Agus Susianto,S.Pd.

Guru SMK MAKARYA 1 JAKARTA. Tak jauh dari Pondok Indah Mol 2 (PIM2) Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES)jurusan PBSID (Pendi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Celurit di Depan Sekolah   #TantanganGurusiana#TantanganHariKe-1#
Celurit di Depan Sekolah

Celurit di Depan Sekolah #TantanganGurusiana#TantanganHariKe-1#

Jumat sore sampai malam yang melelahkan. Hari jumat kemarin menjadi hari yang melelahkan. Bermula dari guru yang pada awalnya pulang pamit di ruang guru lalu setelah beberapa saat masuk kembali dengan muka ketakutan sambil berkata " Ada anak-anak sekolah lain mengacungkan celurit. Dikejar anak-anak dan warga." Mendengar cerita itu beberapa guru yang masih di ruang guru segera bereaksi. Ada yang segera keluar dari ruang guru. Ada yang mengajak Bu Anissa, guru tersebut, untuk mengobrol dan mendapatkan informasi.

Aku yang kebetulan masih di sekolah segera meninggalkan notebook. Segera menuju ke luar ke gerbang sekolah. Tidak ada apa-apa. Anak-anak berkatifitas biasa. tidak ada yang bereksi berlebih. Artinya para "anak jalur" itu sudah pergi. " Anak mana?" tanyaku. "Tau Pak!" tahu-tahu teriak-teriak sambil ada yang mengacungkan celurit" begitu jawaban anak itu yang masih terlihat was-was. "Ada yang kena" tanyaku lagi. "Gak ada Pak." Alhamdulliah aman dalam batinku.

Setelah gerbang dan sekitar sekolah aman aku dan guru-guru lain segera mengambil motor. Berencana mengecek lokasi yang lebih jauh dari sekolah. Siapa tahu gerombolan "anak jalur" itu masih ada di sekitar sekolah. Jam menunjukkan pukul 16.10 WIB sore. Siswa sudah pulang pukul 15.WIB. Artinya hanya beberapa anak saja yang masih di sekolah. Anak-anak ekskul dan anak-anak yang masih menunggu jemputan. Kami berempat berkelilng di menutari jalan-jalan di belakang Pondok Indah Mol, Jalan Ciputat Raya, serta gang-gang kecil yang ada indikasi anak masih bergerombol.

Tanggal 18 kemarin memang ada edaran dari Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan DKI Jakarta perihal kerawanan tawuran pelajar yang dikirim ke grup WA guru oleh kepala sekolah. Adanya coretan di gerbang sekolah yang bisa mencadi pemicu tawuran juga dikirim ke grup WA. Begitupula ketika acara Pentas Ujian Praktik Seni Budaya juga siswa diingatkan untuk tidak ikut terlibat tawuran. Mengantisipasi kerawanan-kerawanan tersebut. Hari ini tiba-tiba datang masalah itu. Gerobolan anak yang mengajak tawuran dengan membawa celurit.

Sepulang dari patroli kami kembali ke sekolah. Mengecek CCTV sekolah yang ternyata terlihat gerombolan anak yang naik sepeda motor yang jumlahnya puluhan. Sekilas terlihat juga anak-anak yang berlari mencoba mengejar anak-anak itu. Namun CCTV terhalang sekat sekolah karena pemasangan tidak mengarah ke jalan raya. Hanya sebatas gerbang sekolah. Sehingga tidak diketahui sekolah mana yang menyerang. Aapakah ada anak-anak murid yang terlibat. Ini yang menjadi kendala pengungkapan masalah ini.

Sampai jam setengah enam sore aku masih di sekolah dan dua orang guru yang sedang meng-input data KJP serta pesuruh sekolah yang sedang bersih-bersih. Satpam dan pembina OSIS juga masih ada di luar. Mengobrol dan berjaga-jaga siapa tahu gerombolan "anak jalur" itu kembali berulah.

Pukul 18.00 aku memutuskan untuk pulang sekalian patroli. Menunggu di jembatan dan melihat lalu-lintas siapa tahu ada pergerakan mencurigakan. Sampai terdengar adzan magrib tidak ada pergerakan gerobolan anak. Sesekali memang terlihat anak-anak sekolah yang tak begitu mencurigakan.

Segera ku tinggalkan lalu aku menuju ke Masjid yang tak jauh dari Komplek Kuburan Tanah Kusir. Masjid Al-Istiqomah namanya. Tempatnya cukup nyaman karena berada di tengah komplek perumahan. Bersih dan terlihat mewah.

Selepas magrib aku kebali berputar di daerah yang disebut anak-anak Gusuran. Tempat nongkrong anak-anak di pinggir kali dan masih di pinggiran Komplek Kuburan Tanah Kusir. Aku susuri tapi tidak ada gerombolan anak berbaju atau bercelana sekolah. Setelah dirasa tidak ada. aku kembali ke jalan yang menuju sekolah. Melihat kembali jembatan yang lalu lintasnya padat siapa tahu ada pergerakan gerombolan itu. Setelah dirasa tidak ada pergerakan yang mencurigakan aku memutuskan pulang. Kebetulan rumah tak jauh dari sekolah.

Di tempat kuliner yang menjual Tempe Mendoan di Jalan Arteri Pondok Indah berhenti sejenak. "Bang dua pulu ribu. Dipotong ya" kataku pada penjual. Penjual itu paham dan lalu menunggu sejenak. Tiba-tiba muncul murid yang juga akan membeli mendoan. "Baru pulang Pak?" tanya dia sambil mengulurkan tangan . "Iya ini tadi ada yang mau nyerang sekolah." jawabku." Aada yang kena Pak? Sekolah mana? tanya dia penasaran. "Gak ada. Gak tau sekolah mana." Kemudian ia pergi memesan mendoan yang ternyata sudah habis. "Habis Pak" Kembali ia dekat motornya. "Setelah itu pamit pergi.

Beberapa kali anak dan istriku telepon aku abaikan. hanya ketika di Masjid aku share lokasi agar istri tidak was-was. Tak jauh dari rumah ku beli tiga durian besar. Sampai di rumah anakku sudah menunggu. "Mah ayah bawa durian" teriaknya sambil berlari ke dapur. Setelah motor aku masukkan aku menuju kamar. Tidur sejenak. Sementara anak dan istri mulai membuka durian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren

22 Feb
Balas



search

New Post