Agus Suryadi

Anak bawang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Bersambung DUNIA DI BALIK TIRAI Bagian III

Cerita Bersambung DUNIA DI BALIK TIRAI Bagian III

TENTANG LAISA

Sungguh mengejutkan cerita yang aku dapat dari Bu Dina mengenai siapa Laisa yang sebenarnya.

Laisa yang menurutku cantik, harus terkurung dalam jiwa yang tidak normal. Keterbelakangan, yang aku sebut istimewa telah membuat ia terbuang dari keluarga intinya. Keluarga mapan dan penuh dengan kebahagiaan. Ya, kebahagiaan yang tidak dapat dinikmati oleh Laisa sebagai bagian dari keluarga itu.

Sejak kecil Laisa telah tinggal dengan Mbok Darmi.

Dulu Mbok Darmi pernah bekerja di Jakarta, ditempat keluarga kaya. Rumah megah, mobil mewah dan harta yang berlimpah. Pembantu di rumah itu bukan hanya Mbok Darmi, tetapi lebih dari satu.

Bu Hesti, nama majikan Mbok Darmi sangat menginginkan seorang anak perempuan. Keinginannya terkabul dengan melahirkan seorang bayi cantik yang diberi nama Laisa Salsabila Putri. Bayi cantik yang kelak akan mengisi kebahagiaan kelurga Bu Hesti.

Semakin hari Laisa tumbuh semakin besar. Disinilah awal malapetaka itu terjadi. Pertumbuhan fisik Laisa dari hari-kehari mulai terlihat berbeda. Ada yang tidak normal dalam diri Laisa.

“Tidak! Aku tidak mau punya anak yang tidak normal seperti ini. Apa jadinya nama baikku, karirku, dan reputasiku. Apapula yang akan dikatakan oleh teman-teman arisanku jika anakku ternyata tidak normal? Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mengambil keputusan. Menyingkirkan Laisa sejauh-jauhnya!” kata-kata yang terucap dari mulut Bu Hesti penuh dengan kebencian.

Matanya tajam menatap suaminya. Ada harap persetujuan dari suaminya, tentang rencana yang telah ia susun sedemikian rupa.

Menghilangkan Laisa dari jejak keluarga tercintanya.

Suami Bu Hesti hanya menunduk. Tak ada jawaban “ya” atau “tidak”.

“Mbok Darmi, aku percaya untuk mengasuh Laisa. Tapi ingat! Jangan pernah sekalipun Mbok Darmi cerita bahwa dia adalah anakku ... majikanmu. Jika ada yang tanya, jawab saja dia cucumu atau apalah terserah mbok Darmi. Bawa dia jauh-jauh. Atau bawa dia ke kampung halaman Mbok Darmi. Nanti suatu saat aku akan datang ke rumah Mbok Darmi, Paham?” kata bu Hesti panjang lebar.

Mbok Darmi hanya menunduk. Ditatapnya Laisa yang berdiri disampingnya. Laisa baru berusia kurang dari dua Tahun saat itu. Tergambar wajah polos tanpa dosa. Wajah yang masih haus kasih sayang ayah dan ibunya. Tapi ia harus tersingkir karena keegoisan dan harga diri.

“Nya ... nya .. nya ...” Bibir mungil Laisa ingin mengatakan sesuatu.

“Diam! aku tidak mengerti kata-katamu! Benar-benar anak tak tahu diuntung!” bentak Bu Hesti.

Buru-buru mbok Darmi memeluk Laisa. Menenangkan Laisa yang mulai menangis karena bentakan dari mamanya. Bagaimana tidak, sejak Laisa lahir hingga sebesar ini, Mbok Darmi yang mengasuh dan membesarkan Laisa, sementara mama dan papanya sibuk bekerja. Sekarang ketika tahu jika Laisa tidak seperti yang mereka harapkan, Laisa malah terusir dari keluarganya sendiri. Sungguh tragis.

Di dalam kamarnya, Mbok Darmi menghela napas panjang. Dilipatnya baju-baju Laisa yang telah ia kumpulkan, dengan air mata yang terus saja membasahi pipinya.

Di samping tempat tidur Laisa menatap mbok Darmi.

“Ma ... ma ... nya ...” kata Laisa. Tangan mungilnya menggapai-gapai Mbok Darmi.

Sepertinya ia tahu apa yang sedang dirasakan oleh Mbok Darmi. Anak kecil malang yang harus terbuang.

Mbok Darmi menarik tangan Laisa, memeluk tubuh mungilnya dalam pangkuan. Air matanya jatuh di wajah Laisa. Hati Mbok Darmi begitu tersayat. Melihat wajah Laisa yang polos dan tanpa dosa.

“Cacat ini bukan Laisa yang mau, ketidaknormalan ini bukan yang Laisa inginkan, kelahiran ia diduniapun bukan atas kemauan Laisa. Tapi mengapa harus pedih dan nyeri yang harus Laisa hadapi dikemudian hari. Benar-benar tidak adil!” Bisik hati Mbok Darmi.

Diciumnya pipi Laisa. Peluk hangat dari Mbok Darmi membuat Laisa tertidur pulas. Ada mimpi yang hadir di dalam tidurnya. Tentang bunga dan kupu-kupu.

Tergambar dari garis senyum Laisa.

“Tidur yang nyenyak Laisa sayang, buat hatimu setegar batu karang.”

Bisik Mbok Darmi di telinga mungil Laisa.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post