Agus Suryadi

Anak bawang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Bersambung DUNIA DI BALIK TIRAI Bagian XI

Cerita Bersambung DUNIA DI BALIK TIRAI Bagian XI

PERTEMUAN SEMU

Ada yang aneh aku rasa dengan salah seorang pengunjung yang memandangi lukisan Laisa. Aku terus memperhatikan gerak-gerik pengunjung itu. Hampir lima belas menit pengunjung itu berdiri di depan lukisan Laisa. Tangannya terus memegang foto Laisa yang terpasang di bawah lukisan. Aku benar benar penasaran dibuatnya.

Aku bangkit dari tempat duduk. Kuhampiri pengunjung yang tetap berdiri di depan lukisan Laisa. Sengaja aku tidak langsung menyapa, karena aku melihat dia sangat khusyu memandang foto Laisa. Ada air mata yang membasahi pipinya juga luka di pipinya yang sepertinya masih baru. Aku benar-benar tidak mengerti. Yang ada dalam pikiranku adalah, dia sangat kagum dengan lukisan Laisa, itu saja. Tak ada yang lain.

“Selamat pagi, Pak,” kataku memberanikan diri bertanya.

“Oh ... selamat pagi juga ... aduh maaf eh ....”

Terlihat dia sedikit kaget dengan kedatanganku yang begitu tiba-tiba. Dia berusaha menyeka air matanya. Lalu tersenyum untuk menyembunyikan rasa sedihnya. Tetapi dari sorot mata tampak sekali kegundahan.

“Kelihatannya Bapak sangat menikmati lukisan ini, betul begitu, Pak?” tanyaku pelan.

“Ya, betul sekali. Saya sangat menikmati lukisan ini. Sepertia ada ikatan batin yang kuat antara saya dengan lukisan ini. Ikatan batin yang sangat kuat sekali!” katanya lagi.

Air matanya kembali menetes, tangisnya tak bisa dibendung. Aku bingung, ada apa dengan Bapak ini? Mengapa dia bisa menangis di depan lukisan Laisa? Sungguh ini menjadi sebuah pertanyaan besar.

“Bapak yang membeli lukisan ini?” tanyaku lagi.

“Betul! Saya yang membeli tiga lukisan ini. Setelah melihat lukisan ini saya langsung membeli, apalagi setelah saya membaca nama yang tertera di bawah lukisan. Bukan hanya suka, tapi saya langsung jatuh cinta! Laisa salsabila Putri ... oh, mungkinkah dia ...” bapak itu tidak meneruskan kalimatnya, terpotong dengan isak tangisnya. Sekali lagi aku menjadi tidak mengerti.

Lama kami terdiam.

“Kalau saya boleh memperkenalkan diri, nama saya Faisal Abiee. Bapak bisa panggil saya Faisal. Kebetulan saya adalah guru Laisa salsabila Putri,” kataku sambil mengulurkan tangan.

“Oh ... iya, nama saya Harun Wijaya. Tapi orang-orang biasa memanggil saya pak Harun,” bibirnya tersenyum. Dia menjabat tanganku.

Deg!

Ada sesuatu yang melayang di pikiranku setelah mendengar nama itu. Harun?

Jangan-jangan ... ah, tidak mungkin!

Tapi setelah aku menyaksikan kejadian yang telah nyata terlihat tadi, sepertinya?... Kataku dalam hati.

Seketika senyum pak Harun berubah.

“Apa? Tadi pak Agus bilang, Bapak gurunya Laisa? Berarti bapak tahu tentang anak yang melukis lukisan ini?” tanya pak Harun. Wajahnya terlihat tegang.

“Tentu saja saya tahu. Walaupun saya belum lama mengajar di kelas Laisa, tapi saya sudah cukup mengenal Laisa” kataku.

“Kalau begitu ...”

belum selesai pak Harun berbicara, telepon genggammya berbunyi.

Bipp ...! bip ...! bippp ...!

Segera pak Harun merogoh saku celananya. Mengambil telepon genggamnya dan menjawab telepon

“Hallo? ... Kenapa?” kata pak Harun.

Wajahnya terlihat tegang.

“Apa? Kenapa dengan Ibu? ... ya ... ya ... saya segera ke sana,” pak Harun terlihat sangat gugup

Aku tidak tahu dengan siapa pak Harun berbicara, tapi dari nada bicaranya terlihat sekali telepon itu sangat penting.

“Oh, maafkan saya, Pak, saya harus buru-buru ke Rumah sakit. Istri saya sedang sakit, dan sekarang juga saya diminta datang ke Rumah Sakit,” buru-buru pak Harun meninggalkan aku yang masih berdiri di depan lukisan Laisa.

Aneh, benar benar aneh.

Tetapi ada sesuatu yang membuat aku benar-benar penasaran. Nama pak Harun sepertinya tidak asing lagi terdengar di telingaku.

Jangan-jangan dia adalah ayahnya Laisa?

Jika memang benar dia adalah ayahnya Laisa, berarti suatu keajaiban telah terjadi di tempat pameran ini.

Tapi sayangnya keajaiban itu belumlah sempurna. Mungkin saja itu adalah Harun yang lain, yang hanya kebetulan belaka. Bukankah nama Harun itu banyak? Sama halnya dengan wajah-wajah anak-anak istimewa yang berkumpul di tempat ini yang wajahnya hampir sama.

Tapi aku yakin suatu keajaiban akan terjadi dikemudian hari. Keajaiban yang akan membuat Laisa Salsabila Putri bahagia.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post