryo. Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah pikiran Doni dipenuhi oleh bayangan sepatu Aryo.

“Aku pulang, bu ... “ kata Doni setelah sampai di rumah.

“Kamu sudah pulang, Don, tumben bajunya tidak basah ... biasanya kalau hujan kamu pulang pasti basah kuyup. Baju sepatu dan sepatumu pasti basah,” kata ibu.

Doni hanya tersenyum.

Doni membuka seragam sekolahnya, dilanjutkan dengan membuka sepatu. Dipegangnya sepasang sepatu yang baru saja dibukanya. Sepatu yang bagus dan lumayan mahal.

Matanya beralih ke rak sepatu. Ada beberapa pasang sepatu yang Doni punya. Lebih dari empat pasang. Semuanya masih bagus. Malah ada beberapa yang hanya menjadi pajangan saja.

Kasihan sekali kau sepatu. Aku telah menyia-nyiakanmu. Padahal kamu sangat berharap aku kenakan. Dulu aku sempat marah dan menangis ketika ingin memilikimu.

Aku pernah mengunci diri didalam kamar hanya karena ingin membeli sepatu model terbaru, tetapi kini hanya kusimpan saja, malah hanya memakainya beberapa kali, Setelah itu bosan. Aku benar-benar menjadi anak yang tidak bersyukur.

Sedangkan Aryo, dia sangat menyayangi sepatunya. Padahal jelas-jelas sepatunya tidak sebagus sepatuku. Dapat aku bayangkan betapa bahagianya sepatu milik Aryo, selalu di sayang dan dikenakan dengan senang hati. Dirawat dan dicuci.

Tidak seperti aku yang selalu menyia-nyiakan sepatu saja.

Esok paginya, Doni pergi kesekolah dengan hati yang riang gembira.

Doni membawa bungkusan plastik yang cukup besar. Ada sesuatu yang ingin ia berikan kepada sahabatnya.

Doni yakin sahabatnya akan sangat bahagia menerima bungksan plastik yang Doni bawa.

Bungkusan Plastik berisi sepatu yang akan ia berikan untuk Aryo. Doni yakin, sepatunya akan lebih bermanfaat jika dimiiki oleh Aryo. Tidak seperti dirinya yang menyia-nyiakan dan tidak merawat sepatu-sepatunya.

Doni sudah tidak sabar ingin cepat sampai di sekolah. Sudah terbayang wajah gembira Aryo ketika menerima sepatu dari Doni. Walaupun tidak baru, setidaknya bisa untuk mengganti sepatu Aryo yang sudah lusuh.

Doni sampai disekolahnya. Begitu juga dengan aryo, ia sedang berjalan menuju ruang kelas. Dilihatnya sepatu yang dikenakan Aryo. Masih sepatu yang kemarin. Terlihat jelas betapa lusuh dan rusaknya sepatu Aryo.

“Aryo ... tunggu!” kata Doni setengah berteriak.

Aryo menoleh, dilihatnya Doni berjalan setengah berlari menuju kepadanya.

“Yo, ini bungkusan untukmu,” kata Doni.

Doni menyerahkan bungkusan plastik yang dibawanya,

“ Apa ini?” tanya Aryo. Matanya menatap bungkusan plastik dari Doni

“Buka saja. Aku harap kamu mau memakainya. Mudah-mudahan cukup untuk kakimu.

Aryo membuka bungkusan plastik. Dilihatnya ada dua pasang sepatu bekas yang terlihat masih sangat baru.

“Alhamdulillah ... terima kasih ya, Doni. Kamu baik sekali. Aku sangat senang menerima sepatu ini.” kata Aryo.

Terlihat mata Aryo berkaca-kaca.

Aryo sangat bahagia. Begitu juga dengan Doni.

Tetapi ada yang lebih bahagia lagi. Sepatu dalam kantong plastik. Sekarang mereka mempunyai pemilik yang akan memelihara dan merawatnya. Tidak hanya menjadi pajangan di rak sepatu. Ditutupi debu dan berbau.

Aryo dan Doni berjalan beriringan menuju kedalam kelas. Diiringi oleh rasa bahagia dari mereka berdua.

Padahal jika kita mau memiliki suatu barang entah itu sepatu atau mainan, tentunya kita juga harus mau merawatnya. Menjaganya agar selalu tetap bersih dan awet.

Kita juga harus bersyukur dengan apa yang kita miliki. Karena masih banyak orang yang mungkin tidak seberuntung kita. Bisa memiliki apa yang kita mau.

=SELESAI=

RDK-17-02-15

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses pak

10 Jun
Balas

Ada pesan moral di balik cerita

04 Jun
Balas



search

New Post