Agus Suryadi

Anak bawang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Bersambung DUNIA DI BALIK TIRAI Bagian VlI

Cerita Bersambung DUNIA DI BALIK TIRAI Bagian VlI

KEHAMILAN YANG DITUNGGU.

Keajaiban yang mereka tunggu akhirnya menjadi kenyataan.

Kehamilan yang dirasakan oleh bu Hesti bagaikan hadiah terbesar dengan harga yang tak terkira. Tak terbayar walau harus dibeli oleh apapun.

Tercipta bayangan keindahan yang akan menyelimuti keluarga Harun. Anak yang mereka nantikan setelah lebih dari Sepuluh tahun akhirnya akan menjadi sebuah kenyataan.

Baru bulan ke-Enam saja sudah banyak rencana yang disusun. Mulai dari dekorasi kamar bayi, nama bayi, pakaian dan perlengkapan bayi dan segala pernik yang mereka harap akan menambah rasa bahagia dengan kehadiran si buah hati.

“Pa, sudah waktunya kita periksa kehamilan. Mungkin hari ini kita bisa melihat jenis kelamin anak kita ya Pa? Mama sudah tidak sabar, “Tersungging senyum bahagia di bibir. Tangannya mengelus lembut perut yang sudah mulai terlihat membesar.

“Oh ... papa hampir lupa Ma. Oke, tunggu sebentar papa siap-siap dulu” kata tuan Harun.

Sebenarnya belum saja tuan Harun istirahat setelah pulang dari kantor. Tapi demi untuk melihat bayi yang ada di dalam kandungan istrinya, calon anak yang mereka dambakan, tuan Harun tidak bisa menolak. Padahal jelas terlihat lelah yang teramat sangat yang terlukis di wajahnya. Setelah sekedar cuci muka dan sedikit minum air putih, tuan Harun sudah ada kembali di balik kemudi mobilnya.

Mereka menuju rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Ada kekhawatiran yang sangat besar menghantui pikiran mereka. Mereka tidak ingin anak mereka kelak lahir dengan kondisi seperti Laisa.

“Dari hasil pemeriksaan, kemungkinan besar anak Bapak dan Ibu adalah laki-laki. Lihat saja dari layar monitor ... jelaskan?” kata dokter Rian.

“Kondisi bayinya sehatkan, dok? Normal?” tanya tuan Harun.

“Bayi selama ini terlihat normal dan sehat.” Jawab dokter Rian.

Keduanya tersenyum.

Dokter Rian adalah sahabat tuan Harun ketika mereka masih duduk di bangku SMU.

“Alhamdulillah ... akhirnya apa yang aku inginkan akan terwujud. Terima kasih ya Tuhan ... Engkau memang maha bijaksana.” Air mata kebahagiaan menetes pelan di pipi tuan Harun.

“Oh iya, pak Harun, ini kami mengundang Bapak untuk dapat hadir di pameran lukisan anak-anak Difabel. Kami dari pihak Rumah Sakit telah bekerja sama dengan pihak Dinas Sosial untuk penyelenggaraan acara ini.

Sekaligus untuk pengumpulan dana. Jika bapak ada waktu, sempatkanlah untuk hadir.” dokter Rian memberikan selebaran kepada tuan harun.

“Kapan dokter?” tanya tuan Harun. Tangannya mengambil undangan yang diberikan.

“Minggu depan, di GEDUNG BUDAYA CHANDRA. Jika ada waktu, sempatkanlah untuk datang.” Ucap dokter Rian.

Air muka keduanya berubah.

Ada kata-kata yang sangat menusuk jantung mereka berdua.

--Keterbelakangan mental—

Laisa?

Ah, tidak mungkin!

Setelah selesai pemeriksaan, keduanya memutuskan untuk langsung pulang. Karena waktu memang sudah larut malam.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post