Perjalanan menuju kontrakan Anto dilalui dengan tanpa tergesa-gesa. Hujan semalam masih menyisakan genangan di jalan. Harus berhati-hati agar rok Magdalena tidak terkena cipratan lumpur. Subuh tadi hujan sudah reda. Namun mendung masih menutupi matahari.

"Waduh gerimis, kita berhenti di kolong tol depan saja" kata Anto. Begitulah gerimis kemudian menjadi hujan deras. Untunglah mereka bisa sampai di kolong tol dengan cepat. Jaket Anto sedikit basah begitu juga celana. Motor segera dipinggirkan bersama kerumunan orang yang juga berteduh. Jalan di kolong pintu tol itu menjadi agak tersendat karena banyak motor yang berhenti untuk berteduh. Mobil-mobil mengurangi laju kecepatan. Sesekali terdengar suara klakson melengking. Magdalena buru-buru menuju pinggiran dekat tiang tol yang lebar itu. Menuju kerumunan orang-orang yang berteduh. Anto menyusulnya setelah menyandarkan motornya. Hujan menjadi kian lebat. Dilihatnya Magdalena yang sudah berdiri di sudut. Rambutnya yang mengombak di bagian bawah menjadi terlihat cantik. Beberapa lelaki meliriknya.

" Jelek amat mukamu!" sambil tersenyum melihat Anto yang basah jaket dan sedikit rambutnya karena air hujan masuk ke dalam helm dan membasahi mukanya. "Biar jelek yang penting setia" jawabnya santai sambil menatapnya. Keduanya berdiri berdampingan sambil menatap hujan yang masih menderas. Begitu pula para pesepeda motor itu. Berdiri berjajar menunggu hujan reda. Setelah mapir setengah jam menunggu hujan tidak juga reda.

Tiba-tiba datang lelaki penjual jas hujan plastik dari kejauhan. "Sepuluh ribu, sepuluh ribu, sepuluh ribu jas hujannya" kata penjual itu. "Bang satu yang ponco." Anto memanggil penjual itu lalu ketika sudah dekat mengulurkan uang sepuluh ribu. " Yang warna apa Bos?" tanya penjual. " Hijau saja" .

Segera Anto memberikan jas hujan itu ke Magdalena. "Buruan dipakai. Kasihan kamu belum makan. Biar cepat sampai lalu kita makan mie goreng di kontrakan." kata Anto. " Kamu tidak pakai jas hujan?" tanya Magdalena. " Enggak usah. Nanti kalau sampai sekalian mandi. Jas hujan tertinggal. Tak apalah. Demi kamu." jawabnya. "Alah lebay." balas Magdalena.

Segera jas hujan plastik hijau itu dipakai Magdalena. Bajunya sudah tidak akan basah kalau hujan. " Titip dompet dan hand phone. Biar gak kehujanan." Kata Anto. Hujan masih deras dan mereka memutuskan untuk bergeser dari kolong itu. Akhirnya mereka sampai juga. Anto basah kuyup. Di kontrakan Anto mengetuk pintu kontrakan yang dihuni bersama Cahyo, teman satu kampung di Jogja.

Kontrakan itu terdiri dua kamar. kamar mandi dan dapur yang disekat dalam satu ruangan dan ruang depan untuk tidur dan nonton tivi. Sudah hampir 5 tahun Anto dan Cahyo mengontrak di situ. Kontrakan Haji Rais terbilang banyak. Tuan tanah asli Betawi yang baik. Terkadang menunggak bayar kontrakan dia maklumi. Pak Haji tahu Anto dan Cahyo jarang menunggak bayar kontrakan.

Setelah melepas jas hujan plastik Magdalena duduk di teras kontrakan depan. Sementara Cahyo kembali ke kasur depan tivi. Melanjutkan tidur.

"Aku mandi dulu ya. " kata Anto. Setelah mandi Anto memasak Mie Goreng dan kemudian makan bersama Magdalena di teras depan.