Kasus meninggalnya 10 siswa SMPN 1 Turi Sleman Yogyakarta terus menjadi sorotan media. Kepolisian setelh melakukan penyelidikan akhirnya menetapkan 3 tersangka. Semua berstatus sebagai guru seperti yang ditulis NEWS.DETIK.COM. Semua sebagai pembina pramuka. Trrlihat mereka berkaos oranye dan tak beralas kaki. Kepala mereka dibotaki dan berjalan dengan sedih. Dilihat dan diliput banyak orang dan banyak kamera.

Sunggu ironis nasib mereka. Walaupun mereka dianggap beruat salah atau kriminal mereka tetap menyandang sebagai guru yang sudah dilindungi Undang-Undang Guru dan Dosen. Sungguh tidak sepatutnya mereka mendapat perlakuan seperti itu. Mereka juga sudah bekerja puluhan tahun artinya kalaupun dihukum tidak perlu "dipermalukan" seperti itu.

PGRI seharusnya memberikan pendampingan secara hukum dan mendampingi mereka ketika bertemu dengan masyakarat seperti dalam konferensi pers atau reka ulang. Sehingga guru merasa dilindungi secara hukum dan secara profesi.

Setidaknya kasus ini menyadarkan kita bahwa tidak ada manusia yang luput dari khilaf dan salah. Perencanaan yang sudah detail dari kegiatan sekolah acap kali menemui kendala. Kegiatan Pramuka dalam bentuk Susur Sungai yang menyebabkan kematian 10 anak menjadi pengalaman bagi semua pihak. Semua guru harus tahu dan terlibat dalam kegiatan yang melibatkan banyak anak. Masih ada oknum-oknum guru yang memanfaatkan kegiatan untuk kepentingan sendiri ataupun kelompok yaitu dengan memanfaatkan iuran atau biaya dari siswa. Hal ini menyebabkan kecemburuan dari guru lain yang merasa "tidak diajak" sehingga memilih untuk tidak peduli dengan kegiatan yang melibatkan banyak anak.